Sepagi ini aku sudah terkejut melihat keadaan kamar utama yang berantakan, pintu lemari terbuka, sebagian pakaian tumpah ke lantai sementara laci laci terbuka. Sepertinya lelaki itu mencari sesuatu atau dia mungkin hendak kabur dengan pasangan barunya.Ya, setelah kuperiksa beberapa pakaiannya hilang dari sana. Aku segera turun dan menanyai asisten rumah tangga yang baru bekerja dua hari di rumah."Apa kau lihat suamiku?""Pagi pagi pergi Bu, bawa tas.""Mobil mana yang dia pakai!""Mobil coklat," jawabnya sambil memandangku dengan heran " ada apa Bu?" "Baguslah, dia bawa mobilku," gumamku sambil beranjak. Ke dapur. Jika dia memang benar-benar kabur, aku lega, dia tidak membohong apapun dari rumah ini karena semua berkas-berkas penting dan sertifikat sudah sembunyikan. Pun dengan uang dan perhiasanku. Aku yakin, lelaki itu tadinya mencari uang dan surat penting untuk dibawa kabur dengannya. Syukurnya, aku berhasil mengamankan mobil BMW miliknya yahng lebih mahal dari mobil milikku
Segera setelah ku suruh dan menanggapi bagaimana aku merasa sangat khawatir, putraku langsung menghubungi nomor ponsel ayahnya."Ayah ada di mana?""Di kantor seharian aku lembut," jawabnya."Apa Ayah tidak akan pulang?""Kenapa memangnya?""Bunda sedikit gelisah dan bertanya tentang ayah.""Baiklah aku akan pulang nanti," jawabnya.Anakku langsung mendekat dan memberitahuku kalau Ayahnya baik-baik saja dan sedang duduk di kantornya.Sementara diri ini masih merasa khawatir tentang polisi yang baru saja datang petang tadi dan menanyai tentang suamiku. Katanya Mereka melihat seseorang mirip mas Farid mengendarai dan menabrak mobil wanita Malang tadi.Ya Allah, semoga Tuhan tidak melibatkan keluargaku dalam masalah yang cukup besar. Sekitar pukul 09.00 malam mas Farid kembali ke rumah. Anak-anak yang tahu bahwa ayahnya dicari polisi nampak sangat khawatir dan gelisah menunggunya."Ayah, ayah dari mana saja.""Ayah bekerja Nak," jawab Mas Fahri pada Cindy."Aku lewat kamar ayah pagi tad
Setelah meninggalkan pos pengamanan area komplek rumah kami, aku jadi berpikir keras. Aku duduk di balik jok mobil dengan berbagai pikiran mengambang dalam hatiku. Bingung, kaget, juga yakin bahwa lelaki yang ada di rekaman CCTV itu memang suamiku. Jas milik Mas Farid. Aku tidak bisa mengelak sedikitpun.Namun .... Wanita yang ditabrak bukanlah salah satu penghuni kompleks ini. Kami tinggal di lingkungan elit dengan keamanan ketat yang mana hanya pemilik properti yang bisa masuk. Kalau ada tamu maka mereka harus melapor dan membawa identitas mereka. Jadi mustahil suamiku masuk tanpa izin ke dalam lingkungan kompleks dengan luas puluhan hektar ini tanpa petugas keamanan pasti memeriksanya sebelum masuk, jadi wajar kalau mereka curiga.CCTV di Jalan utama memang tidak merekam karena rusak tapi kamera pengawas di pos keamanan bekerja 24 jam dan merekam orang yang keluar dan masuk. Lalu tentang mobil Alphard. Jika suamiku mengendarainya .... dari mana dia dapatkan mobil itu. Untuk
