"Pak Maxime, ini draf perjanjian perceraian yang Anda minta."Saat ini di kantor, Yansen sedang menyerahkan draf perjanjian perceraian pada Maxime.Maxime memintanya menjelaskan isi perjanjian itu.Yansen pun membaca tiap kalimat yang tertulis.Riki menguping di luar pintu dan kedua tinjunya terkepal erat."Sial! Bahkan perjanjian cerainya sudah selesai?"Riki memasang tampang garang dan langsung mendobrak pintu.Yansen dan Maxime pun menoleh ke arah pintu."Siapa?" Maxime mengernyit.Melihat versi mini Maxime di pintu, Yansen pun langsung menjawab tanpa perlu bertanya, "Tuan muda.""Kamu beneran mau menceraikan mama?" Riki melotot dan kedua pipinya yang tembam terlihat memerah.Maxime pun meminta Yansen keluar dulu.Setelah Yansen pergi, Maxime menoleh ke Riki yang masih berdiri di depan pintu dan berkata, "Anak-anak nggak usah ikut campur sama urusan orangtua."Sekarang Riki sungguh marah, sepertinya kakaknya benar. Papanya ini memang pria berengsek dan tidak berubah sama sekali."Pa
Setelah diantar pulang ke vila oleh Ekki, Riki yang lesu langsung menelepon Riko, "Kak, pria bajingan itu mau menceraikan mama."Riko langsung membelalak tidak percaya."Apa?"Riki mendengus, "Semalam aku mendengar mereka berdebat, aku masih nggak percaya. Jadi hari ini aku ke kantornya dan ternyata dia sudah selesai menyiapkan perjanjian perceraian."Seketika Riko pun jadi serius, dia menepi ke tempat yang lebih sepi."Coba ceritain yang detail."Riki memberi tahu Riko segala sesuatu tentang perilaku Maxime beberapa hari terakhir ini dan kejadian kemarin sampai hari ini."Aku menyesal. Harusnya aku dengerin Kakak, dia memang bukan pria baik."Riko juga menjadi marah, "Mulai sekarang jangan percaya pada indra keenammu, kita harus mikir pakai logika, coba lebih banyak nurut sama aku. Kita harus mengandalkan diri kita sendiri.""Ya, aku tahu." Riki mengangguk berulang kali."Kak, sekarang 'kan dia buta, apa kita balas dendam aja sama dia sekarang? Kakak curi aja semua uangnya." Tiba-tiba
Di Vila Magenta.Begitu Reina pulang, dia mendengar suara pecah belah."Tuan Riki, jangan sentuh vas itu. Itu vas antik kesukaan Tuan ...""Prang!"Sebelum pelayan selesai bicara, barang antik itu sudah berubah menjadi puing-puing yang berserakan di seluruh lantai.Reina buru-buru masuk. Begitu pelayan melihat Reina, dia merasa seolah kedatangan penyelamat."Nyonya, akhirnya Nyonya pulang. Tuan Muda Riki kayaknya lagi berantem sama Tuan Maxime. Aku sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar."Tadi pagi baik-baik saja, kenapa sore ini Riki jadi begini?Reina buru-buru masuk ke dalam.Christy langsung berjalan mengikuti Reina.Christy bisa lepas dari penjagaan satpam karena mengaku dia pulang dengan Reina.Reina masuk ke dalam rumah dan mendapati baik ruang tamu, ruang makan, semuanya berantakan. Ruang kerja Maxime juga dipenuhi dengan pecahan barang-barang, karena Riki melempar semua barang pecah belah di rumah ke ruang kerja Maxime."Tuan Muda Riki, itu laptop! Nggak boleh dicuci!"R
Bukankah dulu kedua sejoli ini adalah pasangan yang tak terpisahkan? Kenapa baru beberapa hari berlalu tiba-tiba berubah 180 derajat begini?Christy sangat gembira. Sudah dia duga Maxime tidak terlalu menyukai Reina dan cepat atau lambat pasti akan menceraikan Reina.Reina membawa Riki keluar dari ruang kerja dan langsung berhadapan dengan Christy.Sekarang Reina tidak peduli mengapa Christy bisa masuk, dia langsung menggandeng Riki dan hendak meninggalkan Vila Magenta.Christy berpura-pura menahan Reina pergi, "Kak Reina mau pergi ke mana? Sudah larut malam lho.""Bukan urusanmu," sahut Reina dengan dingin.Dalam hati Christy memang merasa senang, tapi dia tetap berkata, "Wajar kok kalau pasangan suami istri berantem, tapi jangan kabur dari rumah, kasihan anak-anak."Reina mengabaikan Christy karena dia tahu gadis ini tidak tulus padanya.Reina membawa Riki keluar dari Vila Magenta, lalu menelepon Deron supaya mengantarkannya ke kediaman Keluarga Andara.Setelah Reina pergi, Christy m
