"Ada apa sebenarnya Bunda?" Putra sulungku datang bertanya padaku saat diri ini mencuci piring sendiri yang di dapur sementara kedua putriku duduk dengan ayahnya di depan TV sambil makan buah.Tiada seorangpun yang menyadari kesalahan Ayahnya di antara mereka, lagi pula aku tidak ingin merusak citra panutan mereka menjadi lelaki yang akan mereka benci seumur hidup. Aku tidak akan merusak keluargaku atau menghancurkan rumah tangga dengannya hanya saja aku butuh waktu untuk menerima kenyataan dan berdiri menata hatiku sendiri. Mungkin suatu saat Mas Farid akan sadar dan bertobat, mungkin juga tidak. Segala sesuatu atas keputusan dan sikapnya hanya akan kupasrahkan kepada Tuhan yang maha kuasa. Yang di atas lebih tahu mana yang terbaik untukku dan anak-anak.Di sisi lain, kadang dalam kesendirian dan saat terlintas kenangan-kenangan baik aku kerap meneteskan air mata, aku benar-benar mencintainya dan mempercayainya tapi tiba-tiba dia berselingkuh dengan seorang arsitek hanya karena wa
"Aku terkejut karena kau tiba-tiba datang dan memaksa untuk akrab dengan keluargaku malam malam begini, biasanya seseorang membeli kabar sebelum datang terlebih ini adalah rumah orang asing yang sama sekali tidak mengenalmu, kedatanganmu benar-benar mengejutkan."Wanita itu tertawa sambil menyibak rambutnya sementara kedua putriku menatap diri ini dengan berbagai pertanyaan di hati mereka, karena untuk pertama kalinya aku bersikap tidak ramah kepada tamu yang datang. "Sebenarnya aku sudah merencanakan hal ini....""Siapapun yang ingin akrab pada keluargaku maka mereka harus minta izin padaku dan akrab denganku dulu," balasku."Dengan senang hati, saya merasa tersanjung bila Mbak Hafsah mau berteman akrab dengan saya.""Bukankah suamiku adalah atasanmu dan kau memanggil dia dengan sebutan Pak, harusnya kamu manggil diriku dengan kata ibu, iya kan? Ataukah kau benar-benar tidak tahan lagi untuk segera akrab dengan kami.""Bundaaa... Bunda kenapa?"Putriku Alexa nampak tidak mengerti
"Teganya kamu mengatakan perceraian dengan tatapan mata sedingin itu ... aku memang salah jatuh cinta pada orang lain dan mengumbar janji dengan mudahnya tapi aku tidak pernah bermaksud meninggalkanmu.""Aku lebih percaya dengan kata-kata yang kau ucapkan pada wanita itu dengan tatapan serius dan penuh sumpah," jawabku sinis."Aku khilaf saat mengatakannya, aku hanya terbawa suasana," balasnya, aku tergelak mendengar alasan yang dilontarkan Suamiku di mana itu terdengar sangat klise dan kekanak-kanakan.Apapun yang dia katakan terdengar seperti sebuah kalimat omong kosong yang benar-benar membuatku membencinya. Takbiran Antara cinta dan kebencian itu sangat tipis sehingga itu bisa terbalik dalam sekelip mata. Minggu kemarin aku memujanya, bangga memilikinya sebagai suamiku, tapi hari ini, aku menyesal, aku malu pada diriku sendiri karena sudah memilihnya sebagai suami.Aku malu telah membawanya ke hadapan orang tuaku dan meyakinkan mereka bahwa ia pria yang pantas jadi pendampingku
