Riki tercengang. Bukannya Tante Christy sudah pergi? Dia tidak menyangka ternyata gadis tengil itu masih berbuat ulah di luar.Ekspresi Maxime tidak berubah, "Biarin aja.""Baik."Pelayan itu undur diri.Reina tidak menyangka Christy akan begitu ngotot. Reina sendiri tidak peduli dan lanjut sarapan.Setelah selesai sarapan, Reina pun berangkat mengantar Riki ke TK.Di luar memang sedang gerimis, tapi awan hitam sudah meliputi langit. Sepertinya tidak lama lagi akan turun hujan lebat.Pelayan itu memegangi payung untuk Reina dan Riki. Reina melirik Christy yang sedang berlutut di depan pintu, sosoknya terlihat seperti seekor tikus yang tenggelam.Christy juga melihat mereka berdua. Seluruh tubuhnya basah kuyup. Hujan turun di bulan April sama dinginnya seperti air yang keluar dari kulkas. Bibir Christy sudah membiru, saat ini sosok Reina di matanya sama seperti seorang penyelamat. "Kakak ipar, tolong bilangin Kak Max supaya aku diizinin tinggal di sini, aku jadi budak juga nggak apa-apa
Christy melepaskan tangannya dari celana Reina, "Kak, tolong bujuk Kak Max."Reina merasa terhibur dengan kelakuan wanita ini."Yang salah itu otakmu, atau otakku?""Kan tadi kamu minta izin aku buat tinggal di sini, aku sudah setuju.""Sekarang kamu minta aku buat ngasih tahu Maxime? Kenapa kamu nggak langsung ngomong aja dari tadi buat minta aku mohon sama Maxime buat izinin kamu tinggal di sini?"Christy tersedak, dia tidak menyangka Reina begitu pandai bicara sekarang.Para pelayan pun akhirnya paham. Bukan nyonya mereka yang kejam, tapi Christy ini punya niatan yang tidak tulus."Orang sudah jelas-jelas Maxime yang nggak izinin kamu tinggal di sini, tapi kamu bersikap seolah aku yang nggak ngizinin. Kalau kata-kataku didengar di rumah ini, kamu nggak perlu minta izin lagi 'kan sama Maxime?" lanjut Reina.Christy tertegun dan tidak bisa berkata-kata.Akhirnya setelah terdiam cukup lama, Christy berkata, "Kak, kamu salah paham.""Cukup, aku nggak akan tertipu sama sikapmu ini. Aku m
Ekspresi Maxime terlihat suram."Dia yang izinin kamu tinggal 'kan? Kamu pergi aja ke Vila Magenta buat rawat dia."Reina sangat suka ikut campur urusan orang lain bukan? Biar dia saja yang ngurus gadis ini.Christy tertegun dan tanpa sadar mau menolak, tapi sebelum bicara, tiba-tiba dia terpikir sesuatu. Kalau bisa tinggal dengan Reina, artinya bisa tinggal bersama Maxime, bukan?Christy tersenyum, "Oke, sekarang juga aku akan pergi ke Vila Magenta."Christy tidak menyangka semuanya akan berjalan dengan mudah, jadi dia bergegas keluar.Di sisi lain, Reina tidak tahu kalau Maxime sudah melemparkan bola padanya lagi. Reina saat ini sedang pergi keluar sambil membawa lagu yang kemarin sudah dia revisi.Ketika Christy tiba di Magenta, Reina tidak ada di rumah.Pelayan Magenta tidak mengenal Christy.Pengasuh Riki pun bertanya pada Riki apa dia mengenal Christy. Riki langsung menyangkalnya, "Christy? Siapa tuh? Nggak kenal."Begitu mendengar jawaban ini, dia langsung menjawab satpam."Past
