Share

Bab 12

Author: Julio
Valerio menyipitkan matanya, memberikan aura dingin yang di bawah matanya. "Selama ini ada yang kamu sembunyikan dariku?"

Briella menggigit bibirnya dan menjawab dengan tenang, "Ada."

Valerio memegang dagu Briella dengan kencang. Dia baru melepaskannya setelah Briella meringis kesakitan.

Valerio mengeluarkan tisu basah dan berulang kali menyeka kedua ujung jarinya yang barusan menyentuh Briella. Sikap dan gerakannya menunjukkan rasa jijik yang sangat kentara, seakan-akan dia telah menyentuh sesuatu yang kotor.

Pria itu mencibir, "Pantas saja ...."

Briella bingung. Pantas saja apa?

"Keluar!"

Kemarahan Valerio yang tiba-tiba membuat Briella merasa aneh.

Pria itu memanggilnya bukan membahas masalah semalam tentang memberinya Galapagos, tetapi malah menggunakan liontin giok untuk mengalihkan pembicaraan.

Pria ini tidak sedang mencoba mengingkari janjinya, bukan?

"Pak Valerio, jangan lupa obatnya dipakai."

Briella sudah membuka pintu dan akan pergi, tetapi suara Valerio kembali terdengar.

"Kamu sudah temukan informasi tentang anak yang barusan?"

Tangan Briella memegang gagang pintu dan otaknya berpikir keras.

"Saya baru menemukan nomor dan alamat ibu anak itu."

"Aku mau semua informasinya. Ngurus hal sekecil ini saja nggak becus." Valerio makin kesal. "Bu Briella, ke mana perginya pikiranmu itu?"

Briella menghela napas. Dia tetap tersenyum dengan profesional. "Maaf, Pak Valerio. Mohon beri saya waktu setengah jam. Saya akan kirimkan rinciannya ke email Anda."

Suara pria itu terdengar sedingin es, "Aku nggak punya kesabaran buat nunggu selama itu."

"Baiklah. Saya akan menyelesaikannya secepat mungkin."

Briella langsung keluar dari ruangan Valerio dan merasa sangat lelah.

Sepertinya toleransi Valerio hanya ditujukan kepada Davira saja. Karena itu dia memperlakukannya dengan keras.

Valerio menginginkan informasi tentang Zayden. Tentu saja Briella tidak akan memberikan informasi yang sebenarnya. Dia akan membuat informasi palsu.

Tangannya mengetik dengan cepat di papan ketik komputernya dan mengarang informasi latar belakang Zayden. Dia menuliskan semua informasi Gita di dalamnya.

Briella mendesah. Putranya memiliki kecerdasan di atas rata-rata anak seusianya sampai menarik perhatian Valerio. Namun, Zayden adalah rahasia yang selama lima tahun ini Briella sembunyikan. Jadi, dia tidak akan mengungkapkannya di saat-saat paling genting ketika hubungan keduanya akan berakhir.

Jika tidak, kemungkinan besar Briella tidak akan mendapatkan sepeser pun.

Tidak sampai lima menit, Briella mengirimkan informasi identitas Zayden ke email Valerio.

Pria itu membuka email tersebut dan membaca sekilas informasi tentang Zayden.

Tidak ada yang luar biasa dari keluarga maupun latar belakang pendidikannya.

Zayden adalah anak dari orang tua tunggal ....

Valerio menatap nama ibu anak itu dan tenggelam dalam lamunannya. Wanita seperti apa yang mampu membesarkan seorang anak genius? Kecerdasan anak itu diwarisi dari ayah atau ibunya?

Dia terus mempelajari latar belakang Zayden dengan penuh minat.

Kebetulan baru-baru ini ada rencana untuk membangun pusat penelitian dan pengembangan teknologi cerdas. Penilaian tajam Valerio mengatakan kalau dia merekrut anak itu ke dalam timnya, pasti akan sangat menjanjikan ....

Di luar ruang presdir, Briella menerima telepon dari departemen keuangan.

Briella ingat nomor ini. Ini adalah nomor telepon kantor kepala bagian keuangan.

Briella langsung mengangkatnya.

"Halo, Bu Davira."

"Briella, datang ke ruanganku sebentar."

"Baik."

Briella menutup panggilan itu dan menebak-nebak tujuan Davira memanggilnya.

