Davira menganggukkan kepalanya kuat-kuat, berusaha sekuat tenaga untuk mengimbangi setiap kata yang diperintahkan Rieta.Valerio yang memperhatikan ini pun merasa sangat kesal. Hatinya berkecamuk, tetapi sikap dan raut wajahnya masih terlihat tenang.Satu-satunya hal yang dia harapkan saat ini adalah pengertian dari Briella.Dia sangat berharap kalau Briella tidak akan melihat konferensi pers hari ini dan tidak akan pernah tahu apa yang terjadi semalam.*Efek obat penenang yang disuntikkan ke dalam tubuh Briella berangsur-angsur menghilang. Dia pun terbangun dan berbaring di ranjang, mencoba mengingat apa yang terjadi kemarin. Tidurnya dihantui mimpi buruk, membuatnya tidak bisa tidur nyenyak. Perasaan takut terus menerus membayanginya.Briella sudah bangun dan melirik kalender. Dia menghitung hari dan ternyata hari ini adalah hari di mana Valerio akan melakukan konferensi pers.Dia masih ingat apa yang dikatakan Valerio waktu itu. Kalau Briella bersedia muncul di konferensi pers bers
Briella menutupi perutnya dan berjalan keluar dari kamar. Dia menuruni tangga dan keluar dari vila.Menoleh kembali ke sekeliling vila yang sudah menahannya selama dua hari ini, ternyata tempat ini dikelilingi oleh pohon-pohon besar dan rimbun. Briella bertanya-tanya apa yang sedang terjadi di luar sana. Namun, dia berharap semuanya akan segera berakhir.Briella melihat kunci mobil di tangannya yang ditinggalkan Klinton di atas meja ruang tamu. Seharusnya ini kunci mobil yang terparkir di halaman vila.Dia berjalan ke arah mobil sport keren itu dan menekan tombol kuncinya. Pintu perlahan-lahan terbuka secara otomatis dan Briella masuk ke dalam mobil dengan gembira.Sudah lama sejak terakhir kali dia menyetir, jadi butuh beberapa saat untuk membiasakan diri dengan mobil ini. Akhirnya dia menguasainya, menyalakan navigasi dan melesat pergi dengan mobil sport itu."Nak, kita akan segera berangkat. Kamu harus tetap tenang."Telapak tangan Briella mengusap perutnya dengan lembut, berbicara
"Pak Valerio, ada desas-desus yang mengatakan bahwa ada sesuatu yang berubah antara Anda dan tunangan Anda. Katanya Anda sudah memiliki wanita lain dan wanita itu sedang mengandung anak Anda. Wanita itu bahkan menginap di hotel Kota Hebar bersama Anda beberapa waktu lalu, menghabiskan beberapa malam yang menyenangkan bersama Anda di kamar presidential suite. Apakah desas-desus itu benar?""Rumor." Valerio meninggikan suaranya, "Kami akan mengirimkan surat pengacara kepada media yang menyebarkan ketidakbenaran ini.""Jadi itu berarti Anda dan tunangan Anda, Davira Atmaja, memiliki hubungan yang baik, bukan?"Valerio tidak menjawab pertanyaan itu. "Pertanyaan berikutnya."Davira segera mengambil mikrofon dan menjawab pertanyaan itu, "Orang yang duduk di kursi di sebelah Valerio adalah saya. Saya ingin mengajukan pertanyaan kepada Anda. Apa pendapat Anda tentang hubungan kami?"Reporter itu sedikit canggung saat ditanya seperti itu. Dia tersenyum, lalu menimpali, "Tentu saja sangat bagus!
Jelas sekali kalau ada orang yang mencoba mengatur situasi ini."Hadirin sekalian, mikrofonku nggak berfungsi dan untuk saat ini nggak bisa menjawab mengenai tanggal pernikahan saat ini ...."Valerio menghentikan perkataannya, lalu melanjutkan dengan ekspresi dingin, "Memang benar akan dilangsungkan bulan depan."Setelah mengatakan itu, Valerio meletakkan mikrofon di sampingnya dan tidak menjawab pertanyaan apa pun.Di atas panggung, baik Rieta dan Davira menghela napas lega. Keduanya menjawab pertanyaan berikutnya dengan mudah.Di luar ruang konferensi, Briella menghentikan langkah kakinya tepat di depan pintu. Saat dia akan membuka pintu, dia mendengar apa yang dikatakan Valerio.Tubuhnya terasa kaku. Dia mendengar dengan jelas saat di mana Valerio mengatakan kalau tanggal pernikahannya dan Davira sudah ditetapkan untuk bulan depan.Di sini, tampaknya kehadirannya tidak lagi diperlukan.Di dalam ruang konferensi, suasananya sangat ramah dan menyenangkan. Briella mendengar Rieta dan D
"Pak Adrian, di dalam sedang ada konferensi media. Anda nggak boleh masuk."Sebelum Adrian sempat mendekat, beberapa petugas keamanan menghampiri dan menghentikannya."Aku ada urusan penting, lepaskan!"Adrian meronta, tetapi tidak bisa melepaskan diri dari kepungan beberapa orang dari mereka. Pintu masuk ruang konferensi dijaga oleh begitu banyak orang, bahkan seekor lalat pun tidak bisa masuk ke dalam.Dia melambaikan kertas di tangannya. "Lihat ini. Kalau menunda masalah besar ini, kamu akan habis!"Para petugas keamanan tidak terbujuk. Mereka adalah orangnya Rieta dan hanya mengikuti perintah Rieta. Adrian adalah teman Valerio dan merupakan orang yang harus difokuskan hari ini. Tidak mungkin mereka akan membiarkan Adrian masuk dengan mudah."Pak Adrian, sebaiknya Anda menghubungi Bu Rieta dulu. Nggak ada yang boleh masuk tanpa seizinnya."Adrian menggertakkan gigi penuh kebencian. Dia memang sudah tahu sejak lama tentang taktik kejam seorang Rieta. Valerio dilatih oleh wanita itu u
"Berita apa? Bisa tolong beritahukan kepada kami?"Adrian melambaikan tangannya, tidak akan mengatakan apa pun kecuali di depan pers. Jangan harap siapa pun bisa mengorek berita itu darinya."Singkatnya, ini adalah kejutan yang luar biasa untuk Pak Valerio.""Pak Valerio dan Nona Davira akan menikah bulan depan. Apa ada berita yang jauh lebih baik dari ini?"Alis Adrian sedikit terangkat saat mendengar ini. Dia tidak menyangka kalau Rieta akan bergerak secepat itu. Wanita itu benar-benar sangat beracun!Saat Adrian tengah tenggelam dalam pemikirannya sendiri, pintu ruang tamu terbuka dan Rieta pun melangkah masuk."Adrian, Valerio sedang melakukan konferensi pers. Kenapa kamu membuat masalah?"Rieta menegur Adrian dengan wajah penuh kemarahan, bahkan tidak terlihat segan-segan.Adrian tidak merasa terintimidasi, meletakkan cangkir teh di tangannya ke atas meja dengan cukup keras. "Aku harus menemui Rio sekarang juga. Bu Rieta, aku harus melakukan konferensi pers juga.""Kamu pikir bisa
"Bu Rieta, perkataanmu sangat nggak menyenangkan buat didengar!" Adrian menyentuh telinganya. "Seorang nyonya dari keluarga kaya dan berpengaruh, beraninya mengucapkan kata-kata vulgar dan rendahan seperti itu!"Dada Rieta dibuat naik turun karena marah. "Berdebat sama anak kecil yang nggak berpendidikan sepertimu hanya akan memperpendek umurku. Adrian, aku nggak akan membuang waktu buat berdebat denganmu di sini. Aku tanya, siapa anak yang kamu bicarakan dan di mana dia sekarang?"Adrian tersenyum puas. "Kenapa? Kamu merasa takut?"Ketika keduanya tengah berbincang, konferensi pers sudah berakhir. Rieta beranjak dan keluar dari ruang tamu, mencoba menghentikan wartawan. Adrian mengikuti di belakangnya dan berjalan keluar.Adrian melihat sekilas Valerio, yang merupakan orang terakhir yang keluar dari dalam. Terlihat dari wajahnya kalau dia sedang berada dalam masalah.Adrian menerobos kerumunan wartawan dan berdiri di depan Valerio.Valerio menatap Adrian dan berjalan ke depan lift. Di
Setelah memberikan perintah itu, Valerio bergegas menuju pinggiran kota.Adrian duduk di kursi samping kemudi, merasa pusing karena mobil melaju terlalu cepat. Dia mencengkeram pegangan mobil dengan erat lalu menoleh ke arah Valerio."Rio, tenanglah. Kalau mobil melaju lebih cepat dari mobil sport, bannya akan terbakar!"Valerio tidak memedulikan perkataan Adrian. Dia hanya memikirkan satu hal, yaitu menemukan Briella sesegera mungkin. Dia harus menjelaskan kepada Briella semua kesalahpahaman yang terjadi sebelum semuanya terlambat.Ekspresi pria itu sangat dingin dan menunjukkan tekad yang kuat.Adrian menekan dadanya, mencoba menahan perasaan di tubuhnya yang ingin muntah. Tiba-tiba terdengar sirene di belakang. Dia melihat ke belakang melalui kaca mobil, di mana sudah ada petugas polisi lalu lintas yang mengikuti mobil mereka. Salah satu dari mereka terus mengatakan nomor mobil Valerio melalui pengeras suara, memerintahkannya untuk segera berhenti.Alih-alih berhenti, Valerio malah