Christy menanyakan beberapa pertanyaan lain.Si satpam bahkan mencarikan Christy selembar baju ganti.Mata Christy berbinar, "Kakak baik banget."Si satpam tersipu dan menggaruk kepalanya malu-malu.Christy menambahkan, "Jangan khawatir, aku nggak bohong kok. Ke depannya aku akan tinggal di sini. Mohon bantuannya ya.""Serius? Nona Christy, kalau ada apa-apa bilang aja sama aku."Dalam waktu kurang dari setengah hari, Christy sudah menaklukkan hati satpam dengan kecantikan dan kecakapannya bicara.Hari ini.Setelah Reina dan Ari selesai membahas pekerjaan, ternyata hari sudah malam dan Reina hendak bergegas pulang.Ari bersikeras ingin mengantar Reina pulang."Master Rei, aku masih mau nanya-nanya soal lagu ini. Aku anterin pulang ya? Tenang saja, orang-orangku di luar sudah lihat, nggak ada paparazi kok."Reina tidak punya pilihan selain setuju.Apalagi mereka hanya mengobrol tentang pekerjaan, tidak ada yang di luar batas wajar.Sesampainya di Vila Magenta, hujan masih turun. Ari pun
"Terima kasih Kak Reina!" ucap Christy dengan wajah berseri-seri. Saat ikut Reina masuk ke rumah, dia tidak lupa mengembalikan jaket si satpam dan mengucapkan terima kasih padanya.Christy meninggalkan kesan baik pada semua orang baik di kalangan atas atau orang biasa.Memang ini tujuan Christy, dia berniat menyuap sedikit demi sedikit orang-orang di sekitarnya.Sesampainya di dalam vila, Christy langsung membawa tasnya masuk ke kamar dan berkata, "Kak, aku ganti baju dulu ya.""Ya."Riki dan pengasuh sama-sama menganga.Si pengasuh terkejut karena Christy ternyata beneran kerabat Keluarga Sunandar. Gara-gara pengasuh lah wanita ini berada di luar seharian. Gimana kalau sampai dia yang dihukum?Riki terkejut karena ternyata mamanya mengizinkan wanita licik ini masuk.Setelah ganti baju, Christy keluar kamar menyapa Riki dan berjalan menuju dapur."Paman, ada yang bisa kubantu? Dulu aku pernah belajar masak sama koki bintang lima lho."Christy berkata pada koki di dapur.Si koki membawa
Christy pura-pura bodoh saat ditanya Reina, "Memangnya wanita hamil nggak boleh nahan lapar ya?"Dia meminta maaf dengan memasang tampang polos, "Maaf, aku nggak tahu."Reina tahu Christy hanya berpura-pura bodoh, jadi Reina menundukkan kepalanya dan lanjut makan.Kalau Joanna datang, ya itu urusan Christy.Dalam kontrol kehamilannya yang terakhir, dokter bilang kondisi janinnya agak tidak stabil.Dokter sudah berpesan agar Reina menjaga pola makan supaya tetap teratur, kalau menahan lapar, bisa-bisa mempengaruhi tumbuh kembang janin.Reina sendiri punya pencernaan yang buruk.Riki juga sadar kalau Christy berlagak bodoh, jadi dia sengaja menyindirnya, "Mama jangan salahin Tante ya, dia 'kan belum pernah hamil, jadi wajar kalau nggak tahu."Riki berujar sambil menatap Christy."Tante, nggak ada pria yang mau jadi suamimu ya?"Wajah Christy jadi sangat tidak enak dilihat. "Apa katamu?""Tante kelihatan lebih tua dari Mama, Tante sudah lebih dari 30 tahun ya? Apa karena nggak ada pria ya
Joanna masuk ke dalam vila, lalu meminta sekretarisnya meletakkan semua hadiah yang dia bawa untuk Riki, lalu pergi mencari cucunya tersayang.Riki masih mandi.Joanna melewati dapur dan melihat Christy sedang makan.Christy yang melihatnya pun merasa malu."Kok Bibi pagi-pagi sudah sampai?" Christy langsung meletakkan makanan yang dia pegang.Melihat Christy yang makan seperti orang kelaparan pun membuat Joanna menatapnya dengan jijik, "Ini 'kan rumah anakku? Terserah aku lah mau datang jam berapa.""Kamu ngapain? Kenapa makan di dapur?"Menurut Joanna sikap Christy ini sangat tidak pantas.Christy sadar diri, dia pun menjelaskan, "Maaf Bi, semalam aku nggak makan karena nungguin Bibi. Jadi pagi ini aku lapar banget.""Lain kali jangan begini." Joanna awalnya mau bertanya tentang kondisi Keluarga Revilino, namun suara Riki tiba-tiba terdengar di belakangnya, "Nenek."Joanna langsung tersenyum berseri-seri, dia balik badan dan berjongkok, "Aduuuh, cucuku sayang. Sini Nenek peluk."Meli