Selama ini mereka tidak pernah berhubungan. Briella bahkan belum pernah bertemu dengannya. Davira memanggilnya hanya dengan nama tanpa embel-embel lain, seolah-olah wanita itu sedikit mengenalnya.

Apa jangan-jangan Valerio pernah mengatakan sesuatu tentangnya kepada Davira?

Related chapters

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 13

    Briella mengetuk pintu kantor Davira.Davira berdiri di sana, dia melihat Briella dari ujung kepala sampai ujung kaki lalu ke wajahnya."Sudah berapa lama kamu kerja sama Valerio?""Lima tahun."Davira melirik Briella sekilas, sikapnya menunjukkan keangkuhan.Valerio dikelilingi oleh orang yang setia dan bisa dipercaya. Lima tahun bukan apa-apa. Namun, masalahnya terletak pada Briella yang seorang wanita."Rio sangat menghargai kemampuan kerjamu. Dia bilang kamu bisa beradaptasi dalam segala situasi. Kamu bekerja dengan cekatan dan menyeluruh seperti seorang wanita, tapi kamu juga bekerja dengan tegas dan cepat layaknya pria."Saat itu, Davira merasakan ancaman besar saat mendengar Valerio mengatakan Briella adalah orang yang seperti itu. Namun, saat melihat Briella secara langsung, dia malah merasa lega.Briella hanyalah seorang pengganti.Briella agak terkejut. Selama ini, dia selalu berpikir kalau Valerio menganggapnya sebagai barang."Tapi, kalau dilihat dari sumber daya manusia se

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 14

    "Apa ... apa ibuku akan ...."Pria itu memotong sebelum Briella menyelesaikan perkataannya."Semuanya pasti akan baik-baik saja." Mendengar suara isak tangis Briella yang gemetar, pria di ujung telepon berbicara lagi, "Lala, jangan takut. Ada aku di sini."Briella melangkah masuk ke dalam lift, merasa sedikit lebih lega. "Nathan, terima kasih.""Nggak masalah. Pelan-pelan saja dan hati-hati di jalan.""Ya."Setelah menutup telepon, Briella baru menyadari selain dirinya, ternyata ada sepasang pria dan wanita di dalam lift.Orang itu adalah Valerio dan Davira.Briella mencoba menenangkan perasaannya dan menyapa kedua orang itu, "Pak Valerio, Bu Davira."Wajah Valerio terlihat dingin, tatapannya tertuju pada wajah kecil Briella yang pucat. Pria itu bisa melihat jejak air mata di sudut mata Briella.Valerio mengerutkan kening dan ingin mengatakan sesuatu, tetapi Davira tiba-tiba menggandeng lengannya.Dia tersenyum dan bertanya pada Briella, "Apa yang kamu telepon barusan itu pacarmu?"Bri

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 15

    Briella selalu merasa Nathan sangat tertarik setiap kali dia membahas masalah pekerjaannya."Untuk sekarang aku cuma mau fokus sama pengobatan ibu. Nanti saja kita bahas yang lainnya."Nathan mengangguk. "Oke. Aku mau kembali bekerja dulu. Telepon kalau ada apa-apa.""Pak Nathan, terima kasih sudah repot-repot datang kemari. Aku antar sampai ke depan."Briella pun mengantar Nathan pergi. Ia baru pulang dari rumah sakit saat hari sudah malam.Di dapur, Zayden berdiri di atas bangku kecil, sedang memasak pangsit."Mama, makan malam hampir siap. Cuci tangan dulu baru makan."Zayden menyajikan pangsit ke piring dan menyiapkan peralatan makan di atas meja. Dia duduk sambil menatap Briella dengan penuh harap.Briella dan Zayden saling berhadapan. Dia melihat Zayden membelalakkan matanya. "Apa yang kamu lakukan?""Bukannya pas di kantor Mama bilang mau cerita tentang papa saat pulang?""Papamu ...." Briella menunduk dan mengambil mangkuk Zayden, lalu berkata pelan. "Dia sudah nggak ada.""Ngg

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 16

    "Hari ini aku titip Zayden, ya? Aku harus ke kantor.""Eh, bukannya kamu sudah keluar?""Belum jadi. Aku masih harus ngurus bos menyebalkan, baru Valerio mengizinkanku keluar.""Jangan bilang Valerio nggak mau kamu keluar! Bukannya dia bisa bawa siapa saja buat ikut acara perjamuan kayak gitu? Apa harus kamu yang turun tangan?"Briella juga tidak berdaya. Dia sendiri tidak mengerti kenapa Valerio ingin dirinya yang mengurus masalah Pak Sony. Begitu teringat kejadian tidak menyenangkan saat perjamuan minum itu, Briella merasa jijik."Hari ini aku akan coba menanyakannya."Briella sedikit khawatir. Ibunya akan segera dipindahkan ke rumah sakit lain, jadi dia membutuhkan banyak uang. Sekarang, dia hanya bisa mengandalkan kompensasi perpisahan dari Valerio.Setelah sarapan, Briella pergi ke kantor.Saat turun dari bus, mobil Maybach milik Valerio melintas di depan mata Briella dan berhenti di depan kantor.Pintu di kursi samping kemudi terbuka dan Davira keluar lebih dulu, diikuti oleh Val

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 17

    Setelah bertahun-tahun bekerja di dunia bisnis, Briella tahu kalau dia tidak boleh memancing permusuhan dengan pria. Karena pada akhirnya dia sendiri yang akan menderita.Dia melembutkan nada bicaranya, lalu menunduk dengan penampilan sedih."Pak Valerio, terima kasih sudah menjaga dan mengajari saya banyak hal selama ini. Kalau bukan karena Anda, mungkin saya sudah tidur di jalanan. Anda sudah mau tunangan, jadi tidak pantas kalau saya tetap bekerja di Perusahaan Regulus. Saya jadi terburu-buru dan membuat Pak Valerio salah paham."Valerio mengangkat alisnya. "Siapa yang bilang aku akan bertunangan?""Ini 'kan sudah jadi rahasia umum."Mata gelap Valerio menatap Briella, mencoba memperhatikan reaksinya.Valerio akan bertunangan dan Briella buru-buru pergi. Wanita ini seakan-akan takut membuat masalah."Pak Valerio, kalau begitu saya pergi dulu. Anda bisa menunggu di sini sebentar sebelum turun, terlalu banyak gosip di perusahaan."Briella melihat sekeliling dan turun dari atap dengan

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 18

    Briella mengambilkan makanan untuk Zayden, mencoba membungkam mulutnya yang terus berbicara. "Nggak ada tapi-tapian. Makan!"Gita yang duduk di seberang meja memandangi ibu dan anak itu. Dia menjadi emosional.Briella telah menjalani terlalu banyak kesulitan dan tahu betapa sulitnya bekerja di luar sana. Jadi, dia bertekad untuk membesarkan putranya dengan baik. Dia ingin putranya belajar, mendapatkan pendidikan terbaik dan mendapatkan pekerjaan yang terhormat.Dia ingin menebus semua kesedihan yang pernah dia alami melalui putranya."Gita, ponselmu bunyi." Briella menunjuk ponsel Gita di atas meja yang layarnya menyala.Gita mengambil ponselnya. Begitu melihat identitas penelepon, dia mendongak dan berkata dengan tergagap pada Briella."Dia ... dia ... dia telepon lagi ...."Briella balik bertanya, "Valerio?""Ya. Apa yang harus aku lakukan? Angkat nggak?""Angkat saja. Kalau dia mau ketemu, bilang saja kamu nggak ada waktu. Lebih baik buang keinginannya buat ketemu Zayden."Gita memb

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 19

    Briella mencoba menenangkan diri. Dia memikirkan siapa yang melakukan hal seperti itu.Ruang kantor presdir menjadi ramai karena semua orang membicarakan tentang siapa wanita yang ada di dalam foto itu.Ada orang yang langsung menebak kalau wanita itu adalah Briella. Karena pada kenyataannya, semua orang memang menggosipkan kalau Valerio dan Briella memiliki hubungan yang tidak jelas. Mereka menduga kalau sejak lama keduanya menjalin hubungan secara diam-diam."Bu Briella, orang di foto itu bukan kamu, 'kan?"Siska menatap Briella dan bertanya dengan sedikit khawatir.Briella tersadar dan balik bertanya dengan tenang, "Mereka semua bilang kalau orang itu aku?"Siska mengangguk. "Ya. Mereka bilang kalau wanita di foto itu kamu. Aku sampai berdebat dengan mereka. Mereka sudah merusak nama baikmu."Briella tersenyum. "Jangan pedulikan mereka. Ayo lanjut kerja saja."Melihat Briella sama sekali tidak panik, Siska pun bertanya dengan bingung, "Bu Briella, mereka sudah sejahat ini, kenapa ka

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 20

    Briella mengira kalau masalah foto itu akan berlalu begitu saja. Kalaupun kebenaran dari foto itu terungkap, dia sudah meninggalkan perusahaan dan tidak bekerja di sini lagi.Namun, ternyata ini baru permulaan.Briella memiliki kebiasaan minum kopi. Setelah sibuk mengurus pekerjaannya, dia membawa cangkirnya ke pantri.Di sana ada beberapa wanita yang sedang mengobrol dan namanya disebut-sebut."Kemarin aku lihat Briella naik ke atap. Wanita di foto itu pasti dia.""Kalau memang benar begitu, berarti dia wanita simpanan, orang ketiga!""Siska, jauhi dia. Apa yang bisa kamu pelajari dari orang sepertinya! Bikin sial saja!"Briella berdiri diam dan mendengar Siska marah, "Kalian jangan bicara omong kosong tentang Bu Briella. Dia orang yang sangat baik. Lagi pula, apa kalian punya bukti kalau wanita di foto itu dia? Kalau nggak punya, jangan asal menuduh!"Sudut bibir Briella sedikit terangkat, tersenyum penuh makna.Dia memang sangat pintar dalam menilai seseorang. Siska jujur dan bisa d

Latest chapter

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 583

    Kecurigaan tiba-tiba terlintas di benak Briella. Dia merasa bahwa kemunculan Elena yang tiba-tiba di depan rumahnya hari ini terlalu mendadak.Ketika Briella tengah memikirkan kemungkinan ini, Valerio tiba-tiba menelepon.Pria itu pasti baru bangun tidur. Suaranya sengau, terdengar rendah dan magnetis."Apa anak-anak sudah bangun?""Pak Valerio, bisakah Pak Valerio nggak memberi tahu siapa pun alamat tempat tinggalku seenaknya?""Apa maksudmu? Aneh sekali."Mendengar sikap Valerio, Briella memiliki tebakan sendiri di dalam benaknya.Seperti yang dia duga. Elena datang bukan untuk menjemput anak-anak, tetapi untuk menyatakan kedaulatannya.Terlalu samar untuk menganggapnya sebagai ancaman."Barusan Elena datang dan bilang kalau dia ingin menjeput anak-anak.""Anak-anak ikut dengannya?""Aku nggak kasih izin."Pria itu terdiam, tidak mengatakan apa-apa lagi.Kemudian, dia berkata, "Marco sudah dapat kamar terbaru terkait anak itu. Rumah sakit memang membawa anakmu pergi dan berbohong kep

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 582

    Briella kembali ke kursi kemudi dan menyesuaikan sudut kursi, baru menyalakan mobil untuk pulang.Setelah melakukan banyak hal semalaman, Zayden mengikuti Briella pulang dan masuk ke kamar tamu untuk tidur. Briella memandangi kedua kakak beradik yang tertidur lelap di atas tempat tidur. Kedua anak kecil ini benar-benar seperti malaikat, sangat pintar dan pandai bagaimana cara bersikap. Papa mereka memang suka main perempuan, tetapi sungguh sebuah keberuntungan yang luar biasa karena bisa menemukan wanita-wanita yang bisa melahirkan anak sesempurna mereka.Briella membantu mereka memakaikan selimut, lalu kembali ke tempat tidurnya.Dia tidur hingga pukul sepuluh keesokan harinya dan dibangunkan oleh suara bel pintu.Setelah mengan mengenakan sandal rumahan dan melewati kamar tamu, Briella tidak lupa membuka pintu kamar tamu untuk melihat Zayden dan Queena yang masih tertidur.Menutup pintu kamar tamu, Briella berjalan ke pintu depan dan melihat melalui mata kucing.Wanita yang berdiri d

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 581

    Briella berjalan keluar bersama Zayden dan masuk ke dalam mobil Nathan. Saat itu sudah pukul dua pagi.Nathan mengetuk pintu mobil Briella, memberi isyarat agar Briella keluar dan berbicara.Briella menatap Zayden. "Jangan keluar dari mobil. Tidur saja kalau kamu ngantuk."Zayden memelototi Nathan dan mendengus dingin, "Banyak sekali masalah pria itu."Briella membelai kepala Zayden. "Dia memang banyak masalah. Meskipun begitu, dia bukan orang jahat. Dia akan berguna dalam keadaan darurat."Zayden menunjukkan sikap posesifnya. "Kalau begitu Mama nggak boleh suka sama dia. Mama cuma boleh suka sama Papa saja."Briella tersenyum tidak berdaya. "Apa Papa nggak pernah bilang siapa Mama kamu?""Tentu saja Papa pernah bilang. Kamu."Briella hanya menganggapnya sebagai lelucon. "Nak, tidurlah di mobil. Setelah itu, kita akan pulang."Nathan merokok tidak jauh dari situ, mengembuskan kepulan asap putih di tengah dinginnya cuaca malam. Melihat Briella turun dari mobil dan berjalan mendekat, dia

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 580

    Nathan dan Zayden berhenti berdebat dan menatap Briella bersamaan. Keduanya sedikit takut saat melihat Briella marah.Erna memperhatikan Nathan. Siapa pun pasti bisa melihat kalau Nathan sangat menyukai Briella.Dia langsung bertanya pada Nathan, "Apa hubunganmu dengan Briella?""Aku mantan pacarnya."Erna kembali melanjutkan, "Lala sudah punya tunangan. Dia akan menikah dengan Klinton, tuan muda dari Keluarga Atmaja. Lebih baik kamu nggak berhubungan lagi dengannya setelah ini.""Kamu dan Klinton bertunangan?" Nathan berkata sambil menatap Briella, bertanya dengan nada serius."Dia itu rubah tua, apalagi adiknya, Davira. Apa kamu bisa hidup damai kalau menikah dengannya? Jangan menikah dengannya. Lebih baik bersamaku daripada bersamanya. Kamu mengerti?"Briella menjawab tanpa mengangkat matanya, "Kenapa aku harus menikah? Setelah menemukan anakku, aku akan baik-baik saja bahkan tanpa menikah.""Omong kosong apa yang kamu bicarakan!" Erna melanjutkan dengan kesal, "Apa maksudnya menemu

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 579

    Cahaya di mata Zayden sudah meredup. Neneknya tidak sadarkan diri sejak dia lahir, jadi neneknya belum pernah bertemu dengan Zayden. Wajar saja kalau dia tidak mengenali Zayden."Dia Zayden Dominic. Biarkan saja dia memanggilmu begitu." Briella tidak tega melihat kelopak mata Zayden yang terkulai dan kehilangan. "Bukannya kamu ingin aku punya anak? Kebetulan sekali ada yang memanggilmu nenek."Erna melihat Zayden, lalu bertanya pada Briella dengan ragu, "Katakan, apa dia benar-benar anakmu?""Bukan." Briella menunjukkan ekspresi bingung. "Ini anak atasanku. Aku diminta menjaganya.""Kalau itu bukan anakmu, kenapa nama belakangnya Dominic?" Nathan berjalan mendekat dan menunjuk ke arah kepala Briella. "Apa kepalamu ini benar-benar terbentur. Kenapa kamu masih nggak percaya?"Briella tiba-tiba memikirkan hal ini dan ternyata benar. Zayden punya nama belakang yang sama dengannya.Namun, tidak peduli seberapa banyak Briella memikirkannya, dia tidak ingat kalau dia punya seorang putra seusi

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 578

    Briella bisa merasakan ketidakbahagiaan Nathan. Kebencian Nathan kepada Rieta sama besarnya dengan rasa sayangnya kepada Rieta. Dia tidak bisa bertemu dengan ibu kandungnya lagi, mana mungkin dia tidak sedih?"Aku memang sakit. Hatiku yang sakit."Briella menutup mulutnya dan menatap punggung Nathan tanpa berkata apa-apa."Jadi aku teringat denganmu. Melihatmu bisa membuatku merasa lebih baik.""Aku bukan obat penghilang rasa sakit. Pergilah ke rumah sakit kalau kamu nggak sehat.""Kamu jauh lebih manjur dibandingkan dokter dan perawat rumah sakit. Apa kaki dan pinggang mereka sekecil milikmu? Daripada mencari mereka, lebih baik aku menemuimu."Sebelum Briella sempat mengatakan sesuatu, Zayden berteriak marah, "Dasar memalukan!"Briella menutup telinga Zayden. "Nathan, kamu boleh sedih, tapi tolong tunjukkan rasa hormat padaku. Ada anak kecil di dalam mobil. Apa kamu nggak bisa bersikap normal?""Normal, aku sangat normal. Aku nggak nangis dan membuat masalah, kenapa kamu bilang aku ng

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 577

    Nathan melihat bahwa Briella tidak terlihat berpura-pura. "Ayo. Aku akan mengantarmu menemui ibu asuhmu. Kalian bisa bernostalgia di jalan.""Tunggu dulu. Aku mau ganti baju.""Pergilah. Pakai jaket dan sekalian bawakan jaket untuk putramu."Kata Nathan sambil menarik Zayden ke dalam rangkulannya.Briella menatap Zayden dan hatinya gelisah. Lalu, dia memerintahkan, "Aku ambil baju dulu. Nggak akan lama."Melihat Briella berbalik dan masuk ke dalam kamar, pria itu mencubit wajah Zayden dan menggodanya."Kasihan sekali, ibumu sendiri nggak mengakuimu sebagai anaknya."Zayden menoleh dengan angkuh, lalu berkata sambil mengerutkan kening, "Jangan menyentuhku!"Nathan menimpali, "Sifatmu ini sama persis seperti Valerio.""Aku anak kandungnya, tentu saja sama sepertinya.""Sepertinya kamu sangat menyukainya. Nggak boleh begitu. Apa kamu sudah lupa bagaimana dia memperlakukan Mama mu? Kamu harusnya membencinya.""Jangan mengatakan sesuatu yang nggak kamu mengerti." Zayden mencibir, "Aku punya

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 576

    Briella menutup pintu untuk menghalangi pandangan kedua anak itu. Lalu, dia mengerutkan keningnya dengan tidak senang. "Nathan, apa yang kamu lakukan di sini?"Nathan bersandar di ambang pintu, wajahnya terlihat sedikit muram. Bahkan tercium bau alkohol dari napasnya. Entah karena kematian Rieta atau karena apa, tetapi pria itu tidak terlihat baik-baik saja."Sudah malam. Kamu pergi saja."Lelaki itu mengaitkan bibirnya, berkata sambil tersenyum sangat tipis, "Kenapa? Sekarang kamu akhirnya berani mengakui kalau kamu itu Briella?"Briella mengabaikannya dan menutup pintu untuk mengusir Nathan pergi.Tangan Nathan menghalangi pintu dan melambai ke arah Zayden yang berada di dalam, "Nak, kamu masih nggak kenal sama Om?"Briella menoleh ke belakang. "Zayden, bawa adikmu ke kamar.""Zayden, kamu sama saja dengan Mama mu, tidak mau mengakuiku. Bagaimanapun, dulu aku pernah menolong kalian berdua, tapi sekarang kalian jadi orang yang nggak tahu terima kasih."Briella menyadari sesuatu, lalu

  • Romansa Valerio dan Briella   Bab 575

    "Queena khawatir nggak akan bisa bertemu Tante lagi, hiks."Briella menepuk-nepuk punggung Queena, mencoba menenangkannya, "Jangan menangis. Itu tempat orang jahat ditempatkan. Tante nggak melakukan kesalahan, mana mungkin dikurung di sana?"Kepala Queena terbenam dalam pelukan Briella, terus menempel kepadanya. "Lalu siapa orang jahatnya?"Briella menjilat bibirnya dan berkata dengan ragu-ragu, "Tante nggak tahu siapa orang jahatnya. Yang Tante tahu, orang jahat pasti akan dihukum."Queena mengedipkan matanya yang berkaca-kaca dengan polos. "Tapi kata para pelayan, Nenek meninggal dan Mama yang membunuhnya."Zayden berkata dengan jengkel, "Dia bukan Mama mu. Dia memperlakukanmu dengan nggak baik dan mengajarimu hal buruk. Dia nggak pantas untuk menjadi seorang ibu."Queena mengerutkan kening dan berkata dengan cemas, "Mama Queena orang yang jahat. Apa orang lain juga akan menganggap Queena jahat?""Nggak akan." Zayden bersumpah, "Selama ada Kakak, nggak akan ada yang berani menyebutmu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status