Briella tidak mendatangi Valerio dan mobil Nathan sudah berhenti di depannya. Briella menarik kembali pandangannya dan masuk ke dalam mobil.Nathan melajukan mobilnya dan melihat ada yang tidak beres dengan ekspresi Briella.Nathan melirik melalui cermin ke arah mata Briella terfokus dan melihat Maybach yang tidak asing untuknya."Valerio?"Briella kembali tersadar dan bertanya dengan tatapan mencari tahu, "Kamu kenal Valerio?"Nathan mengangguk. "Pernah berurusan dengannya.""Bagaimana kalian bisa saling mengenal?""Kamu akan tahu nanti." Nathan tidak menjawab pertanyaan Briella dan mempercepat laju mobilnya. "Pakai sabuk pengamanmu. Aku antar kamu pulang."Briella yang sadar akan situasi itu pun langsung diam. Dia memalingkan wajahnya dan melihat keluar jendela, menatap pemandangan malam yang berlalu dengan cepat.Matanya melirik ke kaca spion mobil dan tiba-tiba menyadari kalau mobil Valerio mengikuti tepat di belakang mobil merekaDia mengucek matanya mencoba memastikan. Ternyata i
"Ke mana?"Valerio memutar balik mobilnya. Briella memiliki firasat buruk dalam hatinya. "Berhenti. Aku mau pulang!""Galapagos.""Aku nggak mau!""Nggak mau biaya perpisahan?"Briella mendengar nada peringatan dalam kata-kata Valerio dan menutup mulutnya dengan enggan.Keheningan menyelimuti sepanjang perjalanan mereka menuju ke tempat tinggal Valerio.Valerio memarkir mobil di tepi pantai. Dia menggendong Briella keluar dari mobil menuju pantai yang gelap."Dingin?"Menatap wanita dalam pelukannya, Valerio mengeratkan pelukannya dan memeluk wanita itu lebih erat.Malam ini dia sangat menginginkan Briella. Dia ingin memeluk Briella seperti ini dan melakukan sesuatu yang indah dengannya.Briella menatap mata hitam pria itu dan menunduk tidak berdaya."Ayo hentikan hubungan ini, ya?""Setelah malam ini, kamu akan bebas."Valerio menggendong Briella ke pinggir pantai, lalu menurunkannya. Telapak tangannya yang besar berada di belakang kepala Briella. Dia menunduk dan mendaratkan ciuman y
"Pulang."Briella menyentak tangan Valerio dan memungut pakaian dalam yang berserakan di karpet, lalu memakainya.Valerio beranjak duduk dan memperhatikan dengan tenang gerakan tangan Briella yang dengan lincah menyentuh punggungnya untuk mengaitkan bra."Malam ini tidur di sini saja. Besok kita ke perusahaan bareng.""Nggak perlu." Briella selesai mengenakan pakaiannya dan berbalik badan dengan tenang. Lalu, dia melanjutkan, "Pak Valerio, setelah pengacara Anda menemui saya besok untuk membahas masalah kompensasi, kita akan menjadi orang asing dan nggak akan saling mengganggu satu sama lain.""Apa harus sampai seperti itu? Briella, cara pikirmu terlalu naif."Cara pikir wanita ini terlalu optimis. Apakah dia benar-benar berpikir bisa berjuang sendirian dengan mudah setelah meninggalkan Perusahaan Regulus?"Kalau setelah ini kamu mengalami kesulitan, kamu bisa meminta bantuanku."Briella tersenyum, lalu mengatakan, "Terima kasih atas kebaikannya, Pak Valerio. Mulai besok, saya ingin me
Zayden sudah dewasa dan punya urusan pribadinya sendiri. Jadi Briella akan memberinya ruang....Keesokan harinya, pengacara Valerio menghubungi Briella dan keduanya sepakat untuk bertemu di sebuah kafe."Nona Briella, ini adalah perjanjian perpisahan yang dibuat sesuai dengan keinginan Pak Valerio. Sebelum membacanya, Nona harus tahu kalau apa yang ada di dalamnya harus dirahasiakan dan tak boleh diketahui oleh pihak ketiga. Kalau itu sampai terjadi, kami akan meminta pertanggung jawaban secara hukum.""Ya."Briella merasa cukup lega.Dia akhirnya mengerti kenapa langkah terakhir dari perpisahan mereka harus diurus oleh pengacara. Dia bisa menjalani semuanya sampai tahap ini saja sudah dianggap beruntung.Setelah menerima surat perjanjian, Briella langsung membuka halaman terakhir untuk melihat mengenai pemberian kompensasi.Di sana tertulis uang seratus miliar ditambah dengan Galapagos."Nggak ada masalah dengan surat perjanjiannya. Aku langsung tanda tangan saja."Pengacara itu memb