Kutepikan mobil garasi, mematikan lalu menutup pintunya sambil menghela nafasku. Jujur saja keluar rumah selama 1 jam dan mencari udara segar membuatku sedikit terbebas dari rasa pengap dan kesedihan hati. Terus berada di rumah membuatku terpikirkan akan kejadian yang kulihat di kantor suamiku serta bagaimana kenangan indah tentang kami mencekik leherku. Aku sebenarnya tidak mau teringat-ingat lagi tapi entah kenapa bayangan itu berkelebat dan terus terngiang-ngiang.Saat aku mendorong pintu utama suamiku yang kebetulan duduk di ruang tamu langsung berdiri."Kau dari mana saja?"Melihat dia terlihat begitu tegang aku hanya menanggapi dengan santai, kutatap jam dinding lalu bertanya kembali kepadanya."Kamu pulang kantor lebih cepat hari ini?""Aku khawatirkanmu mengingat betapa seriusnya percakapan kita semalam kupikir....""Jangan khawatir aku tidak pergi ke pengadilan agama untuk menggugatmu, aku menunggu tawaran terbaik yang bisa kau berikan padaku.""Bagaimana kalau aku tidak bi
"Apa kau gila?" Tanya suamiku sambil mendesahkan nafasnya dengan kasar."Kau pikir anak-anak akan diam saja melihat orang tuanya tidak sekamar lagi?""Aku hanya butuh jeda Antara Aku dan dirimu aku harus memulihkan hatiku dari kenangan buruk dan adegan percintaan kalian, bantu aku untuk pulih, alih-alih kau terus mengintimidasi perasaanku.""Begini...." Ucap lelaki itu sambil menggigit bibirnya."Bisakah kau berikan aku kesempatan agar kita bisa memulihkan hubungan ini.""Caranya hanya satu, tinggalkan wanita itu dan pecat dia dari tempat kerjamu, singkirkan dia dari kehidupanmu sehingga aku tidak lagi mencurigai kalian.""Bagaimana aku menyingkirkannya sementara dia adalah pegawai yang berharga bagi perusahaan, karya dan desainnya sangat bagus, bagaimana aku bisa memecatnya.""Kalau begitu, putuslah dengannya....""Ya Tuhan..." Suamiku mengadu sambil menjambak rambutnya sendiri."Oh tentu kau tak bisa, mana mungkin kau bisa lepas dari wanita itu di mana kau sendiri bilang kalau tak
Aku berdiri dihalangi oleh sebuah dinding yang jadi pembatas antara dapur mini dan kamarnya. Suamiku dan wanita jarang itu bercinta di ruang tamu utama yang difungsikan juga sebagai ruang nonton tv. Ada film panas yang sepertinya sedang ditiru adegannya oleh mereka berdua. Mataku panas, dadaku bergejolak, aku ingin meraih pisau yang tertancap di wadahnya lalu mengganti tancapannya ke tubuh mereka. Tapi, aku takut dengan penjara, Aku tak mau jadi pembunuh yang menghancurkan masa depanku karena dua manusia bejat seperti mereka.Di sisi tempat aku berdiri ada teko air listrik yang tersambung ke steker sumber daya. Aku terpikirkan untuk menyalahkannya, menekan tombol sehingga lampu teko otomatis itu berubah merah. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan dengan air panas hanya saja aku mengikuti naluri."Ayang, aku kangen," ucap Mas Farid dengan napas memburu."Aku juga Mas, sehari tak bercinta membuatku merana, ah, ...."Tentu saja wanita itu mengerang erang, mendesah tak karuan menikm
Usai melampiaskan kemarahanku aku turun dari plat yang berada di lantai 3 itu, aku memasuki mobil, meraih botol air lalu meneguknya dengan cepat.Aku belum berinisiatif untuk segera menyalakan mesin lalu meluncur pergi demi meredakan perasaanku yang kini bergejolak dan membara, aku memilih untuk menunggu Apakah Mas Farid akan segera turun lalu pulang ke rumah ataukah dia malah pergi ke rumah sakit bersama dengan niken.Setelah lima menit dua sejoli itu terlihat turun, saat turun suamiku nampak terlihat hati-hati dengan memeriksa keadaan sekitar untungnya mobilku sengaja aku parkirkan tersamar di antara mobil-mobil yang lain Jadi mereka tidak tahu kalau aku masih ada di sana. Perlahan mas Farid menjemput seorang wanita dari lift, lalu wanita itu terlihat tertatih dan masuk ke mobil suamiku. Sepertinya mereka melakukannya dengan hati hati, khawatir aku masih ada di sana atau orang lain melihatnya. Tak lama kemudian mobil Fortuner berwarna putih itu meluncur keluar lalu menambah kec