"Tolong maafkan aku dan lindungi aku," ujarnya sambil menyentuh ujung kakiku, aku bersurut dari hadapannya dan menggelengkan kepala.Aku menatapnya dengan pandangan mata penuh ketidakpercayaan, tubuhku gemetar dan aku menyadari bahwa aku sedang berhadapan dengan seorang pembunuh berencana. Dengan psikopat berdarah dingin yang tega ingin melenyapkan Ibu dari anak-anaknya, hanya demi menutupi hubungan perselingkuhan dan tetap menyimpannya awet sebagai rahasia.Mungkin setelah kematianku dia akan menguasai saham milikku yang diberikan ayah, kemudian dia akan mempengaruhi anak-anakku untuk menerima wanita itu sebagai ibu tiri mereka. Lalu, mereka akan berbahagia sementara aku mati dalam keadaan merana.Ya Tuhan."Teganya kamu, betapa diceknya kamu membuat rencana yang hendak menyakitiku. Apa kau lupa aku siapa?""Maafkan aku, aku sungguh khilaf, sikapmu yang sangat keras setiap harinya membuatku semakin tertekan dan tidak punya pilihan lain.""Jadi penjelasanmu sudah membuktikan segalanya
Usai mendengar perkataanku suamiku kembalikan badan dan melanjutkan ganti pakaian. Dia pergi ke kamar mandi untuk cuci muka dan sikat gigi lalu merebahkan dirinya di kasur. Aku tidak lagi tidur di kamar yang berjauhan melainkan sudah kembali ke kamar utama. Aku kembali ke kamar kami bukan untuk bercinta, tapi melainkan Aku ingin mengolok-olok kegelisahannya sepanjang malam. Aku tertawa melihat dia ketakutan karena itu adalah hiburan tersendiri Setelah berbulan-bulan dia menipu kepercayaanku. "Kau tidak ingin makan?""Jujur saja ketenangan dalam kepalaku membuatku tidak berselera makan.""Kau harus tetap hidup untuk mempertanggungjawabkan segalanya.""Apa sebenarnya kau hendak melindungiku atau ingin melemparku ke kandang singa?""Entahlah, akan kulakukan tergantung dengan moodku. Jika kau berencana untuk membunuhku sekali lagi maka, aku pastikan akan ada kejadian senjata makan tuan. Aku peringatkan sekali lagi, senjata yang kau lempar pada aku akan beralih menusuk dadamu sendiri. Ak
Aku terduduk merenungi akan tindakan dan keputusanku dalam beberapa hari belakangan. Ya, aku bahagia menekan dan mengolok-olok suamiku yang ketakutan tapi di sisi lain aku tidak bisa menafikan fakta bahwa aku mencoba menutup-nutupi kesalahannya, aku bermain-main dengan hukum dan seakan berusaha menutupi bukti dan memperlambat investigasi. Bagaimanapun suamiku adalah seorang kriminal yang sudah merencanakan pembunuhan selalu berhasil menghilangkan nyawa orang yang tidak bersalah. Ini bukan tentang perselingkuhan yang menghancurkan hatiku, lagi tapi sudah masuk ke ranah hukum dan kejahatan yang serius.Mengapakah, Mas Farid tega senekat itu demi berbahagia dengan kekasihnya, dia rela melakukan sesuatu yang akan berdampak buruk untuk dirinya sendiri juga keluarganya. Tidaklah suamiku berpikir panjang sebelum memutuskan melakukan itu.Haruskah demi memuaskan kekesalan hatiku dan semakin membuat hidupnya terburuk, aku lalu mengarahkan dia untuk melakukan kejahatan yang lebih besar lagi, m
Aku tidak bisa terus berdiam diri dan menunggu takdir yang bisa saja menyeret kepada jurang yang paling dalam. Aku harus mulai menyiapkan pengacara untuk diriku sendiri dan pengacara keluarga, siapa tahu polisi tiba-tiba menemukan bukti dan menyeret suamiku serta menjangkit diri ini yang secara tersirat pernah melindunginya.Atau ... aku pergi saja menemui keluarga korban, kemudian membangun keakraban dan memberi mereka santunan, tindakan seperti itu seakan akan menunjukkan bahwa kami merasa bersalah tapi jika nilai kompensasinya besar, maka kurasa mereka bisa sedikit meringankan tuntutannya pada suamiku. Ah, aku hampir menjambak rambutku sendiri karena merasa pusing.Kemarin, aku yang nyaris jadi korban niat jahatnya tapi sekarang aku malah membantunya untuk berlindung. Cinta itukah diriku pada suamiku ataukah aku masih benar-benar dalam koridor awal bahwa aku ingin balas dendam padanya? Aku ingin menyusahkannya Dan meletakkan kehidupannya di dalam neraka sehingga dia merasa berh
