Zayden sudah dewasa dan punya urusan pribadinya sendiri. Jadi Briella akan memberinya ruang....Keesokan harinya, pengacara Valerio menghubungi Briella dan keduanya sepakat untuk bertemu di sebuah kafe."Nona Briella, ini adalah perjanjian perpisahan yang dibuat sesuai dengan keinginan Pak Valerio. Sebelum membacanya, Nona harus tahu kalau apa yang ada di dalamnya harus dirahasiakan dan tak boleh diketahui oleh pihak ketiga. Kalau itu sampai terjadi, kami akan meminta pertanggung jawaban secara hukum.""Ya."Briella merasa cukup lega.Dia akhirnya mengerti kenapa langkah terakhir dari perpisahan mereka harus diurus oleh pengacara. Dia bisa menjalani semuanya sampai tahap ini saja sudah dianggap beruntung.Setelah menerima surat perjanjian, Briella langsung membuka halaman terakhir untuk melihat mengenai pemberian kompensasi.Di sana tertulis uang seratus miliar ditambah dengan Galapagos."Nggak ada masalah dengan surat perjanjiannya. Aku langsung tanda tangan saja."Pengacara itu memb
Briella menatap wanita itu dengan tatapan dingin, merasa kalau perangai wanita ini sangat buruk."Kenapa, mau mengikuti jejakku?""Kenapa aku harus mengikuti jejakmu? Aku nggak melakukan hal memalukan sepertimu."Briella mengaitkan bibirnya acuh. "Membuatmu dipecat dari perusahaan ini hanya perlu satu panggilan telepon. Nggak butuh alasan apa pun."Arogansi Erika langsung ditekan oleh perkataan Briella. Namun, dia masih tidak mau kalah."Kamu cuma mengandalkan Pak Valerio untuk bertindak sesukamu. Tapi sekarang, Perusahaan Regulus ada di bawah kuasa Bu Davira. Pak Valerio saja harus menuruti kemauannya!""Lalu, apa hubungannya denganmu?""Bu Davira melindungiku!""Benarkah? Kalau begitu aku akan menelepon Pak Valerio dan menanyakan kebenarannya."Briella sudah mengeluarkan ponselnya dari tas, benar-benar terlihat akan menelepon. Namun, Erika menghentikannya."Jangan menelepon. Pak Valerio lagi bulan madu sama Bu Davira. Jangan ganggu mereka."Briella melirik mereka dengan tatapan jenga
"Elbert itu temanku. Kebetulan aku lewat, jadi mampir sebentar."Nathan membawa pecahan mainan yang dia pegang ke mobilnya. "Ayo, kita ke mal. Karena aku sudah membantumu, setidaknya kamu harus mentraktirku makan, 'kan?"Nathan membuka pintu kursi samping kemudi, memberi isyarat kepada Briella untuk masuk.Briella tiba-tiba merasa ada banyak kebaikan Nathan yang benar-benar tidak dia pahami.Sebagai contoh, dia minta ditraktir agar Briella tidak merasa terbebani. Sebenarnya, Nathan yang membantu Briella.Lalu, menunjukkan perhatian dengan membukakan pintu mobil untuk Briella.Briella sudah terbiasa melayani Valerio, jadi dia merasa diperhatikan saat bersama dengan Nathan.Briella berjalan mendekat dan masuk ke mobil Nathan.Pria itu menyalakan mobilnya. Karena takut menyita waktu Briella, dia bertanya lagi, "Habis makan siang, masuk kerja lagi jam berapa?""Aku sudah keluar dari perusahaan."Nathan agak terkejut. "Semalam, kamu dan Valerio nggak kelihatan seperti sudah putus hubungan k
"Reaksi Nona Briella cukup datar. Proses tanda tangan pun berjalan dengan lancar."Raut wajah Valerio berubah muram. Dia menimpali dengan dingin, "Baguslah kalau begitu.""Pak Valerio, di sini sedang ramai pemberitaan skandal Anda dan Nona Davira. Reporter menanyakan apakah Anda akan menikah. Apa Anda ingin bagian humas mengadakan konferensi untuk menjelaskan situasinya?""Biarkan saja.""Baik."Setelah panggilan berakhir, terdengar ketukan di luar pintu. Ternyata Davira yang datang.Dia hanya menutupi tubuhnya dengan handuk, bahkan rambutnya yang basah masih meneteskan air, khas layaknya wanita cantik yang baru selesai mandi.Sambil menarik-narik sampul yang diikatkan di dadanya, Davira berkata dengan takut."Rio, kran air di kamar mandiku rusak. Apa aku boleh mandi di sini?"Sikap Valerio terlihat sangat tenang. Dia membuka pintu dan mempersilakan Davira masuk.Davira masuk ke kamar mandi dan Valerio langsung menutup pintu kamarnya. Dia mengambil telepon kamar dan menelepon layanan k