Riki mengangguk dengan berat hati, "Iya Ma, aku ngerti."Riki hanya tidak ingin melihat mamanya terluka.Reina mencium kening Riki dan berkata, "Maaf ya tadi di Vila Magenta, Mama langsung marahin Riki tanpa tahu alasannya."Riki menggeleng."Ma, selamanya aku nggak akan marah sama Mama."Reina spontan tersenyum, dia terhibur dengan sikap putranya ini.Hal terbaik yang Reina lakukan sepanjang hidupnya adalah karena sudah melahirkan kedua putranya ini.Kedua putranya adalah motivasi Reina untuk bertahan dari peliknya kehidupan, mereka jugalah yang memberikan kehangatan dan pelipur lara hati Reina.Setelah menidurkan Riki, Reina pun tidur di kamarnya.Reina memaksa diri untuk menenangkan diri dan tidur tanpa emosi karena dia harus menjaga bayinya.Kalau Maxime gila, Reina tidak boleh ikutan gila.Di kamar lain.Gaby menelepon Ekki, "Nana sama Maxime bertengkar ya?"Ekki terkejut, "Kok kamu nanya gitu?"Gaby tidak bodoh. "Barusan si Nana bawa Riki buat tinggal di sini. Biasanya kalau suam
"Kak Max, kita mau berangkat jam berapa?" tanya Christy dengan penuh semangat."Jam 9 lewat," sahut Maxime.Maxime sudah janjian dengan Reina jam setengah 10.Christy merasa sudah menang dalam pertarungan ini, namun dia tetap bertanya, "Kak Max belum ngasih tahu bibi dan yang lain ya?""Nanti saja kalau sudah selesai mengurus prosedurnya."Tentu saja Maxime akan memberi tahu seluruh Keluarga Sunandar.Mereka tidak mungkin tidak akan tahu tentang perceraian itu.Jawaban Maxime ini membuat Christy yakin kalau Maxime sudah yakin 100% tidak akan mempertahankan pernikahannya dengan Reina."Ya benar juga sih. Dengan kondisi Kak Max sekarang, kamu berhak memutuskan mau cerai atau nggak."Maxime yang sedang bersandar di kursi jadi makin kesal saat mendengar ocehan Christy, "Kamu bisa diam nggak?"Wajah Christy memerah, dia merasa malu.Pengasuh Riki yang berjaga di samping hampir tertawa terbahak-bahak, dia langsung menutup mulutnya.Semua orang bisa melihat bahwa Maxime tidak menyukai Christy
Mereka sampai di loket tempat pengurus perceraian. Christy langsung duduk di sebelah Maxime.Begitu petugas loket melihat dua wanita dan satu pria, dia pun langsung membayangkan akan ada drama bagus yang terjadi hari ini.Petugas itu sengaja berkata pada Christy, "Kami sering melihat banyak orang yang menghancurkan pernikahan orang lain dan hanya sedikit dari mereka yang pada akhirnya benar-benar bahagia."Wajah Christy langsung memerah."Apa maksudmu? Siapa yang merusak pernikahan orang lain?"Petugas itu mengabaikan pelakor seperti Christy.Setelah bekerja selama bertahun-tahun di tempat ini, sekali lihat tentu mereka langsung tahu siapa istri sah dan siapa selingkuhannya.Maxime mengernyit dan berkata pada Christy, "Keluarlah, tunggu aku di luar.""Tapi Kak Max 'kan nggak bisa melihat? Gimana kalau nanti Reina curang?" Christy takut semua harta benda Maxime akan jatuh ke tangan Reina.Di depan Reina, Maxime hanya bisa dengan sabar meladeni Christy, "Kan ada petugas di sini? Kalau ka
Morgan menyapanya, "Nana."Melihat wajah yang sama persis dengan Maxime membuat pikiran Reina seketika jadi kacau."Ya."Reina menjawab singkat, dia tidak ingin banyak bicara dengan Morgan."Hujan lho Na, yuk masuk mobil, jangan sampai kehujanan." Morgan kembali bicara saat melihat Reina tidak berhenti berjalan.Reina berhenti melangkah, namun tidak menatap Morgan, "Nggak deras kok hujannya. Aku jalan aja pulangnya, nggak perlu ngerepotin kamu."Reina melanjutkan langkahnya.Morgan pun turun dari mobil, menyusul Reina dan meraih lengan Reina."Jangan menyiksa diri seperti ini."Reina mengangkat lengan yang dicengkeram Morgan, hendak melepaskan diri dari pria itu.Tapi Morgan memegang erat lengan Reina dan menolak melepaskannya, "Nana, dia nggak pantas mendapat perlakuanmu seperti ini."Reina tidak lagi mengusir Morgan pergi. Reina menengadah, menghadapi gerimis yang mulai turun lalu berujar dengan pelan, "Kayaknya kamu salah paham? Aku cuma mau jalan pulang aja, nggak jauh kok, aku pas
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba