Usai melampiaskan kemarahanku aku turun dari plat yang berada di lantai 3 itu, aku memasuki mobil, meraih botol air lalu meneguknya dengan cepat.Aku belum berinisiatif untuk segera menyalakan mesin lalu meluncur pergi demi meredakan perasaanku yang kini bergejolak dan membara, aku memilih untuk menunggu Apakah Mas Farid akan segera turun lalu pulang ke rumah ataukah dia malah pergi ke rumah sakit bersama dengan niken.Setelah lima menit dua sejoli itu terlihat turun, saat turun suamiku nampak terlihat hati-hati dengan memeriksa keadaan sekitar untungnya mobilku sengaja aku parkirkan tersamar di antara mobil-mobil yang lain Jadi mereka tidak tahu kalau aku masih ada di sana. Perlahan mas Farid menjemput seorang wanita dari lift, lalu wanita itu terlihat tertatih dan masuk ke mobil suamiku. Sepertinya mereka melakukannya dengan hati hati, khawatir aku masih ada di sana atau orang lain melihatnya. Tak lama kemudian mobil Fortuner berwarna putih itu meluncur keluar lalu menambah kec
Aku tidak segera turun untuk melihat suamiku yang konon katanya menggigil panas dingin setelah kuhajar habis habisan. Dia pasti kesakitan setelah mendapatkan terjangan dan pukulan dariku ditambah dengan panasnya air mendidih.Kurasa dia mendapatkan pukulan terburuk dalam hidupnya.Aku aku memang puas tapi aku tahu bahwa apa yang kulakukan adalah dosa, tidak seharusnya seorang Istri bersikap kasar pada suaminya, Apa yang kulakukan tidak akan kusebarkan dan memang tidak pantas ditiru. Aku hanya memberi peringatan dan melampiaskan kekesalanku karena sudah berulang kali kuberi tahu untuk segera berhenti berselingkuh tapi Mas Farid tidak berhenti juga.Ada rasa bersalah dalam diriku tapi aku berdamai dengannya, sekretaris suamiku memang harus diberi pelajaran agar dia mengerti kalau kebungkamanku bukanlah sebuah kelemahan.*Aku turun selesai mandi dan berdandan wangi menggerai rambutku dan karena ini di dalam rumah jadi aku tidak memakai jilbabku.Aku membuat segelas susu untuk diriku sen
Usai menyetrika pakaiannya lelaki itu terlihat mengenakannyaz dia berdiri dan mematut dirinya di kaca yang ada di ruang makan lalu menyisir rambut. "Setelah kau suruh aku untuk mengurus makanan dan pakaianku sendiri... apa lagi yang akan kau lakukan?""Akan kupasrahkan sisanya kepada Allah," jawabku dengan santai."Tidakkah kau sadar bahwa sikapmu yang seperti ini akan membuatku semakin jauh darimu.""Keputusan ingin tetap dekat atau menjauhi itu adalah hakmu aku tidak bisa mempengaruhinya sedikitpun seperti halnya keputusan saat kau berhubungan dengan wanita itu....""Kenapa kau selalu menyentil tentang dia setiap kali kalimat terlontar di bibirmu.""Memang agak sensitif ya ... tapi karena wanita itu hubungan kita jadi hancur. Aku tahu kaulah yang bersalah dan wanita itu jadi korban kebangisanku, tapi, ini terjadi karena dirimu.""Ah...." Dia mendesah lalu menjatuhkan dirinya di kursi, nampaknya dia tidak jadi ke mana-mana."Kenapa kau malah terduduk lemas di situ. Bukannya kau lap
Melihatku mengusirnya terang-terangan dan melemparkan tas ke tangannya, membuat lelaki itu seperti sadar akan sesuatu lalu tercenung sendirian. "Baiklah, dengar, maafkan aku, aku benar-benar sudah kehilangan akal.""Tentu saja, kecantikan wanita itu membuatmu kehilangan akal. Dan meski aku berusaha tampil secantik mungkin di hadapanmu, kau tidak akan pernah terpesona karena mungkin kau telah bosan selama 20 tahun terus berjumpa denganku," jawabku."Pergilah sekarang, bawa mobil milikku, kita bertukar," sambungku. "Jangan begitu, aku tak akan kemana mana.""Kenapa? Apa kau tak mau melepas kenyamanan dalam rumah ini? Ataukah aku takut bahwa aku akan menghancurkan hidupmu dan merusak karirmu?""Aku yakin kau tidak akan melakukan itu demi menimbang anak-anak kita dan betapa kau mencintaiku.""Nah, itu kau tahu, kalau aku menyayangimu. Tapi mengapakah kau tetap saja melakukan perbuatan rendah itu.""Aku bersalah, aku minta maaf, aku mengakui kekhilafanku, aku minta maaf." Dia kalap dan b
Sepagi ini aku sudah terkejut melihat keadaan kamar utama yang berantakan, pintu lemari terbuka, sebagian pakaian tumpah ke lantai sementara laci laci terbuka. Sepertinya lelaki itu mencari sesuatu atau dia mungkin hendak kabur dengan pasangan barunya.Ya, setelah kuperiksa beberapa pakaiannya hilang dari sana. Aku segera turun dan menanyai asisten rumah tangga yang baru bekerja dua hari di rumah."Apa kau lihat suamiku?""Pagi pagi pergi Bu, bawa tas.""Mobil mana yang dia pakai!""Mobil coklat," jawabnya sambil memandangku dengan heran " ada apa Bu?" "Baguslah, dia bawa mobilku," gumamku sambil beranjak. Ke dapur. Jika dia memang benar-benar kabur, aku lega, dia tidak membohong apapun dari rumah ini karena semua berkas-berkas penting dan sertifikat sudah sembunyikan. Pun dengan uang dan perhiasanku. Aku yakin, lelaki itu tadinya mencari uang dan surat penting untuk dibawa kabur dengannya. Syukurnya, aku berhasil mengamankan mobil BMW miliknya yahng lebih mahal dari mobil milikku
Segera setelah ku suruh dan menanggapi bagaimana aku merasa sangat khawatir, putraku langsung menghubungi nomor ponsel ayahnya."Ayah ada di mana?""Di kantor seharian aku lembut," jawabnya."Apa Ayah tidak akan pulang?""Kenapa memangnya?""Bunda sedikit gelisah dan bertanya tentang ayah.""Baiklah aku akan pulang nanti," jawabnya.Anakku langsung mendekat dan memberitahuku kalau Ayahnya baik-baik saja dan sedang duduk di kantornya.Sementara diri ini masih merasa khawatir tentang polisi yang baru saja datang petang tadi dan menanyai tentang suamiku. Katanya Mereka melihat seseorang mirip mas Farid mengendarai dan menabrak mobil wanita Malang tadi.Ya Allah, semoga Tuhan tidak melibatkan keluargaku dalam masalah yang cukup besar. Sekitar pukul 09.00 malam mas Farid kembali ke rumah. Anak-anak yang tahu bahwa ayahnya dicari polisi nampak sangat khawatir dan gelisah menunggunya."Ayah, ayah dari mana saja.""Ayah bekerja Nak," jawab Mas Fahri pada Cindy."Aku lewat kamar ayah pagi tad
Setelah meninggalkan pos pengamanan area komplek rumah kami, aku jadi berpikir keras. Aku duduk di balik jok mobil dengan berbagai pikiran mengambang dalam hatiku. Bingung, kaget, juga yakin bahwa lelaki yang ada di rekaman CCTV itu memang suamiku. Jas milik Mas Farid. Aku tidak bisa mengelak sedikitpun.Namun .... Wanita yang ditabrak bukanlah salah satu penghuni kompleks ini. Kami tinggal di lingkungan elit dengan keamanan ketat yang mana hanya pemilik properti yang bisa masuk. Kalau ada tamu maka mereka harus melapor dan membawa identitas mereka. Jadi mustahil suamiku masuk tanpa izin ke dalam lingkungan kompleks dengan luas puluhan hektar ini tanpa petugas keamanan pasti memeriksanya sebelum masuk, jadi wajar kalau mereka curiga.CCTV di Jalan utama memang tidak merekam karena rusak tapi kamera pengawas di pos keamanan bekerja 24 jam dan merekam orang yang keluar dan masuk. Lalu tentang mobil Alphard. Jika suamiku mengendarainya .... dari mana dia dapatkan mobil itu. Untuk
"Tolong maafkan aku dan lindungi aku," ujarnya sambil menyentuh ujung kakiku, aku bersurut dari hadapannya dan menggelengkan kepala.Aku menatapnya dengan pandangan mata penuh ketidakpercayaan, tubuhku gemetar dan aku menyadari bahwa aku sedang berhadapan dengan seorang pembunuh berencana. Dengan psikopat berdarah dingin yang tega ingin melenyapkan Ibu dari anak-anaknya, hanya demi menutupi hubungan perselingkuhan dan tetap menyimpannya awet sebagai rahasia.Mungkin setelah kematianku dia akan menguasai saham milikku yang diberikan ayah, kemudian dia akan mempengaruhi anak-anakku untuk menerima wanita itu sebagai ibu tiri mereka. Lalu, mereka akan berbahagia sementara aku mati dalam keadaan merana.Ya Tuhan."Teganya kamu, betapa diceknya kamu membuat rencana yang hendak menyakitiku. Apa kau lupa aku siapa?""Maafkan aku, aku sungguh khilaf, sikapmu yang sangat keras setiap harinya membuatku semakin tertekan dan tidak punya pilihan lain.""Jadi penjelasanmu sudah membuktikan segalanya
Diam diam tanpa kusadari Mas Farid berusaha menyembunyikan kesedihan dan air matanya. Entah apa yang dirasakan olehnya terhadap wanita yang pernah dicintainya. Lelaki itu mungkin masih menyimpan rasa ataukah dia hanya prihatin tentang apa yang terjadi pada Niken."Mas, tidaklah kita semua menghendaki ini, tapi begitulah alur yang harus dijalani oleh Niken disebabkan oleh perbuatannya sendiri. Ayo pergi," ajakku sambil menggenggam tangan suami. "Iya, ayo pergi.""Farid!" Saat kami akan melangkahkan kaki meninggalkan pengadilan tiba-tiba suara familiar itu memanggil kami. Siapa lagi yang akan memanggil seberani itu kalau bukan ibunya Niken. Aku dan suamiku membalikkan badan lalu melihat wanita bergamis coklat itu menatap ke arah mas Farid dengan tatapan tajam dan air mata yang membasahi wajahnya."Kau puas melihat anakku terpuruk dalam kehidupannya? Kau puas melakukan ini padanya kau lupa bahwa apa yang terjadi disebabkan oleh perbuatanmu? Harusnya kau pun dihukum!""Bu, saya minta ma
Keesokan hari, Aku terkejut sekali karena pagi-pagi rumah kami sudah ramai, anak-anak mengumpulkan anggota keluarga inti dan mengundang beberapa orang lelaki yang tidak kukenali. Usut punya usut, ternyata mereka adalah petugas KUA dan saksi yang sudah diatur oleh Handi jauh-jauh hari sebelum mas Farid pulang ke rumah. "Papa dan mama bisa menikah hari ini.""Kok bisa? Kapan kamu mengurus berkas?""Aku mah lupa kalau aku ada direktur utama yang punya banyak staf dan mereka bisa lakukan apapun untukku?""Mengejutkan sekali," jawabku, "bahkan Mama belum menyiapkan makanan dan membersihkan rumah.""Sudah Ma, aku sudah menyiapkan segalanya jadi Mama tinggal menikah saja."Dengan dibantu oleh sepupunya dia membawa mas Farid ke ruang tamu, anggota keluarga kami duduk mengitari karpet besar sementara penghulu sudah ada di tengah tengah kami, diikuti oleh ayahku yang bertindak sebagai wali dan dua orang saksi."Kek, Saya meminta ridho dan restu agar kakek ikhlas menikahkan mama dan papa lagi
"Aku nggak terima ini ... kalian pasti salah tangkap," desisnya sambil melotot ke arah polisi yang memegangi kedua tangannya. "Bawa saja dia Pak," balasku sambil membenahi posisi Mas Farid di ranjangnya.*Setelah ditangkapnya wanita itu aku dan anakku beserta mas Farid hanya terdiam, kami duduk di sofa dengan segala pemikiran masing-masing. Aku merenung sambil menopang lagu sementara Handi sibuk dengan ponselnya."Jadi, tahu dari mana kalau dia pelakunya?" tanya Mas Farid."Pemuda itu mengaku dia dibayar lima belas juta untuk menabrak Papa, tadinya dia akan kabur tapi ternyata kondisi komplek perumahan ramai karena kebetulan tetangga kita sedang mengadakan syukuran kehamilan istrinya.""Jadi Niken merencanakan untuk mencelakakanku?""Iya, Pa.""Kenapa bisa begitu ya....""Karena dia tidak terima ditinggal Papa.""Astaghfirullah." Mas Farid menggumam sambil mengusap wajahnya dengan keresahan yang terlihat begitu jelas di wajahnya. "Apa yang akan kita lakukan pada wanita itu, Pa?""L
"Tidak Nyonya Saya tidak melakukan apapun. Saya sungguh tidak sengaja alih-alih mengerem mobil, saya malah panik dan tak sengaja menginjak pedal gas. Saya minta maaf Bu.""Apa kau mau dipenjara bertahun tahun penjara karena kelalaianmu berkendara?"Pemuda itu mendongak dan makin pucat ketakutan."Kudengar mobil itu adalah mobil sewa harian, aku juga dengar kalau kau berasal dari keluarga menengah ke bawah jadi dari manakah uang untuk menyewa mobil, apa yang kau lakukan dengan mobil, lalu sedang apa kau di komplek perumahan elit tempat tinggal para pengusaha! Apa yang kau lakukan?""Hanya jalan jalan, Bu.""Bukannya Ada petugas keamanan komplek yang akan menanyakan dan memeriksa pengunjung yang datang?""Saat itu security tidak ada, sayang iseng masuk ke perumahan karena saya dengar tempatnya sangat bagus, mewah, berkelas dan elit, tadinya saya mau bikin konten tapi ternyata saya tidak sengaja menabrak mobil suami ibu.""Jadi kau mengebut dalam berkendara sambil memegang ponsel? Maka
"Mas Farid!" Aku terjatuh dalam pandangan mata yang sudah gelap dan berkunang kunang, melihat lelaki itu terakhir kali digotong oleh beberapa orang membuatku langsung lemas dan kehilangan kesadaran. *"Bu ... Bu, ibu dengar Bu?" Aku mencoba mengerjakan meski kelopak mata ini terasa begitu berat.Aku mencoba mengingat kembali apa yang terjadi hingga aku tiba-tiba terkapar terbaring di kursi ruang tamu."Bu, Alhamdulillah ibu siuman," ujar Mbak Mina pembantuku."Iya, mana Bapak, Mbok?" Dalam keadaan yang masih pusing dan gemetar aku langsung bertanya tentang mas Farid."Sudah dibawa ke rumah sakit Bu.""Dibawa pakai ambulans atau mobil warga?""Mobil tetangga Bu.""Terus apa yang terjadi, Mbok." "Pengendara mobil hitamnya langsung diamankan warga dan dibawa ke kantor polisi sementara mobilnya Tuan Farid sudah dibawa ke bengkel.""Kalau begitu, saya harus bersiap untuk melihat keadaan bapaknya anak-anak saya," balasku sambil berusaha bangkit, kepalaku masih pusing tapi aku berusaha b
Hanya tertawa diri ini setelah memperhatikan sikap Niken yang berusaha menghalalkan segala cara untuk kembali mendapatkan mas Farid.Secara psikologi pria-pria tidak suka dengan wanita semacam itu, karena hal demikian membuat mereka risih dan tidak nyaman. Terlalu dikejar dengan obsesi yang menakutkan membuat pria jadi semakin menjauh dan kebencian di dalam diri mereka akan semakin timbul.Harusnya Niken bersikap lebih bijak dan tenang jika dia memang ingin memenangkan hati Mas Farid, dia harus menunjukkan iktikad baik dan penyesalan mendalam jika ingin mendapatkan pengampunan, lalu pelan-pelan merayu Mas Farid agar kembali ke dalam pelukannya. Sayangnya, wanita itu tidak cukup bijak memperhitungkan langkah. "Aku tidak kuasa menahan rasa geli di hatiku melihat wanita itu tiba-tiba mengaku hamil," ujarku membuka percakapan pada lelaki yang wajahnya dalam keadaan tegang. Kabar tentang kehamilan tentu saja mengguncang pikiran seorang lelaki meski dia pura-pura acuh tak acuh."Jika dia
Beginilah aku dan dia berdiri di depan gedung berlantai tiga, yang pernah jadi alasan perpisahan kami. Aku dan dia datang untuk kedua kalinya namun dalam konteks yang berbeda. Aku menemaninya sebagai bentuk dukungan bahwa lelaki itu masih punya orang-orang yang berdiri di dekatnya.Mengingat bagaimana dia akan menghadapi kerasnya hati Niken dan betapa nekatnya keluarga wanita itu, aku rasa ini adalah tantangan terberat di mana ia butuh teman untuk menopangkan beban tersebut. "Aku merasa trauma dan tidak nyaman hati datang ke tempat ini, aku benar-benar tidak nyaman," ujar mas Farid dengan mimik wajah sedikit khawatir dan aku bisa menangkap ketidaknyamanan yang benar-benar kentara. "Kenapa?""Dua kali aku membina keluarga dua kali juga hancur. Sungguh ini adalah tempat yang paling ingin kuhindari dalam hidupku tapi entah kenapa aku terus datang ke sini berulang kali," jawabnya mendesah."Anggap ini adalah jalan hidup yang harus sekali kita lewati Mas.""Melihat dirimu tetap ada disi
"Jadi, kemana sapi sapi itu?""Ada di kebun temanku. Kebetulan ayahnya punya lahan dan lahannya tidak terpakai jadi sapinya aku pindahkan ke sana.""Jadi polisi tidak mempersoalkan apapun tentangmu?""Ya, karena mereka tahu siapa Ayahku.""Jadi kau memakai reputasiku untuk melindungi dirimu?" tanya mas Farid pada anak gadis kami yang terus tersenyum-senyum dan merasa memenangkan sesuatu yang besar."Iya, berhubung papaku sangat kaya, berkuasa dan bisa membeli setengah dari kota ini. Jadi, aku menggunakan kekuasaan itu untuk bersikap sedikit sombong," jawabnya cekikikan."Ya ampun." Mas Farid hanya menepuk keningnya berkali-kali."Kalau memang sudah tidak ada masalah lagi, sebaiknya kita pulang.""Iya, Ma, ayo kita pulang.""Tapi Niken tak akan melepaskanmu sampai kau mengembalikan sapi-sapi itu ke tempatnya.""Dia tidak tahu apapun Pa, yang dia tahu aku sudah menjualnya, jadi sapi itu tidak akan kembali ke tangannya.""Tapi uangnya ada padamu?""Aku tidak mau tahu Ayah, apa yang kua
Selagi aku berdiri di pintu gerbang dan mendengar informasi dari penjaga yang sudah menunggu perkebunan selama 15 tahun, dari kejauhan ternyata diken dan orang tuanya menyaksikan kedatangan kami.Posisi villa yang berada di atas bukit sementara kandang hewan dan tempat pemerahan susu berada di bawahnya, membuat dia bisa leluasa melihat siapa saja yang berkunjung ke perkebunan. Aku dan dia saling menatap dari kejauhan Lalu Tak lama kemudian wanita itu mengambil motor dan melajukannya pada kami."Wanita itu datang," ujarku dalam hati. Bersamaan dengan perasaan hatiku yang mulai membuncah dengan kecemasan, di saat itu pula Mas Farid tiba di perkebunan. "Mas!""Mana Alexa!""Pak Ujang bilang, dia ditahan di Polsek.""Apa dia berhasil mengambil sapi?" tanya mantan suamiku sambil memegang kedua bahu ini."Iya, Tuan, sudah dijual subuh tadi, sesaat sebelum Nyonya Niken tiba dari rumah sakit. Tadinya non Alexa sudah mau pulang, tapi dia kedapatan oleh Nyonya Niken, mereka ribut, berdebat d