"Rio, aku akan selalu menunggumu."Davira sangat percaya diri bisa mendapatkan cinta Valerio.Pria ini hanya terjebak rayuan wanita murahan untuk sesaat. Ketika dia sudah bosan, tidak peduli seberapa liar Valerio, dia akan tetap kembali ke keluarganya, bukan?Valerio tersenyum dan mengatakan, "Selamat malam."Davira berjalan ke arah pintu dan berdiri di ambang pintu. Setelah beberapa saat, dia tiba-tiba berhambur ke dalam pelukan Valerio dan memeluknya dengan erat.Kedua tangan Valerio terangkat dan berakhir di punggung Davira. Dia menepuknya beberapa kali, lalu mendorongnya menjauh.Tanpa mengatakan apa pun dan tanpa menatap mata Davira yang berurai air mata, Valerio berbalik masuk ke dalam kamar.Davira kembali ke kamarnya sambil menangis. Dia berbaring di tempat tidurnya sambil terisak, hatinya dipenuhi dengan kebencian dan penyesalan.Jika bukan karena kemunculan Briella, Valerio tidak akan setega itu kepadanya. Briella lah yang menghancurkan kebahagiaannya ......."Hachim ...."B
Angin yang tercipta dari kedua sisi jok motor membuat rambut Briella sedikit tersibak. Pemandangan ini membuat jantung Nathan tergelitik dan debarannya pun bertambah cepat.Dia hanya menatap Briella lekat-lekat hingga balapan Briella berakhir. Briella melepas helmnya dan mengangkat wajahnya yang tersipu menatap Nathan. "Bagaimana, aku hebat, 'kan!"Nathan mengangguk mengiakan, "Ya. Jelas sekali kamu jago."Briella turun dari sepeda motor dan kaki jenjangnya terlihat sangat mencolok. "Ini berkat latihan sama Zayden. Anak itu bahkan lebih hebat dariku."Jarang sekali Briella bisa segembira ini. Dia melihat sekeliling dan tatapannya terhenti pada permainan baru di wahana bermain ini."Ada mainan baru. Mau coba main?"Nathan menatapnya dengan tenang sambil bersedekap. Dia menjilat bibirnya dan menjawab sambil tersenyum, "Aku temani saja. Kamu main sana."Briella menggenggam keranjang kecil di tangannya dan pergi mengantre. Nathan menunggu Briella bermain sampai puas di tempat yang kiranya
Briella tiba-tiba teringat akan kalimat ini, yang sangat cocok dengan kondisinya saat ini. Ini juga bisa dianggap sebagai kesimpulan dari semua yang terjadi di masa lalu.Dia akan membuka lembaran hidupnya yang baru setelah meninggalkan Valerio. Pikirannya jadi makin terbuka dan optimis. Hari-hari ke depan pasti akan menjadi lebih baik.Namun, bagaimana mungkin Briella, yang saat ini tengah dipenuhi dengan harapan dan ekspektasi bisa membayangkan kalau status yang dia unggah akan membuat kegemparan di negara lain yang dipisahkan oleh samudra ....Briella dan Nathan keluar dari arena bermain dan ternyata waktunya sangat pas. Jadi mereka pergi ke toko mainan untuk membeli boneka kristal, baru meninggalkan mal.Nathan mengantar Briella sampai ke depan kompleks tempat tinggalnya, sementara dia sendiri kembali bekerja. Saat sampai di rumah, Briella melihat kalau Zayden sedang mengetik di depan laptop, tidak tahu apa yang sedang dikerjakannya.Akhir-akhir ini anak itu sangat misterius. Zayde
"Sebaiknya kamu benar-benar nurut sama Mama." Briella mengusap pipi Zayden dan melanjutkan, "Atau aku akan menendang pantatmu."Zayden memaksa dirinya untuk tetap tenang dan bersumpah, "Tentu saja."Terlepas dari apa yang dikatakan Zayden, kedua tangannya diam-diam menyentuh pantatnya.Briella memang orang yang lembut, tetapi kalau sudah memukul pantatnya, dia sangat keras. Dari kecil, Zayden sudah dipukul tiga kali dan dia mengingat pukulan itu dengan sangat jelas. Bukan karena sakit, tetapi karena setiap kali dia dipukul, Briella akan memukulnya sambil menangis. Briella yang menangis terlihat sangat galak.Saat Briella menangis, Zayden merasa sangat sedih.Briella melihat jam, yang ternyata sudah hampir waktu makan malam. "Lanjutkan saja urusanmu. Mama mau masak makan malam dulu.""Ya!"Briella pergi ke dapur dan ponselnya yang berada di atas meja berdering. Zayden melihatnya, ternyata Pak Valerio yang menelepon."Mama, bosmu telepon."Briella keluar dari dapur, menyeka tangannya dan