Reina merasa Christy ini aneh. Bukannya gadis ini memohon tinggal supaya bisa melayaninya? Kenapa sekarang dia malah ngatur-ngatur jam bangun?"Ya, kenapa?" jawab Reina dengan tenang."Bibi sudah datang, dia yang minta aku manggil kamu turun. Jadi jangan marah sama aku ya."Christy berujar cukup lantang sehingga Joanna bisa mendengarnya di bawah.Joanna tampak agak tidak senang.Sudah malas-malasan sampai jam segini masih berani marah waktu ditegur?Namun di depan Riki, Joanna hanya bisa menahan amarahnya. Saat Reina turun, dia cuma berkata, "Selanjutnya jangan bangun siang-siang, kalau tidur kelamaan nggak bagus buat janin."Reina langsung tahu kalau Christy yang mengajarkan Joanna bicara seperti ini.Karena merasa tidak ada gunanya menjelaskan lebih lanjut, Reina pun menjawab, "Oke."Bagaimanapun, Joanna tidak akan datang ke sini lebih dari sebulan sekali. Saat tidak ada Joanna, Reina bisa bangun kapan pun dia mau.Benar saja, setelah mendengar persetujuan Reina, Joanna tidak berkata
"Nona Reina." Jess memanggilnya terlebih dahulu.Reina mengangguk dan menuntun kedua anaknya berjalan ke arah mereka.Kedua anak itu dengan sopan memanggil mereka, "Om Erik, Tante Jess.""Hmm." Jess tersenyum, menunjukkan senyuman lembut.Erik juga tersenyum. "Kita baru sebentar nggak bertemu, kalian sudah tambah tinggi rupanya."Dulu, ketika berada di luar negeri, Erik pernah bertemu kedua anak ini beberapa kali saat mengikuti Revin. Jadi, dia cukup akrab dengan keduanya.Kedua anak itu juga memiliki cukup akrab dengannya."Om Erik kapan punya anak? Hari ini kami ikut Mama ke rumah sakit dan melihat bayi yang dilahirkan Tante Alana, lucu sekali." Riki bertanya sambil mengedipkan mata.Mendengar kata anak, wajah Erik dan Jess langsung berubah.Namun, semua itu menghilang dengan cepat.Erik terbatuk-batuk dua kali. "Hal semacam ini nggak bisa dipaksakan, nggak boleh buru-buru juga.""Oh." Riki sepertinya mengerti, dia pun mengangguk. "Om Erik dan Tante Jess harus lebih semangat. Setelah
Alana sengaja menggoda Riki. "Riki, kenapa kamu bilang begitu? Aku dan mamamu sudah seperti kakak adik, jadi wajar saja kalau kami jadi mak comblang anak kami sendiri. Bukankah kamu sering melihat itu di drama TV?""Jangan khawatir, kali ini Tante memang belum melahirkan anak perempuan, tapi lain kali Tante baka berusaha lebih keras lagi agar bisa melahirkan anak perempuan yang cantik. Saat itu tiba, aku akan menikahkannya denganmu, ya? Kamu sangat pengertian, pasti kamu akan memperlakukannya dengan baik, bukan?"Riki jauh mudah ditipu ketimbang Riko. Berpikir bahwa Alana berencana akan melahirkan anak perempuan di kemudian hari, dia langsung merasa ngeri."Tante Alana, aku ... mungkin aku nggak akan nikah."Dia ketakutan sampai punya pikiran untuk tidak menikah.Reina menggodanya, "Tapi bukannya kamu pernah bilang kalau Talitha cantik? Katamu, siapa yang bisa nikah sama dia, orang itu pasti sangat bahagia.""Hah? Kamu suka punya seseorang yang kamu suka?" Alana memasang wajah terkejut
