Mas Farid nampak terkejut mendengar perkataan wanita berambut panjang itu, meski dia mengenakan pakaian kerja khusus konstruksi tapi cetakan bagian tubuhnya yang terbungkus celana jeans dan sepatu boot membuat dia nampak sangat seksi. Dia menawan dan sungguh menarik.
"Apa? Kau bilang apa?" Suamiku nampak terguncang saat kekasihnya minta putus darinya. Dia segera meraih tangan wanita itu dan membingkai wajahnya dengan kedua telapak tangannya."Aku belum pernah mencintai orang setulus aku mencintaimu.""Cih, jangan bohong." Wanita itu mendeci sambil membuang pandangannya ia seakan benci sekali pada suamiku."Aku memang mencintai Hafsah, tapi aku lebih mencintaimu, aku tergila-gila padamu dan akan kutinggalkan segalanya lebih bisa bersamamu.""Oh ya?""Ya, aku bersumpah!" ucapnya sambil mengecup jemari Niken."Lalu kenapa kok belum juga meninggalkan mereka semua jika kau memang yakin begitu mencintaiku.""Aku harus menyelesaikan hubungan itu dengan baik-baik agar tidak ada dendam Antara Aku dan Hafsah serta sakit di hati anak-anakku. Lagi pula semua aset-aset ku tersimpan atas nama istriku jadi aku berencana untuk memindahkannya diam-diam agar aku dan kamu punya modal untuk memulai kehidupan kita yang baru."Ouhhh... Jadi itu rencananya ya? Aku bersumpah tidak akan membuat semua rencana mereka berjalan lancar."Kita bercinta setiap hari dan menghabiskan waktu, bagaimana kalau aku hamil sementara kau masih belum berbicara juga dengan istrimu?""Aku tetap bisa menikahimu sayang, jangan buat hatiku galau dan syok seperti ini dengan cara kau mengancamku untuk meninggalkanku.""Aku bisa apa? Lihatlah kita bertemu setiap hari dan menghabiskan waktu lama-lama orang akan mulai curiga dan menyadari ada hubungan di antara kita. apa kau tidak mengerti juga, Mas?""Aku akan mengatasi semua itu lagi pula selama ini kita tidak pernah terlihat mencolok. Kau jangan marah Sayang, aku mencintaimu," ujar Mas Farid."Cukup mas, aku muak, lebih baik kita putus!"Wanita itu mendorong suamiku, banyak meninggalkan bangunan ini, tapi tiba-tiba mas Farid menarik tangannya dan memeluknya dengan kencang lalu mendesaknya ke sisi di dinding."Tidak kau tidak bisa lepas dariku lebih baik kita mati berdua daripada kau meninggalkanku!""Cukup, Mas!"Mas Farid kembali mencoba meyakinkan wanita itu dengan kembali mencumbunya di bagian lehernya. Dia menyentuh bagian pribadi wanita itu dan membuatnya merintih tidak karuan."Hanya aku yang bisa bikin kamu bahagia dan kamu pun yang bisa bikin aku bahagia. Kita tidak boleh berpisah.""Kalau begitu tegaskan keputusanmu ucap wanita itu sambil kembali mendorong suamiku dengan kasar lalu dia berlari Pergi meninggalkan Mas Farid.""Siaal!" Mas Faris menendang sebuah ember yang membuatku cukup terkejut."Arrhggg!!!" Suamiku meremas rambutnya, lalu meninggalkan tempat itu dengan geram.Aku yakin situasi perasaan dan pikirannya sedang bingung. Dulu dia bekerja dan bilang kalau dia hidup hanya untuk istri dan anak-anaknya, tapi sekarang dia membisikkan kata-kata cinta pada wanita lain dan bilang hanya ingin bersama dengan niken, menghabiskan sisa hidupnya di dunia.Ah, munafik. Ternyata rata-rata laki-laki memang munafik.Aku jadi terpikirkan tentang wanita yang pernah hidup sama di luar sana, tentang wanita yang