Aku tidak segera turun untuk melihat suamiku yang konon katanya menggigil panas dingin setelah kuhajar habis habisan. Dia pasti kesakitan setelah mendapatkan terjangan dan pukulan dariku ditambah dengan panasnya air mendidih.Kurasa dia mendapatkan pukulan terburuk dalam hidupnya.Aku aku memang puas tapi aku tahu bahwa apa yang kulakukan adalah dosa, tidak seharusnya seorang Istri bersikap kasar pada suaminya, Apa yang kulakukan tidak akan kusebarkan dan memang tidak pantas ditiru. Aku hanya memberi peringatan dan melampiaskan kekesalanku karena sudah berulang kali kuberi tahu untuk segera berhenti berselingkuh tapi Mas Farid tidak berhenti juga.Ada rasa bersalah dalam diriku tapi aku berdamai dengannya, sekretaris suamiku memang harus diberi pelajaran agar dia mengerti kalau kebungkamanku bukanlah sebuah kelemahan.*Aku turun selesai mandi dan berdandan wangi menggerai rambutku dan karena ini di dalam rumah jadi aku tidak memakai jilbabku.Aku membuat segelas susu untuk diriku sen
Diam diam tanpa kusadari Mas Farid berusaha menyembunyikan kesedihan dan air matanya. Entah apa yang dirasakan olehnya terhadap wanita yang pernah dicintainya. Lelaki itu mungkin masih menyimpan rasa ataukah dia hanya prihatin tentang apa yang terjadi pada Niken."Mas, tidaklah kita semua menghendaki ini, tapi begitulah alur yang harus dijalani oleh Niken disebabkan oleh perbuatannya sendiri. Ayo pergi," ajakku sambil menggenggam tangan suami. "Iya, ayo pergi.""Farid!" Saat kami akan melangkahkan kaki meninggalkan pengadilan tiba-tiba suara familiar itu memanggil kami. Siapa lagi yang akan memanggil seberani itu kalau bukan ibunya Niken. Aku dan suamiku membalikkan badan lalu melihat wanita bergamis coklat itu menatap ke arah mas Farid dengan tatapan tajam dan air mata yang membasahi wajahnya."Kau puas melihat anakku terpuruk dalam kehidupannya? Kau puas melakukan ini padanya kau lupa bahwa apa yang terjadi disebabkan oleh perbuatanmu? Harusnya kau pun dihukum!""Bu, saya minta ma
Keesokan hari, Aku terkejut sekali karena pagi-pagi rumah kami sudah ramai, anak-anak mengumpulkan anggota keluarga inti dan mengundang beberapa orang lelaki yang tidak kukenali. Usut punya usut, ternyata mereka adalah petugas KUA dan saksi yang sudah diatur oleh Handi jauh-jauh hari sebelum mas Farid pulang ke rumah. "Papa dan mama bisa menikah hari ini.""Kok bisa? Kapan kamu mengurus berkas?""Aku mah lupa kalau aku ada direktur utama yang punya banyak staf dan mereka bisa lakukan apapun untukku?""Mengejutkan sekali," jawabku, "bahkan Mama belum menyiapkan makanan dan membersihkan rumah.""Sudah Ma, aku sudah menyiapkan segalanya jadi Mama tinggal menikah saja."Dengan dibantu oleh sepupunya dia membawa mas Farid ke ruang tamu, anggota keluarga kami duduk mengitari karpet besar sementara penghulu sudah ada di tengah tengah kami, diikuti oleh ayahku yang bertindak sebagai wali dan dua orang saksi."Kek, Saya meminta ridho dan restu agar kakek ikhlas menikahkan mama dan papa lagi