Aku merasa cukup asing dengan dengan waktu demi waktu yang kujalani setelah kepergian mas Kevin. Ada sensasi aneh di malam pertama saat dia benar-benar telah memutuskan pergi dari rumah ini.Aku tak lagi melihat barang miliknya di kamar mandi alat cukur, sikat gigi, sabun dan handuk, aku juga tidak melihat lagi cangkir kesayangannya saat aku dan anak-anak makan malam di meja. Ingin kusembunyikan air mata yang hendak meleleh di pipi tapi aku tidak kuasa menahannya meski harus tetap tersenyum di hadapan Daffa dan sinta.Jujur saja, rasanya hatiku hampa, terlubangi dengan cara yang tragis. Sakit benar, karena aku belum menyiapkan mental untuk sebuah perpisahan yang terjadi dengan cepat...mendadak perasaan ini dilukai begitu saja olehnya. Sakitnya bukan hanya karena suamiku mencintai wanita lain lalu pergi. Lebih sakit, karena dia mencampakkanku begitu saja tanpa ada perlakuan dan kata-kata yang baik. Dia pergi tanpa bisa kubayangkan akan secepat itu. Meski aku menyalahkan diriku, bahwa k
Diam diam tanpa kusadari Mas Farid berusaha menyembunyikan kesedihan dan air matanya. Entah apa yang dirasakan olehnya terhadap wanita yang pernah dicintainya. Lelaki itu mungkin masih menyimpan rasa ataukah dia hanya prihatin tentang apa yang terjadi pada Niken."Mas, tidaklah kita semua menghendaki ini, tapi begitulah alur yang harus dijalani oleh Niken disebabkan oleh perbuatannya sendiri. Ayo pergi," ajakku sambil menggenggam tangan suami. "Iya, ayo pergi.""Farid!" Saat kami akan melangkahkan kaki meninggalkan pengadilan tiba-tiba suara familiar itu memanggil kami. Siapa lagi yang akan memanggil seberani itu kalau bukan ibunya Niken. Aku dan suamiku membalikkan badan lalu melihat wanita bergamis coklat itu menatap ke arah mas Farid dengan tatapan tajam dan air mata yang membasahi wajahnya."Kau puas melihat anakku terpuruk dalam kehidupannya? Kau puas melakukan ini padanya kau lupa bahwa apa yang terjadi disebabkan oleh perbuatanmu? Harusnya kau pun dihukum!""Bu, saya minta ma
Keesokan hari, Aku terkejut sekali karena pagi-pagi rumah kami sudah ramai, anak-anak mengumpulkan anggota keluarga inti dan mengundang beberapa orang lelaki yang tidak kukenali. Usut punya usut, ternyata mereka adalah petugas KUA dan saksi yang sudah diatur oleh Handi jauh-jauh hari sebelum mas Farid pulang ke rumah. "Papa dan mama bisa menikah hari ini.""Kok bisa? Kapan kamu mengurus berkas?""Aku mah lupa kalau aku ada direktur utama yang punya banyak staf dan mereka bisa lakukan apapun untukku?""Mengejutkan sekali," jawabku, "bahkan Mama belum menyiapkan makanan dan membersihkan rumah.""Sudah Ma, aku sudah menyiapkan segalanya jadi Mama tinggal menikah saja."Dengan dibantu oleh sepupunya dia membawa mas Farid ke ruang tamu, anggota keluarga kami duduk mengitari karpet besar sementara penghulu sudah ada di tengah tengah kami, diikuti oleh ayahku yang bertindak sebagai wali dan dua orang saksi."Kek, Saya meminta ridho dan restu agar kakek ikhlas menikahkan mama dan papa lagi
"Aku nggak terima ini ... kalian pasti salah tangkap," desisnya sambil melotot ke arah polisi yang memegangi kedua tangannya. "Bawa saja dia Pak," balasku sambil membenahi posisi Mas Farid di ranjangnya.*Setelah ditangkapnya wanita itu aku dan anakku beserta mas Farid hanya terdiam, kami duduk di sofa dengan segala pemikiran masing-masing. Aku merenung sambil menopang lagu sementara Handi sibuk dengan ponselnya."Jadi, tahu dari mana kalau dia pelakunya?" tanya Mas Farid."Pemuda itu mengaku dia dibayar lima belas juta untuk menabrak Papa, tadinya dia akan kabur tapi ternyata kondisi komplek perumahan ramai karena kebetulan tetangga kita sedang mengadakan syukuran kehamilan istrinya.""Jadi Niken merencanakan untuk mencelakakanku?""Iya, Pa.""Kenapa bisa begitu ya....""Karena dia tidak terima ditinggal Papa.""Astaghfirullah." Mas Farid menggumam sambil mengusap wajahnya dengan keresahan yang terlihat begitu jelas di wajahnya. "Apa yang akan kita lakukan pada wanita itu, Pa?""L
"Tidak Nyonya Saya tidak melakukan apapun. Saya sungguh tidak sengaja alih-alih mengerem mobil, saya malah panik dan tak sengaja menginjak pedal gas. Saya minta maaf Bu.""Apa kau mau dipenjara bertahun tahun penjara karena kelalaianmu berkendara?"Pemuda itu mendongak dan makin pucat ketakutan."Kudengar mobil itu adalah mobil sewa harian, aku juga dengar kalau kau berasal dari keluarga menengah ke bawah jadi dari manakah uang untuk menyewa mobil, apa yang kau lakukan dengan mobil, lalu sedang apa kau di komplek perumahan elit tempat tinggal para pengusaha! Apa yang kau lakukan?""Hanya jalan jalan, Bu.""Bukannya Ada petugas keamanan komplek yang akan menanyakan dan memeriksa pengunjung yang datang?""Saat itu security tidak ada, sayang iseng masuk ke perumahan karena saya dengar tempatnya sangat bagus, mewah, berkelas dan elit, tadinya saya mau bikin konten tapi ternyata saya tidak sengaja menabrak mobil suami ibu.""Jadi kau mengebut dalam berkendara sambil memegang ponsel? Maka
"Mas Farid!" Aku terjatuh dalam pandangan mata yang sudah gelap dan berkunang kunang, melihat lelaki itu terakhir kali digotong oleh beberapa orang membuatku langsung lemas dan kehilangan kesadaran. *"Bu ... Bu, ibu dengar Bu?" Aku mencoba mengerjakan meski kelopak mata ini terasa begitu berat.Aku mencoba mengingat kembali apa yang terjadi hingga aku tiba-tiba terkapar terbaring di kursi ruang tamu."Bu, Alhamdulillah ibu siuman," ujar Mbak Mina pembantuku."Iya, mana Bapak, Mbok?" Dalam keadaan yang masih pusing dan gemetar aku langsung bertanya tentang mas Farid."Sudah dibawa ke rumah sakit Bu.""Dibawa pakai ambulans atau mobil warga?""Mobil tetangga Bu.""Terus apa yang terjadi, Mbok." "Pengendara mobil hitamnya langsung diamankan warga dan dibawa ke kantor polisi sementara mobilnya Tuan Farid sudah dibawa ke bengkel.""Kalau begitu, saya harus bersiap untuk melihat keadaan bapaknya anak-anak saya," balasku sambil berusaha bangkit, kepalaku masih pusing tapi aku berusaha b
Hanya tertawa diri ini setelah memperhatikan sikap Niken yang berusaha menghalalkan segala cara untuk kembali mendapatkan mas Farid.Secara psikologi pria-pria tidak suka dengan wanita semacam itu, karena hal demikian membuat mereka risih dan tidak nyaman. Terlalu dikejar dengan obsesi yang menakutkan membuat pria jadi semakin menjauh dan kebencian di dalam diri mereka akan semakin timbul.Harusnya Niken bersikap lebih bijak dan tenang jika dia memang ingin memenangkan hati Mas Farid, dia harus menunjukkan iktikad baik dan penyesalan mendalam jika ingin mendapatkan pengampunan, lalu pelan-pelan merayu Mas Farid agar kembali ke dalam pelukannya. Sayangnya, wanita itu tidak cukup bijak memperhitungkan langkah. "Aku tidak kuasa menahan rasa geli di hatiku melihat wanita itu tiba-tiba mengaku hamil," ujarku membuka percakapan pada lelaki yang wajahnya dalam keadaan tegang. Kabar tentang kehamilan tentu saja mengguncang pikiran seorang lelaki meski dia pura-pura acuh tak acuh."Jika dia