masih saja terus percaya dan yakin pada kesetiaan suami mereka. Khawatir tentang wanita yang selalu saja merasa bahagia karena diberi perhatian dan kasih sayang tapi di sisi lain mereka malah dikhianati.Sudah banyak contoh yang terjadi sejauh ini, bahkan orang-orang yang melukai seorang istri tidak lain dan tidak bukan adalah orang terdekatnya. Kadang seorang wanita yang mereka tolong, kadang sahabat terdekat mereka, kadang juga saudara atau bahkan sepupu sendiri yang jadi perebut suami.Sudah banyak yang terjadi, tidak ada firasat apa-apa tapi seorang wanita tiba-tiba kehilangan pasangan hidupnya yang ternyata terjerat pada pesona dan rayuan wanita lain. Untungnya aku segera menyadari kesalahan suamiku sebelum segala sesuatu menjadi terlambat. Aku harus menyelamatkan keluargaku demi anak-anakku yang tetap ingin bahagia bersama orang tuanya.Aku ingin menyelamatkan mereka.*Pukul 04.00 sore situasi dikonstruksi sudah mulai sepi, Aku sengaja memarkirkan mobilku tepat 20 meter dari jarak tempat itu. Saat aku melihat Niken meninggalkan tempat itu dengan mobilnya aku segera mengikutinya. Mengikutinya menyusuri Jalan hutan yang rindang dan sejuk, serta di sebelah kirinya ada danau yang terhampar luas dan memanjakan pemandangan mata.Aku mengakui wanita itu cukup cerdas dan cemerlang dalam idenya, dia mendesain hotel yang cukup bagus dan memilihkan tempat yang nyaman bagi para pengunjung dan wisatawan di masa depan. Iya, dia memang pintar, aku mengakuinya.Aku mengikutinya sejauh 8 KM dan tak lama kemudian mobil wanita itu berhenti, sebelum masuk ke jalan utama yang cukup ramai mobil itu berhenti. Wanita itu keluar tiba-tiba pintunya terbuka dan wanita itu keluar.Dia datang ke mobilku dan mengetuk pintunya, aku menurunkan kaca dan wanita itu langsung melipat tangan di dada dengan senyum yang penuh kesombongan."Ada apa ya ... istri direktur pelaksana mengikutiku?"Aku hanya tertawa mendengar dia begitu berani menantangku dan tidak ada sungkan-sungkannya sama sekali.Aku mendorong pintu mobilku lalu keluar dari sana, si wanita itu masih melipat tangan di dada dengan senyum santainya."Aku senang berjumpa denganmu di tempat ini.""Apa kau menguntitku?" tanyanya dengan alis naik sebelah.Dengan senyum yang masih santai dan tanpa banyak bicara aku langsung meraih rambutnya mencengkeramnya dengan kuat lalu kuhantamkan kepalanya ke atas kap mobil.Brak!"Aaaah!" Mungkin teriakan wanita itu menggema ke seluruh hutan, aku tak peduli."Beraninya kau meremehkanku!"Brak! Sekali lagi aku menghantam wajahnya ke kap mobilku. Wanita itu meronta dan berusaha memegangi pergelanganku tapi aku terlampau kuat dan sakit hati untuk membalaskan dendamku.PraaaaakAaaaah! Auhhh tolong ....Wanita itu menjerit minta ampun, keningnya berdarah, saat kulepas tengkuknya dia meluncur jatuh dan terkapar di aspal."Aku peringatkan padamu, untuk jangan main main denganku," ujarku sambil tersenyum miring dan masuk kembali ke mobil, wanita itu terkapar, ia merintih kesakitan dan berusaha bangkit, keningnya pecah lalu mengucurkan darah "Laporkan saja insiden ini pada pacarmu, aku menunggu reaksinya," lanjutku sambil tancap gas dan pergi begitu saja.Wanita itu memandangku dengan kesal tapi dia tak menjawabku."Beraninya wanita obralan sepertinya mencoba memisahkanku dan suamiku." Aku menggunam lalu mengencangkan laju mobil.*Waktu kembali bergulir, siang jadi malam, dan suamiku belum kunjung pulang, aku rasa dia menolong gundiknya, membawanya ke rumah sakit dan merawatnya.Hingga pukul sembilan dia belum kunjung datang, kucoba untuk menghubungi tapi dia tak menjawabnya. Baru aja akan kucari, dia sudah ada di ambang pintu."Dari mana saja Mas, a
