Siska mendongak dan menatap kosong ke arah pria di depannya. Dia terjebak dalam pesona tampan pria itu sampai melupakan tujuannya melarikan diri adalah untuk menemukan Briella.Nathan merasa kesal karena diganggu oleh seorang wanita yang terus menempel kepadanya. Dia mengerutkan keningnya sambil mendorong wanita itu menjauh lalu menepuk-nepuk bagian tubuh yang disentuh oleh Siska.Siska merasa sangat malu ketika dirinya dianggap menjijikkan oleh seorang pria seperti ini."Permisi, saya mau tanya. Apa Anda melihat pria dan wanita keluar dari ruangan ini? Pria itu sedikit gemuk, yang wanitanya mabuk berat dan pakai baju putih.""Nggak lihat."Nathan menyapu pandangannya ke arah Siska dan berjalan pergi dengan acuh.Siska melihat sekeliling dengan cemas dan mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Briella lagi. "Lala, cepat angkat teleponnya ...."Namun, ponsel Briella terus-menerus berada di luar jangkauan.Siska tidak punya pilihan lain selain menelepon polisi.Nathan langsung tertarik ke
Hanya dalam beberapa detik, Valerio muncul di garis pandang Siska. Siska melihat pria itu berjalan ke arahnya dengan diselimuti aura dingin yang mengerikan. Rasanya tekanan udara pun turut menurun dalam jarak beberapa meter karena kehadirannya.Aura Valerio sangat mengintimidasi Siska sampai merinding. Terlihat jelas kalau Valerio sedang kesal."Sejak kapan Bu Briella punya pacar?""Saya ... saya juga baru tahu.""Di mana mereka?""Saya juga nggak tahu, Pak Valerio." Siska tiba-tiba teringat dengan apa yang diceritakan Bu Briella padanya saat makan malam tadi. Valerio benci dengan orang yang tidak tahu apa-apa saat ditanya. Jadi, Siska langsung mengeluarkan ponselnya. "Saya ... saya telepon Bu Briella sekarang juga."Telepon diangkat. "Halo ... Bu Briella ...."Tanpa menunggu Siska selesai bicara, Valerio langsung merebut telepon dari tangan Siska. "Briella, aku perintahkan kamu datang ke sini sekarang juga! Sekarang juga!"Briella terdiam. Dia memstikan nomor telepon yang menghubungin
Briella tidak mendatangi Valerio dan mobil Nathan sudah berhenti di depannya. Briella menarik kembali pandangannya dan masuk ke dalam mobil.Nathan melajukan mobilnya dan melihat ada yang tidak beres dengan ekspresi Briella.Nathan melirik melalui cermin ke arah mata Briella terfokus dan melihat Maybach yang tidak asing untuknya."Valerio?"Briella kembali tersadar dan bertanya dengan tatapan mencari tahu, "Kamu kenal Valerio?"Nathan mengangguk. "Pernah berurusan dengannya.""Bagaimana kalian bisa saling mengenal?""Kamu akan tahu nanti." Nathan tidak menjawab pertanyaan Briella dan mempercepat laju mobilnya. "Pakai sabuk pengamanmu. Aku antar kamu pulang."Briella yang sadar akan situasi itu pun langsung diam. Dia memalingkan wajahnya dan melihat keluar jendela, menatap pemandangan malam yang berlalu dengan cepat.Matanya melirik ke kaca spion mobil dan tiba-tiba menyadari kalau mobil Valerio mengikuti tepat di belakang mobil merekaDia mengucek matanya mencoba memastikan. Ternyata i
"Ke mana?"Valerio memutar balik mobilnya. Briella memiliki firasat buruk dalam hatinya. "Berhenti. Aku mau pulang!""Galapagos.""Aku nggak mau!""Nggak mau biaya perpisahan?"Briella mendengar nada peringatan dalam kata-kata Valerio dan menutup mulutnya dengan enggan.Keheningan menyelimuti sepanjang perjalanan mereka menuju ke tempat tinggal Valerio.Valerio memarkir mobil di tepi pantai. Dia menggendong Briella keluar dari mobil menuju pantai yang gelap."Dingin?"Menatap wanita dalam pelukannya, Valerio mengeratkan pelukannya dan memeluk wanita itu lebih erat.Malam ini dia sangat menginginkan Briella. Dia ingin memeluk Briella seperti ini dan melakukan sesuatu yang indah dengannya.Briella menatap mata hitam pria itu dan menunduk tidak berdaya."Ayo hentikan hubungan ini, ya?""Setelah malam ini, kamu akan bebas."Valerio menggendong Briella ke pinggir pantai, lalu menurunkannya. Telapak tangannya yang besar berada di belakang kepala Briella. Dia menunduk dan mendaratkan ciuman y
"Pulang."Briella menyentak tangan Valerio dan memungut pakaian dalam yang berserakan di karpet, lalu memakainya.Valerio beranjak duduk dan memperhatikan dengan tenang gerakan tangan Briella yang dengan lincah menyentuh punggungnya untuk mengaitkan bra."Malam ini tidur di sini saja. Besok kita ke perusahaan bareng.""Nggak perlu." Briella selesai mengenakan pakaiannya dan berbalik badan dengan tenang. Lalu, dia melanjutkan, "Pak Valerio, setelah pengacara Anda menemui saya besok untuk membahas masalah kompensasi, kita akan menjadi orang asing dan nggak akan saling mengganggu satu sama lain.""Apa harus sampai seperti itu? Briella, cara pikirmu terlalu naif."Cara pikir wanita ini terlalu optimis. Apakah dia benar-benar berpikir bisa berjuang sendirian dengan mudah setelah meninggalkan Perusahaan Regulus?"Kalau setelah ini kamu mengalami kesulitan, kamu bisa meminta bantuanku."Briella tersenyum, lalu mengatakan, "Terima kasih atas kebaikannya, Pak Valerio. Mulai besok, saya ingin me
Zayden sudah dewasa dan punya urusan pribadinya sendiri. Jadi Briella akan memberinya ruang....Keesokan harinya, pengacara Valerio menghubungi Briella dan keduanya sepakat untuk bertemu di sebuah kafe."Nona Briella, ini adalah perjanjian perpisahan yang dibuat sesuai dengan keinginan Pak Valerio. Sebelum membacanya, Nona harus tahu kalau apa yang ada di dalamnya harus dirahasiakan dan tak boleh diketahui oleh pihak ketiga. Kalau itu sampai terjadi, kami akan meminta pertanggung jawaban secara hukum.""Ya."Briella merasa cukup lega.Dia akhirnya mengerti kenapa langkah terakhir dari perpisahan mereka harus diurus oleh pengacara. Dia bisa menjalani semuanya sampai tahap ini saja sudah dianggap beruntung.Setelah menerima surat perjanjian, Briella langsung membuka halaman terakhir untuk melihat mengenai pemberian kompensasi.Di sana tertulis uang seratus miliar ditambah dengan Galapagos."Nggak ada masalah dengan surat perjanjiannya. Aku langsung tanda tangan saja."Pengacara itu memb
Briella menatap wanita itu dengan tatapan dingin, merasa kalau perangai wanita ini sangat buruk."Kenapa, mau mengikuti jejakku?""Kenapa aku harus mengikuti jejakmu? Aku nggak melakukan hal memalukan sepertimu."Briella mengaitkan bibirnya acuh. "Membuatmu dipecat dari perusahaan ini hanya perlu satu panggilan telepon. Nggak butuh alasan apa pun."Arogansi Erika langsung ditekan oleh perkataan Briella. Namun, dia masih tidak mau kalah."Kamu cuma mengandalkan Pak Valerio untuk bertindak sesukamu. Tapi sekarang, Perusahaan Regulus ada di bawah kuasa Bu Davira. Pak Valerio saja harus menuruti kemauannya!""Lalu, apa hubungannya denganmu?""Bu Davira melindungiku!""Benarkah? Kalau begitu aku akan menelepon Pak Valerio dan menanyakan kebenarannya."Briella sudah mengeluarkan ponselnya dari tas, benar-benar terlihat akan menelepon. Namun, Erika menghentikannya."Jangan menelepon. Pak Valerio lagi bulan madu sama Bu Davira. Jangan ganggu mereka."Briella melirik mereka dengan tatapan jenga
"Elbert itu temanku. Kebetulan aku lewat, jadi mampir sebentar."Nathan membawa pecahan mainan yang dia pegang ke mobilnya. "Ayo, kita ke mal. Karena aku sudah membantumu, setidaknya kamu harus mentraktirku makan, 'kan?"Nathan membuka pintu kursi samping kemudi, memberi isyarat kepada Briella untuk masuk.Briella tiba-tiba merasa ada banyak kebaikan Nathan yang benar-benar tidak dia pahami.Sebagai contoh, dia minta ditraktir agar Briella tidak merasa terbebani. Sebenarnya, Nathan yang membantu Briella.Lalu, menunjukkan perhatian dengan membukakan pintu mobil untuk Briella.Briella sudah terbiasa melayani Valerio, jadi dia merasa diperhatikan saat bersama dengan Nathan.Briella berjalan mendekat dan masuk ke mobil Nathan.Pria itu menyalakan mobilnya. Karena takut menyita waktu Briella, dia bertanya lagi, "Habis makan siang, masuk kerja lagi jam berapa?""Aku sudah keluar dari perusahaan."Nathan agak terkejut. "Semalam, kamu dan Valerio nggak kelihatan seperti sudah putus hubungan k