Pengasuh itu menggerutu kepada Davira. Begitu Davira mendengar itu, dia langsung melayangkan tamparan tepat di wajah pengasuh itu.Pengasuh itu sampai jatuh ke sofa, bersama dengan anak kecil yang berada dalam gendongannya. Anak kecil itu merintih dan menangis keras. Pengasuh itu terdiam. Wajahnya terasa panas dan sakit, bahkan sampai berdarah karena tergores kuku Davira.Davira menjambak rambut pengasuh itu, lalu memakinya habis-habisan."Apa kamu tahu kalau aku ibu kandung anak ini? Kamu pikir kamu siapa, berani-beraninya mengarahkan apa yang harus aku lakukan! Apa kamu tidur sama Elbert? Kamu pikir kamu nyonya sah di rumah ini! Aku beritahukan, akulah yang menyewa apartemen ini dan akulah yang menghidupi Elbert! Kamu cuma pengasuh yang menjaga anakku! Beraninya menyuruhku melakukan sesuatu! Apa kamu cari mati?"Davira menarik rambut pengasuh itu dengan sangat keras hingga hampir merobek kulit kepalanya. Pengasuh itu menangis dan memohon ampun. Tangisan anak yang ada di gendongannya
Elbert hanya bisa menghela napas panjang saat mendengar keteguhan hati Davira.Dia tahu betul bahwa dalam tiga tahun ini kehidupan Davira tidak sebaik yang diinginkannya. Sebagai orang yang menyaksikan hubungan mereka, Elbert pun merasa tertekan.Hanya saja, sebelumnya Davira mengalami semua penderitaan ini sendirian. Sekarang, dia melibatkan kedua anak kecil di dalam penderitaannya. Setiap kali memikirkan masalah ini, Elbert tidak bisa tidur dan tidak nafsu makan. Dia bahkan merasa kalau Davira tidak punya hati nurani karena melakukan semua ini. Kalau tidak, bagaimana setiap hari dia bisa hidup dengan tenang sebagai seorang nyonya dari keluarga besar?"Davira, mungkin kehidupan yang sekarang kamu jalani nggak cocok untukmu.""Apa maksudmu?" Davira menjadi sedikit marah, "Apa maksudmu nggak cocok untukku? Kehidupan yang aku jalani sekarang adalah kehidupan yang aku impikan! Menikah dengan Rio adalah takdirku.""Apa kamu sudah memikirkan konsekuensi apa yang akan kamu tanggung kalau Val
Proyek yang dilimpahkan kepada Briella cukup besar, membuat Briella sedikit kurang percaya diri dalam mengerjakannya. Untung saja pihak klien memberikan waktu tiga bulan untuk menyusun proyek ini. Saat itu Briella sudah kembali dan lingkungan di negaranya sendiri akan memudahkannya mengurus proyek ini.Setelah menyelesaikan kuliahnya, Briella dan Klinton berencana untuk kembali.Identitas Briella menjadi masalah. Bagaimanapun juga, dia seharusnya sudah terkubur di laut dalam kecelakaan yang terjadi empat tahun lalu. Akan sangat berisiko kalau Briella kembali dengan menggunakan identitasnya yang dulu.Untung saja Klinton sudah memikirkan hal ini dan membuatkan identitas baru untuk Briella."Namamu Renata Yasmine, orang tuamu imigran dari luar negeri. Kamu memilih untuk memulai bisnis di Kota Tamar setelah menyelesaikan pendidikanmu di luar negeri. Aku pacarmu, jadi kamu melakukan perjalanan menyeberangi lautan demi cinta dan menetap di Kota Tamar bersamaku."Klinton meletakkan berkas ya
Ketika pertemuan dengan pihak klien selesai, Klinton datang menjemput Briella dan mengajaknya ke acara makan malam keluarga.Briella ragu-ragu. Bagaimanapun juga, dia harus menghadapi musuh masa lalunya, di saat dia sendiri saja masih belum terbiasa dengan identitas barunya."Sebenarnya kamu nggak perlu terlalu memikirkannya." Klinton meraih tangan Briella. "Sekarang kamu sudah kembali, cepat atau lambat kamu akan menghadapi banyak orang dan banyak hal. Sekarang kamu juga punya aku, apa yang kamu takutkan?"Briella berpikir sejenak, lalu bertanya, "Jadi, apa adikmu akan ada di sana?"Klinton sedikit mengernyit, lalu mencubit hidung mancung Briella. "Sekarang kamu itu Renata. Mana mungkin Renata pernah bertemu dengan adikku! Aku paham kalau kamu ingin membalas dendam, tapi sekarang bukan waktu yang tepat. Tahan dulu sebentar, kamu mengerti?"Briella mengatupkan mulutnya dan menatap Klinton dengan tatapan kosong. "Kamu benar-benar banyak omong. Aku tanya, apa Davira ada di sana? Kamu cum