Tanpa sengaja air mataku berderai, lututku gemetar dan aku berusaha membekap mulutku dengan kedua tangan, menghalau tangisanku agar tidak pecah dan terdengar oleh penghuni rumah. Aku tidak kuasa melihat benda berwarna merah marun yang teronggok di lantai kamarku itu. Aku merasa jijik menyentuhnya dan segera kulempar tapi aku tak bisa menepis fakta bahwa mereka memang melakukan sesuatu sebelum jam pulang kerja dan sebelum aku memukul wanita itu di tepi hutan. Aku rasa ini kan berusaha memprovokasi dan cari gara-gara denganku sehingga dia punya celah untuk masuk dan memanasi suamiku sehingga hubungan kami keruh.Ada tabir tipis antara penipuan dan rasa cinta yang sesungguhnya. Jika diperhatikan saat suamiku mengutarakan cinta padaku dia mengatakannya dengan begitu tulus jujur dan tatapan matanya benar-benar menunjukkan kalau dia mengatakan yang dia rasakan. Tapi saat aku menyaksikan dia mengatakan hal yang sama kepada Niken, maka aku tersadar, bahwa suamiku memang pandai bersandiwa
"Apa tidurmu nyenyak semalam?" tanya lelaki itu saat aku sedang melata piring di meja makan. Dia menjumpaiku, mendekati ke dapur saat aku sedang menyiapkan sarapan lalu mencium kening ini."Iya, tidurku bagus, kau bagaimana Mas?""Aku nyaman memelukmu," balasnya sambil duduk lalu mengesap kopi, aku menggeser kursi lagi duduk harapannya. Memberinya piring makan dan meletakkan nasi goreng ke atas permukaan benda itu."Makanlah.""Baik," jawabnya.Kami makan dan saling diam sekali aku dan dia saling memandang sampai akhirnya lelaki itu tidak tahan untuk bertanya,"Ada apa, kenapa kau diam saja?""Aku ingin bertanya padamu.""Tentang apa?""Apa yang kau sembunyikan dariku?" tatapanku tajam padanya, "Apa maksudmu, sudah nyari seminggu kau terus bertanya tentang apa yang aku sembunyikan Memangnya apa yang aku sembunyikan," tanya lelaki itu sambil menahan makanan di sendoknya."Baiklah kalau kau tidak mau mengatakan yang sebenarnya. Tapi, Aku tetap menunggumu untuk jujur.""Kejujuran macam
"Kupikir kau cukup bijaksana untuk menentukan langkah dan sikapmu tapi kau benar-benar mengundang masalah," desis Mas Farid."Apa maksudmu?""Kau pikir istriku akan diam saja mengetahui ini, Kau pikir dia akan bisa melihat kau meletakkan celana dalammu ke dalam jasku! Akan ada keributan besar dan kehancuran dalam keluargaku, anak-anakku akan murka dan semuanya akan bergulir jadi masalah yang begitu besar, apa kau sengaja melakukan ini?""Aku melakukannya agar kau merindukanku.""Jelas alasanmu tidak masuk akal, kau sengaja meletakkannya karena kau tahu istriku yang akan membersihkan jasku, kau sengaja ingin mengungkap perselingkuhan kita, iya kan.""Kalau iya terus kenapa? Sejauh ini aku menunggu kejelasan darimu kau bilang kita akan menikah dan bersama tapi buktinya belum ada sampai saat ini!"Wanita itu jadi berang dan menyingkirkan tangan mas Farid dari kedua lengannya, dia menepisnya dengan kasar dan berteriak. Untungnya koridor di sayap barat tidak terlalu ramai dengan pekerja ka
Dia terbelalak saat hendak keluar dengan langkah yang cepat dan nyaris menabrakku, dia hampir jatuh karena kaget. Ekspresi wajahnya yang tadinya biasa-biasa saja langsung pias dan gugup."Ka-kau ada di sini?" Mendadak suamiku panik dan terbata-bata. "Ya....""Sejak tadi?""Ya."Dia semakin pucat dan menelan ludah. "Apa kau melihat semua yang terjadi di dalam?""Ya, kenapa?""Ah!" Lelaki itu memegang keningnya dan mulai gelisah."Aku bisa jelaskan Sayang, Ini hanya salah paham. Kau pasti hanya mendengar percakapan itu setengah-setengah saja kan?""Aku dengar dengan jelas saat kamu memanggil wanita itu dengan ungkapan sayang kau bujuk dan kau kecup keningnya lalu kau minta dia untuk kembali ke lokasi proyek! Apa itu salah?" Suamiku gemetar bukan main saat aku mengatakannya. Sebenarnya aku ingin sekali menampar wajahnya dengan tas yang kubawa tapi aku tidak suka main kasar pada kepala keluarga. Lagipula, main kasar akan membuatnya kehilangan respek pada istrinya sendiri. Lalu kesemp
Jujur saja bertengkar dan berteriak-teriak bukan keahlianku, aku lebih memilih untuk bicara seperti itu padanya, dengan demikian, Dia mungkin akan berpikir keras untuk berusaha memperbaiki kesalahan. Atau... bisa jadi dia tidak menemukan kesadarannya.Kuambil makananku ke piring lalu kubawa piringku ke ruang tengah dan makan di depan tv, untuk pertama kalinya aku tidak makan di meja makan karena lelaki itu ada di sana."Aku jadi malu dan segan untuk makan.""Malu menunjukkan bahwa kau masih punya akal. Tapi entah kenapa, sejak awal, ke mana rasa malu itu pergi. Ke mana rasa takut akan dosa dan kemungkinan aibmu akan terungkap di saat kau berani menyingkap pakaian wanita itu di dalam ruang kerjamu?""Aku mohon, aku ...."Aku tidak lagi mendengar perkataannya karena tiba-tiba kuambil remote dan kubesarkan volume TV. Aku benci mendengar pembelaannya yang seperti pembenaran tidak masuk akal. Aku sudah bosan dan aku lelah. Melihatku yang acuh tak acuh saja serta hanya sibuk menonton TV
"Ada apa sebenarnya Bunda?" Putra sulungku datang bertanya padaku saat diri ini mencuci piring sendiri yang di dapur sementara kedua putriku duduk dengan ayahnya di depan TV sambil makan buah.Tiada seorangpun yang menyadari kesalahan Ayahnya di antara mereka, lagi pula aku tidak ingin merusak citra panutan mereka menjadi lelaki yang akan mereka benci seumur hidup. Aku tidak akan merusak keluargaku atau menghancurkan rumah tangga dengannya hanya saja aku butuh waktu untuk menerima kenyataan dan berdiri menata hatiku sendiri. Mungkin suatu saat Mas Farid akan sadar dan bertobat, mungkin juga tidak. Segala sesuatu atas keputusan dan sikapnya hanya akan kupasrahkan kepada Tuhan yang maha kuasa. Yang di atas lebih tahu mana yang terbaik untukku dan anak-anak.Di sisi lain, kadang dalam kesendirian dan saat terlintas kenangan-kenangan baik aku kerap meneteskan air mata, aku benar-benar mencintainya dan mempercayainya tapi tiba-tiba dia berselingkuh dengan seorang arsitek hanya karena wa
"Aku terkejut karena kau tiba-tiba datang dan memaksa untuk akrab dengan keluargaku malam malam begini, biasanya seseorang membeli kabar sebelum datang terlebih ini adalah rumah orang asing yang sama sekali tidak mengenalmu, kedatanganmu benar-benar mengejutkan."Wanita itu tertawa sambil menyibak rambutnya sementara kedua putriku menatap diri ini dengan berbagai pertanyaan di hati mereka, karena untuk pertama kalinya aku bersikap tidak ramah kepada tamu yang datang. "Sebenarnya aku sudah merencanakan hal ini....""Siapapun yang ingin akrab pada keluargaku maka mereka harus minta izin padaku dan akrab denganku dulu," balasku."Dengan senang hati, saya merasa tersanjung bila Mbak Hafsah mau berteman akrab dengan saya.""Bukankah suamiku adalah atasanmu dan kau memanggil dia dengan sebutan Pak, harusnya kamu manggil diriku dengan kata ibu, iya kan? Ataukah kau benar-benar tidak tahan lagi untuk segera akrab dengan kami.""Bundaaa... Bunda kenapa?"Putriku Alexa nampak tidak mengerti
Diam diam tanpa kusadari Mas Farid berusaha menyembunyikan kesedihan dan air matanya. Entah apa yang dirasakan olehnya terhadap wanita yang pernah dicintainya. Lelaki itu mungkin masih menyimpan rasa ataukah dia hanya prihatin tentang apa yang terjadi pada Niken."Mas, tidaklah kita semua menghendaki ini, tapi begitulah alur yang harus dijalani oleh Niken disebabkan oleh perbuatannya sendiri. Ayo pergi," ajakku sambil menggenggam tangan suami. "Iya, ayo pergi.""Farid!" Saat kami akan melangkahkan kaki meninggalkan pengadilan tiba-tiba suara familiar itu memanggil kami. Siapa lagi yang akan memanggil seberani itu kalau bukan ibunya Niken. Aku dan suamiku membalikkan badan lalu melihat wanita bergamis coklat itu menatap ke arah mas Farid dengan tatapan tajam dan air mata yang membasahi wajahnya."Kau puas melihat anakku terpuruk dalam kehidupannya? Kau puas melakukan ini padanya kau lupa bahwa apa yang terjadi disebabkan oleh perbuatanmu? Harusnya kau pun dihukum!""Bu, saya minta ma
Keesokan hari, Aku terkejut sekali karena pagi-pagi rumah kami sudah ramai, anak-anak mengumpulkan anggota keluarga inti dan mengundang beberapa orang lelaki yang tidak kukenali. Usut punya usut, ternyata mereka adalah petugas KUA dan saksi yang sudah diatur oleh Handi jauh-jauh hari sebelum mas Farid pulang ke rumah. "Papa dan mama bisa menikah hari ini.""Kok bisa? Kapan kamu mengurus berkas?""Aku mah lupa kalau aku ada direktur utama yang punya banyak staf dan mereka bisa lakukan apapun untukku?""Mengejutkan sekali," jawabku, "bahkan Mama belum menyiapkan makanan dan membersihkan rumah.""Sudah Ma, aku sudah menyiapkan segalanya jadi Mama tinggal menikah saja."Dengan dibantu oleh sepupunya dia membawa mas Farid ke ruang tamu, anggota keluarga kami duduk mengitari karpet besar sementara penghulu sudah ada di tengah tengah kami, diikuti oleh ayahku yang bertindak sebagai wali dan dua orang saksi."Kek, Saya meminta ridho dan restu agar kakek ikhlas menikahkan mama dan papa lagi
"Aku nggak terima ini ... kalian pasti salah tangkap," desisnya sambil melotot ke arah polisi yang memegangi kedua tangannya. "Bawa saja dia Pak," balasku sambil membenahi posisi Mas Farid di ranjangnya.*Setelah ditangkapnya wanita itu aku dan anakku beserta mas Farid hanya terdiam, kami duduk di sofa dengan segala pemikiran masing-masing. Aku merenung sambil menopang lagu sementara Handi sibuk dengan ponselnya."Jadi, tahu dari mana kalau dia pelakunya?" tanya Mas Farid."Pemuda itu mengaku dia dibayar lima belas juta untuk menabrak Papa, tadinya dia akan kabur tapi ternyata kondisi komplek perumahan ramai karena kebetulan tetangga kita sedang mengadakan syukuran kehamilan istrinya.""Jadi Niken merencanakan untuk mencelakakanku?""Iya, Pa.""Kenapa bisa begitu ya....""Karena dia tidak terima ditinggal Papa.""Astaghfirullah." Mas Farid menggumam sambil mengusap wajahnya dengan keresahan yang terlihat begitu jelas di wajahnya. "Apa yang akan kita lakukan pada wanita itu, Pa?""L
"Tidak Nyonya Saya tidak melakukan apapun. Saya sungguh tidak sengaja alih-alih mengerem mobil, saya malah panik dan tak sengaja menginjak pedal gas. Saya minta maaf Bu.""Apa kau mau dipenjara bertahun tahun penjara karena kelalaianmu berkendara?"Pemuda itu mendongak dan makin pucat ketakutan."Kudengar mobil itu adalah mobil sewa harian, aku juga dengar kalau kau berasal dari keluarga menengah ke bawah jadi dari manakah uang untuk menyewa mobil, apa yang kau lakukan dengan mobil, lalu sedang apa kau di komplek perumahan elit tempat tinggal para pengusaha! Apa yang kau lakukan?""Hanya jalan jalan, Bu.""Bukannya Ada petugas keamanan komplek yang akan menanyakan dan memeriksa pengunjung yang datang?""Saat itu security tidak ada, sayang iseng masuk ke perumahan karena saya dengar tempatnya sangat bagus, mewah, berkelas dan elit, tadinya saya mau bikin konten tapi ternyata saya tidak sengaja menabrak mobil suami ibu.""Jadi kau mengebut dalam berkendara sambil memegang ponsel? Maka
"Mas Farid!" Aku terjatuh dalam pandangan mata yang sudah gelap dan berkunang kunang, melihat lelaki itu terakhir kali digotong oleh beberapa orang membuatku langsung lemas dan kehilangan kesadaran. *"Bu ... Bu, ibu dengar Bu?" Aku mencoba mengerjakan meski kelopak mata ini terasa begitu berat.Aku mencoba mengingat kembali apa yang terjadi hingga aku tiba-tiba terkapar terbaring di kursi ruang tamu."Bu, Alhamdulillah ibu siuman," ujar Mbak Mina pembantuku."Iya, mana Bapak, Mbok?" Dalam keadaan yang masih pusing dan gemetar aku langsung bertanya tentang mas Farid."Sudah dibawa ke rumah sakit Bu.""Dibawa pakai ambulans atau mobil warga?""Mobil tetangga Bu.""Terus apa yang terjadi, Mbok." "Pengendara mobil hitamnya langsung diamankan warga dan dibawa ke kantor polisi sementara mobilnya Tuan Farid sudah dibawa ke bengkel.""Kalau begitu, saya harus bersiap untuk melihat keadaan bapaknya anak-anak saya," balasku sambil berusaha bangkit, kepalaku masih pusing tapi aku berusaha b
Hanya tertawa diri ini setelah memperhatikan sikap Niken yang berusaha menghalalkan segala cara untuk kembali mendapatkan mas Farid.Secara psikologi pria-pria tidak suka dengan wanita semacam itu, karena hal demikian membuat mereka risih dan tidak nyaman. Terlalu dikejar dengan obsesi yang menakutkan membuat pria jadi semakin menjauh dan kebencian di dalam diri mereka akan semakin timbul.Harusnya Niken bersikap lebih bijak dan tenang jika dia memang ingin memenangkan hati Mas Farid, dia harus menunjukkan iktikad baik dan penyesalan mendalam jika ingin mendapatkan pengampunan, lalu pelan-pelan merayu Mas Farid agar kembali ke dalam pelukannya. Sayangnya, wanita itu tidak cukup bijak memperhitungkan langkah. "Aku tidak kuasa menahan rasa geli di hatiku melihat wanita itu tiba-tiba mengaku hamil," ujarku membuka percakapan pada lelaki yang wajahnya dalam keadaan tegang. Kabar tentang kehamilan tentu saja mengguncang pikiran seorang lelaki meski dia pura-pura acuh tak acuh."Jika dia
Beginilah aku dan dia berdiri di depan gedung berlantai tiga, yang pernah jadi alasan perpisahan kami. Aku dan dia datang untuk kedua kalinya namun dalam konteks yang berbeda. Aku menemaninya sebagai bentuk dukungan bahwa lelaki itu masih punya orang-orang yang berdiri di dekatnya.Mengingat bagaimana dia akan menghadapi kerasnya hati Niken dan betapa nekatnya keluarga wanita itu, aku rasa ini adalah tantangan terberat di mana ia butuh teman untuk menopangkan beban tersebut. "Aku merasa trauma dan tidak nyaman hati datang ke tempat ini, aku benar-benar tidak nyaman," ujar mas Farid dengan mimik wajah sedikit khawatir dan aku bisa menangkap ketidaknyamanan yang benar-benar kentara. "Kenapa?""Dua kali aku membina keluarga dua kali juga hancur. Sungguh ini adalah tempat yang paling ingin kuhindari dalam hidupku tapi entah kenapa aku terus datang ke sini berulang kali," jawabnya mendesah."Anggap ini adalah jalan hidup yang harus sekali kita lewati Mas.""Melihat dirimu tetap ada disi
"Jadi, kemana sapi sapi itu?""Ada di kebun temanku. Kebetulan ayahnya punya lahan dan lahannya tidak terpakai jadi sapinya aku pindahkan ke sana.""Jadi polisi tidak mempersoalkan apapun tentangmu?""Ya, karena mereka tahu siapa Ayahku.""Jadi kau memakai reputasiku untuk melindungi dirimu?" tanya mas Farid pada anak gadis kami yang terus tersenyum-senyum dan merasa memenangkan sesuatu yang besar."Iya, berhubung papaku sangat kaya, berkuasa dan bisa membeli setengah dari kota ini. Jadi, aku menggunakan kekuasaan itu untuk bersikap sedikit sombong," jawabnya cekikikan."Ya ampun." Mas Farid hanya menepuk keningnya berkali-kali."Kalau memang sudah tidak ada masalah lagi, sebaiknya kita pulang.""Iya, Ma, ayo kita pulang.""Tapi Niken tak akan melepaskanmu sampai kau mengembalikan sapi-sapi itu ke tempatnya.""Dia tidak tahu apapun Pa, yang dia tahu aku sudah menjualnya, jadi sapi itu tidak akan kembali ke tangannya.""Tapi uangnya ada padamu?""Aku tidak mau tahu Ayah, apa yang kua
Selagi aku berdiri di pintu gerbang dan mendengar informasi dari penjaga yang sudah menunggu perkebunan selama 15 tahun, dari kejauhan ternyata diken dan orang tuanya menyaksikan kedatangan kami.Posisi villa yang berada di atas bukit sementara kandang hewan dan tempat pemerahan susu berada di bawahnya, membuat dia bisa leluasa melihat siapa saja yang berkunjung ke perkebunan. Aku dan dia saling menatap dari kejauhan Lalu Tak lama kemudian wanita itu mengambil motor dan melajukannya pada kami."Wanita itu datang," ujarku dalam hati. Bersamaan dengan perasaan hatiku yang mulai membuncah dengan kecemasan, di saat itu pula Mas Farid tiba di perkebunan. "Mas!""Mana Alexa!""Pak Ujang bilang, dia ditahan di Polsek.""Apa dia berhasil mengambil sapi?" tanya mantan suamiku sambil memegang kedua bahu ini."Iya, Tuan, sudah dijual subuh tadi, sesaat sebelum Nyonya Niken tiba dari rumah sakit. Tadinya non Alexa sudah mau pulang, tapi dia kedapatan oleh Nyonya Niken, mereka ribut, berdebat d