"Aku nggak terima ini ... kalian pasti salah tangkap," desisnya sambil melotot ke arah polisi yang memegangi kedua tangannya. "Bawa saja dia Pak," balasku sambil membenahi posisi Mas Farid di ranjangnya.*Setelah ditangkapnya wanita itu aku dan anakku beserta mas Farid hanya terdiam, kami duduk di sofa dengan segala pemikiran masing-masing. Aku merenung sambil menopang lagu sementara Handi sibuk dengan ponselnya."Jadi, tahu dari mana kalau dia pelakunya?" tanya Mas Farid."Pemuda itu mengaku dia dibayar lima belas juta untuk menabrak Papa, tadinya dia akan kabur tapi ternyata kondisi komplek perumahan ramai karena kebetulan tetangga kita sedang mengadakan syukuran kehamilan istrinya.""Jadi Niken merencanakan untuk mencelakakanku?""Iya, Pa.""Kenapa bisa begitu ya....""Karena dia tidak terima ditinggal Papa.""Astaghfirullah." Mas Farid menggumam sambil mengusap wajahnya dengan keresahan yang terlihat begitu jelas di wajahnya. "Apa yang akan kita lakukan pada wanita itu, Pa?""L
"Tidak Nyonya Saya tidak melakukan apapun. Saya sungguh tidak sengaja alih-alih mengerem mobil, saya malah panik dan tak sengaja menginjak pedal gas. Saya minta maaf Bu.""Apa kau mau dipenjara bertahun tahun penjara karena kelalaianmu berkendara?"Pemuda itu mendongak dan makin pucat ketakutan."Kudengar mobil itu adalah mobil sewa harian, aku juga dengar kalau kau berasal dari keluarga menengah ke bawah jadi dari manakah uang untuk menyewa mobil, apa yang kau lakukan dengan mobil, lalu sedang apa kau di komplek perumahan elit tempat tinggal para pengusaha! Apa yang kau lakukan?""Hanya jalan jalan, Bu.""Bukannya Ada petugas keamanan komplek yang akan menanyakan dan memeriksa pengunjung yang datang?""Saat itu security tidak ada, sayang iseng masuk ke perumahan karena saya dengar tempatnya sangat bagus, mewah, berkelas dan elit, tadinya saya mau bikin konten tapi ternyata saya tidak sengaja menabrak mobil suami ibu.""Jadi kau mengebut dalam berkendara sambil memegang ponsel? Maka
"Mas Farid!" Aku terjatuh dalam pandangan mata yang sudah gelap dan berkunang kunang, melihat lelaki itu terakhir kali digotong oleh beberapa orang membuatku langsung lemas dan kehilangan kesadaran. *"Bu ... Bu, ibu dengar Bu?" Aku mencoba mengerjakan meski kelopak mata ini terasa begitu berat.Aku mencoba mengingat kembali apa yang terjadi hingga aku tiba-tiba terkapar terbaring di kursi ruang tamu."Bu, Alhamdulillah ibu siuman," ujar Mbak Mina pembantuku."Iya, mana Bapak, Mbok?" Dalam keadaan yang masih pusing dan gemetar aku langsung bertanya tentang mas Farid."Sudah dibawa ke rumah sakit Bu.""Dibawa pakai ambulans atau mobil warga?""Mobil tetangga Bu.""Terus apa yang terjadi, Mbok." "Pengendara mobil hitamnya langsung diamankan warga dan dibawa ke kantor polisi sementara mobilnya Tuan Farid sudah dibawa ke bengkel.""Kalau begitu, saya harus bersiap untuk melihat keadaan bapaknya anak-anak saya," balasku sambil berusaha bangkit, kepalaku masih pusing tapi aku berusaha b
Hanya tertawa diri ini setelah memperhatikan sikap Niken yang berusaha menghalalkan segala cara untuk kembali mendapatkan mas Farid.Secara psikologi pria-pria tidak suka dengan wanita semacam itu, karena hal demikian membuat mereka risih dan tidak nyaman. Terlalu dikejar dengan obsesi yang menakutkan membuat pria jadi semakin menjauh dan kebencian di dalam diri mereka akan semakin timbul.Harusnya Niken bersikap lebih bijak dan tenang jika dia memang ingin memenangkan hati Mas Farid, dia harus menunjukkan iktikad baik dan penyesalan mendalam jika ingin mendapatkan pengampunan, lalu pelan-pelan merayu Mas Farid agar kembali ke dalam pelukannya. Sayangnya, wanita itu tidak cukup bijak memperhitungkan langkah. "Aku tidak kuasa menahan rasa geli di hatiku melihat wanita itu tiba-tiba mengaku hamil," ujarku membuka percakapan pada lelaki yang wajahnya dalam keadaan tegang. Kabar tentang kehamilan tentu saja mengguncang pikiran seorang lelaki meski dia pura-pura acuh tak acuh."Jika dia
Beginilah aku dan dia berdiri di depan gedung berlantai tiga, yang pernah jadi alasan perpisahan kami. Aku dan dia datang untuk kedua kalinya namun dalam konteks yang berbeda. Aku menemaninya sebagai bentuk dukungan bahwa lelaki itu masih punya orang-orang yang berdiri di dekatnya.Mengingat bagaimana dia akan menghadapi kerasnya hati Niken dan betapa nekatnya keluarga wanita itu, aku rasa ini adalah tantangan terberat di mana ia butuh teman untuk menopangkan beban tersebut. "Aku merasa trauma dan tidak nyaman hati datang ke tempat ini, aku benar-benar tidak nyaman," ujar mas Farid dengan mimik wajah sedikit khawatir dan aku bisa menangkap ketidaknyamanan yang benar-benar kentara. "Kenapa?""Dua kali aku membina keluarga dua kali juga hancur. Sungguh ini adalah tempat yang paling ingin kuhindari dalam hidupku tapi entah kenapa aku terus datang ke sini berulang kali," jawabnya mendesah."Anggap ini adalah jalan hidup yang harus sekali kita lewati Mas.""Melihat dirimu tetap ada disi
"Jadi, kemana sapi sapi itu?""Ada di kebun temanku. Kebetulan ayahnya punya lahan dan lahannya tidak terpakai jadi sapinya aku pindahkan ke sana.""Jadi polisi tidak mempersoalkan apapun tentangmu?""Ya, karena mereka tahu siapa Ayahku.""Jadi kau memakai reputasiku untuk melindungi dirimu?" tanya mas Farid pada anak gadis kami yang terus tersenyum-senyum dan merasa memenangkan sesuatu yang besar."Iya, berhubung papaku sangat kaya, berkuasa dan bisa membeli setengah dari kota ini. Jadi, aku menggunakan kekuasaan itu untuk bersikap sedikit sombong," jawabnya cekikikan."Ya ampun." Mas Farid hanya menepuk keningnya berkali-kali."Kalau memang sudah tidak ada masalah lagi, sebaiknya kita pulang.""Iya, Ma, ayo kita pulang.""Tapi Niken tak akan melepaskanmu sampai kau mengembalikan sapi-sapi itu ke tempatnya.""Dia tidak tahu apapun Pa, yang dia tahu aku sudah menjualnya, jadi sapi itu tidak akan kembali ke tangannya.""Tapi uangnya ada padamu?""Aku tidak mau tahu Ayah, apa yang kua
Selagi aku berdiri di pintu gerbang dan mendengar informasi dari penjaga yang sudah menunggu perkebunan selama 15 tahun, dari kejauhan ternyata diken dan orang tuanya menyaksikan kedatangan kami.Posisi villa yang berada di atas bukit sementara kandang hewan dan tempat pemerahan susu berada di bawahnya, membuat dia bisa leluasa melihat siapa saja yang berkunjung ke perkebunan. Aku dan dia saling menatap dari kejauhan Lalu Tak lama kemudian wanita itu mengambil motor dan melajukannya pada kami."Wanita itu datang," ujarku dalam hati. Bersamaan dengan perasaan hatiku yang mulai membuncah dengan kecemasan, di saat itu pula Mas Farid tiba di perkebunan. "Mas!""Mana Alexa!""Pak Ujang bilang, dia ditahan di Polsek.""Apa dia berhasil mengambil sapi?" tanya mantan suamiku sambil memegang kedua bahu ini."Iya, Tuan, sudah dijual subuh tadi, sesaat sebelum Nyonya Niken tiba dari rumah sakit. Tadinya non Alexa sudah mau pulang, tapi dia kedapatan oleh Nyonya Niken, mereka ribut, berdebat d