Beginilah aku dan dia berdiri di depan gedung berlantai tiga, yang pernah jadi alasan perpisahan kami. Aku dan dia datang untuk kedua kalinya namun dalam konteks yang berbeda. Aku menemaninya sebagai bentuk dukungan bahwa lelaki itu masih punya orang-orang yang berdiri di dekatnya.Mengingat bagaimana dia akan menghadapi kerasnya hati Niken dan betapa nekatnya keluarga wanita itu, aku rasa ini adalah tantangan terberat di mana ia butuh teman untuk menopangkan beban tersebut. "Aku merasa trauma dan tidak nyaman hati datang ke tempat ini, aku benar-benar tidak nyaman," ujar mas Farid dengan mimik wajah sedikit khawatir dan aku bisa menangkap ketidaknyamanan yang benar-benar kentara. "Kenapa?""Dua kali aku membina keluarga dua kali juga hancur. Sungguh ini adalah tempat yang paling ingin kuhindari dalam hidupku tapi entah kenapa aku terus datang ke sini berulang kali," jawabnya mendesah."Anggap ini adalah jalan hidup yang harus sekali kita lewati Mas.""Melihat dirimu tetap ada disi
"Jadi, kemana sapi sapi itu?""Ada di kebun temanku. Kebetulan ayahnya punya lahan dan lahannya tidak terpakai jadi sapinya aku pindahkan ke sana.""Jadi polisi tidak mempersoalkan apapun tentangmu?""Ya, karena mereka tahu siapa Ayahku.""Jadi kau memakai reputasiku untuk melindungi dirimu?" tanya mas Farid pada anak gadis kami yang terus tersenyum-senyum dan merasa memenangkan sesuatu yang besar."Iya, berhubung papaku sangat kaya, berkuasa dan bisa membeli setengah dari kota ini. Jadi, aku menggunakan kekuasaan itu untuk bersikap sedikit sombong," jawabnya cekikikan."Ya ampun." Mas Farid hanya menepuk keningnya berkali-kali."Kalau memang sudah tidak ada masalah lagi, sebaiknya kita pulang.""Iya, Ma, ayo kita pulang.""Tapi Niken tak akan melepaskanmu sampai kau mengembalikan sapi-sapi itu ke tempatnya.""Dia tidak tahu apapun Pa, yang dia tahu aku sudah menjualnya, jadi sapi itu tidak akan kembali ke tangannya.""Tapi uangnya ada padamu?""Aku tidak mau tahu Ayah, apa yang kua
Selagi aku berdiri di pintu gerbang dan mendengar informasi dari penjaga yang sudah menunggu perkebunan selama 15 tahun, dari kejauhan ternyata diken dan orang tuanya menyaksikan kedatangan kami.Posisi villa yang berada di atas bukit sementara kandang hewan dan tempat pemerahan susu berada di bawahnya, membuat dia bisa leluasa melihat siapa saja yang berkunjung ke perkebunan. Aku dan dia saling menatap dari kejauhan Lalu Tak lama kemudian wanita itu mengambil motor dan melajukannya pada kami."Wanita itu datang," ujarku dalam hati. Bersamaan dengan perasaan hatiku yang mulai membuncah dengan kecemasan, di saat itu pula Mas Farid tiba di perkebunan. "Mas!""Mana Alexa!""Pak Ujang bilang, dia ditahan di Polsek.""Apa dia berhasil mengambil sapi?" tanya mantan suamiku sambil memegang kedua bahu ini."Iya, Tuan, sudah dijual subuh tadi, sesaat sebelum Nyonya Niken tiba dari rumah sakit. Tadinya non Alexa sudah mau pulang, tapi dia kedapatan oleh Nyonya Niken, mereka ribut, berdebat d