Briella menatap wanita itu dengan tatapan dingin, merasa kalau perangai wanita ini sangat buruk."Kenapa, mau mengikuti jejakku?""Kenapa aku harus mengikuti jejakmu? Aku nggak melakukan hal memalukan sepertimu."Briella mengaitkan bibirnya acuh. "Membuatmu dipecat dari perusahaan ini hanya perlu satu panggilan telepon. Nggak butuh alasan apa pun."Arogansi Erika langsung ditekan oleh perkataan Briella. Namun, dia masih tidak mau kalah."Kamu cuma mengandalkan Pak Valerio untuk bertindak sesukamu. Tapi sekarang, Perusahaan Regulus ada di bawah kuasa Bu Davira. Pak Valerio saja harus menuruti kemauannya!""Lalu, apa hubungannya denganmu?""Bu Davira melindungiku!""Benarkah? Kalau begitu aku akan menelepon Pak Valerio dan menanyakan kebenarannya."Briella sudah mengeluarkan ponselnya dari tas, benar-benar terlihat akan menelepon. Namun, Erika menghentikannya."Jangan menelepon. Pak Valerio lagi bulan madu sama Bu Davira. Jangan ganggu mereka."Briella melirik mereka dengan tatapan jenga
"Elbert itu temanku. Kebetulan aku lewat, jadi mampir sebentar."Nathan membawa pecahan mainan yang dia pegang ke mobilnya. "Ayo, kita ke mal. Karena aku sudah membantumu, setidaknya kamu harus mentraktirku makan, 'kan?"Nathan membuka pintu kursi samping kemudi, memberi isyarat kepada Briella untuk masuk.Briella tiba-tiba merasa ada banyak kebaikan Nathan yang benar-benar tidak dia pahami.Sebagai contoh, dia minta ditraktir agar Briella tidak merasa terbebani. Sebenarnya, Nathan yang membantu Briella.Lalu, menunjukkan perhatian dengan membukakan pintu mobil untuk Briella.Briella sudah terbiasa melayani Valerio, jadi dia merasa diperhatikan saat bersama dengan Nathan.Briella berjalan mendekat dan masuk ke mobil Nathan.Pria itu menyalakan mobilnya. Karena takut menyita waktu Briella, dia bertanya lagi, "Habis makan siang, masuk kerja lagi jam berapa?""Aku sudah keluar dari perusahaan."Nathan agak terkejut. "Semalam, kamu dan Valerio nggak kelihatan seperti sudah putus hubungan k
"Reaksi Nona Briella cukup datar. Proses tanda tangan pun berjalan dengan lancar."Raut wajah Valerio berubah muram. Dia menimpali dengan dingin, "Baguslah kalau begitu.""Pak Valerio, di sini sedang ramai pemberitaan skandal Anda dan Nona Davira. Reporter menanyakan apakah Anda akan menikah. Apa Anda ingin bagian humas mengadakan konferensi untuk menjelaskan situasinya?""Biarkan saja.""Baik."Setelah panggilan berakhir, terdengar ketukan di luar pintu. Ternyata Davira yang datang.Dia hanya menutupi tubuhnya dengan handuk, bahkan rambutnya yang basah masih meneteskan air, khas layaknya wanita cantik yang baru selesai mandi.Sambil menarik-narik sampul yang diikatkan di dadanya, Davira berkata dengan takut."Rio, kran air di kamar mandiku rusak. Apa aku boleh mandi di sini?"Sikap Valerio terlihat sangat tenang. Dia membuka pintu dan mempersilakan Davira masuk.Davira masuk ke kamar mandi dan Valerio langsung menutup pintu kamarnya. Dia mengambil telepon kamar dan menelepon layanan k
"Rio, aku akan selalu menunggumu."Davira sangat percaya diri bisa mendapatkan cinta Valerio.Pria ini hanya terjebak rayuan wanita murahan untuk sesaat. Ketika dia sudah bosan, tidak peduli seberapa liar Valerio, dia akan tetap kembali ke keluarganya, bukan?Valerio tersenyum dan mengatakan, "Selamat malam."Davira berjalan ke arah pintu dan berdiri di ambang pintu. Setelah beberapa saat, dia tiba-tiba berhambur ke dalam pelukan Valerio dan memeluknya dengan erat.Kedua tangan Valerio terangkat dan berakhir di punggung Davira. Dia menepuknya beberapa kali, lalu mendorongnya menjauh.Tanpa mengatakan apa pun dan tanpa menatap mata Davira yang berurai air mata, Valerio berbalik masuk ke dalam kamar.Davira kembali ke kamarnya sambil menangis. Dia berbaring di tempat tidurnya sambil terisak, hatinya dipenuhi dengan kebencian dan penyesalan.Jika bukan karena kemunculan Briella, Valerio tidak akan setega itu kepadanya. Briella lah yang menghancurkan kebahagiaannya ......."Hachim ...."B