#Itulah salah satu ketakutan terbesar Klinton. Dia takut Briella kembali teringat akan Zayden. Mungkin kehidupan tenang dan stabil yang dijalaninya saat ini adalah yang terbaik untuknya.Setidaknya, semua orang menemukan kehidupan terbaik untuk mereka, bukan?"Briella." Klinton bertanya dengan suara pelan saat menyetir. Matanya melirik sekilas ke arah Briella. "Apa kamu bahagia?"Briella membolak-balik buku proyek di tangannya. Mendengar Klinton mengajukan pertanyaan ini, dia mengangkat pandangannya dan menatap pria itu, lalu menjawab pelan, "Cukup bahagia. Kenapa memangnya?"Klinton pun menjawab sambil tersenyum, "Aku harap kamu bahagia. Aku akan membuatmu lebih bahagia dan lebih bahagia lagi di masa depan."Briella malah menggodanya, "Yang membuatku bahagia sekarang adalah menjadi versi diriku yang lebih baik lagi dan nggak ada orang yang menyebalkan di sekitarku. Tapi, lebih bahagia lagi kalau bisa jadi orang kaya dalam semalam."Klinton menatap Briella dengan tatapan memanjakan. "D
Briella menjawab dengan tenang, "Terima kasih, Om, Tante. Maaf sudah merepotkan kalian."Briella memang tidak sering berhubungan dengan Resti dan Herman, jadi tidak memiliki kekesalan atau semacamnya kepada mereka. Sebenarnya, dia memiliki kesan yang cukup baik terhadap keduanya.Jelas sekali kalau Resti dan Herman saling mencintai dan sangat menyayangi anak-anak mereka. Sangat disayangkan kalau pasangan yang harmonis seperti mereka melahirkan seorang anak yang pendendam dan buas seperti Davira.Briella datang karena ingin menemukan kebenaran waktu itu. Anaknya tidak mungkin meninggal begitu saja. Kalau bisa menemukan kebenaran di balik semua itu, Briella akan membalas dendam kepada mereka yang terkait dan tidak akan melibatkan mereka yang tidak terkait dengan masalah itu.Briella memikirkan hal ini dan memberikan senyuman ramah kepada Resti dan Herman."Klinton, bawa Renata masuk. Adikmu barusan menelepon, katanya dia akan datang terlambat."Resti menatap Klinton dengan tatapan penuh
Berpikir seperti itu, Davira ingin menyulitkan Briella. Dia melirik remeh pakaian resmi yang dikenakan Briella, lalu mengatakan, "Ternyata kamu yang bernama Renata? Kamu datang ke mari dengan tangan kosong? Dengan pakaianmu ini, aku hampir mengira kalau kamu sekretaris kakakku. Kakakku itu pewaris bisnis keluarga. Dengan penampilanmu yang lusuh seperti ini, sejujurnya akan sangat sulit untuk menyukaimu."Briella tidak peduli sedikitpun dengan ejekan Davira. Dia sangat mengenal Davira. Makin ketus ejekan yang dia lontarkan, itu menunjukkan kalau dia makin ciut dan tidak percaya diri."Kakakmu mengejarku selama empat tahun. Dia bahkan memperluas proyeknya ke kota tempatku kuliah biar bisa menjadi pacarku. Dengan meremehkanku seperti ini, apa kamu sedang meremehkan selera kakakmu sendiri?""Aku nggak mau bicara omong kosong denganmu. Kalau kamu mampu, coba minta kakakku untuk menikahimu. Sebagai istri Valerio, orang terkaya di Kota Tamar, aku akan memberikan nasihat. Nggak mudah kalau kam
Briella berbalik dan masuk ke dalam vila Keluarga Atmaja. Klinton melihat Briella masuk sendirian tanpa Davira yang mengikutinya, sekilas tahu kalau adiknya sedang kesal.Senyum tak berdaya tersungging di wajahnya. Dia menatap Briella sejenak dan Briella pun tahu apa maksud dari tatapan pria itu.Briella bisa merasakan kalau pria ini makin toleran terhadapnya, bahkan lebih dari apa yang dia lakukan kepada adiknya sendiri.Resti dan Herman pun menyadari akan hal ini. Resti merasakan kekhawatiran yang samar di dalam hatinya, merasa ada sesuatu yang tidak beres. Ini bukan hanya sekadar tentang Renata yang terlalu mirip dengan Briella.Dia melirik ke arah suaminya. Pria itu menggenggam tangannya di bawah meja dan membujuknya dengan lembut dan sabar. Hal itu pun mampu membuat Resti merasa lebih baik."Renata, kami menyiapkan semua ini untukmu. Aku nggak tahu apa ini sesuai dengan seleramu. Cobalah."Resti tersenyum dan menawarkan makanan kepada Renata. Tatapannya diam-diam mengamati wajah R