Tepatnya, Diego lah yang berutang kepada Reina.Hanya saja, Diego memiliki ayah yang baik. Dulu, Anthony memperlakukan Reina dengan sangat baik, jadi Reina tidak tega menyakiti putra satu-satunya yang dia tinggalkan di dunia ini."Ke depannya terserah dia." Reina berkata dengan lesu....Salju pun mencair dan waktu pun berlalu dengan cepat.Alana melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat menggemaskan.Tuan Besar Jacob hampir jatuh pingsan karena terlalu bahagia setelah melihat cicitnya.Untungnya, dia berada di rumah sakit dan butuh banyak usaha dari staf medis agar bisa menyelamatkannya.Pada saat itulah Jovan menyadari bahwa kakeknya tidak berpura-pura sakit, kesehatannya memang sudah tidak seperti dulu lagi."Kakek, istirahat yang cukup dan jangan terlalu terpancing emosi," kata Jovan sambil duduk di depan ranjang rumah sakit kakeknya.Tuan Besar Jacob melambaikan tangannya. "Aku baik-baik saja, jangan mengkhawatirkanku. Kamu sudah jadi seorang ayah, jadi harus terus menemani Al
Diego bersulang untuk Reina dan Maxime, lalu bersulang untuk seluruh anggota Keluarga Libera.Saat ini, orang-orang Keluarga Libera tidak akan berani mengatakan apa pun, bahkan Nyonya Liz sendiri.Semua orang tahu bahwa uang dan kekuasaan adalah hal yang paling penting dalam masyarakat sekarang.Para tamu memiliki pemikiran mereka sendiri, hanya Sophia yang ingin bersulang untuk para kerabat dan teman-teman Diego.Dia sangat gugup sampai dia tidak sadar bahwa semua orang di pesta ini memiliki pemikiran yang berbeda.Setelah selesai, dia dan Diego mengantar Reina dan Maxime kembali.Reina tidak tahan lagi dan mengatakan, "Antar sampai sini saja. Kamu masih harus mengantar tamu-tamu pebisnismu selagi ada waktu."Sophia merasa aneh, para pebisnis?Bukankah Diego mengatakan kalau mereka semua temannya?Diego terlihat canggung dan mengedipkan mata ke arah Reina, bermaksud memberitahunya untuk tidak berbicara terlalu banyak, takut Sophia akan tahu.Namun, Reina justru melakukannya dengan sen
Nyonya Liz mencoba membuat Reina marah, kemudian membuat tamu yang hadir berpikir bahwa Reina tidak bisa bersikap dewasa karena membuat masalah dengan orang tua.Reina tersenyum lembut. "Bagaimanapun juga, ini masalah hidup dan mati, jadi tentu saja aku harus mengingatnya.""Selain itu, pada saat itu Nona Tia masih muda, tetapi Nyonya Liz dan kedua putranya sudah dewasa. Harusnya kalian tahu mana yang benar dan mana yang salah, bukan?""Tapi saat itu, alih-alih mendidik Nona Tia, kalian malah bilang aku pantas diperlakukan seperti itu. Kalian juga membuatku berdiri di tengah salju yang dan membeku sepanjang malam. Saat itu terjadi, aku baru berusia sepuluh tahun." Reina mengucapkan kata-kata ini dengan kesedihan di dasar matanya.Mendengar ini, mereka yang hadir langsung mengerti mengapa Reina tidak mau mengakui kedua putra dari Keluarga Libera."Mereka melakukan itu sama anak berusia sepuluh tahun! Nggak manusiawi sekali!""Wah, Keluarga Libera bisa sukses juga karena mengandalkan Kel
Ketika Reina hanyalah putri yang tidak menonjol di Keluarga Andara, kedua om-nya ini bukan hanya memperlakukannya dengan buruk, tetapi juga membiarkan putri mereka menggertaknya.Sekarang, dia telah menjadi pewaris Keluarga Yinandar, kaya dan berkuasa, mereka malah menyanjungnya. Lucu sekali.Reina tidak akan melakukan apa yang mereka inginkan dan tidak segan dengan mereka."Om? Apa kalian nggak salah? Ibuku nggak punya saudara kandung."Satu kalimat ini membuat wajah kedua anak laki-laki Keluarga Libera memerah dan terlihat sedikit kikuk.Mereka yang awalnya mengira bahwa keduanya adalah om Reina pun kelu."Ternyata rumit juga hubungan keluarga mereka. Pantas saja, aku nggak pernah dengar kalau Keluarga Yinandar punya dua anak laki-laki, karena mereka hanya punya satu anak laki-laki.""Keluarga Yinandar memang hanya punya satu anak laki-laki, tapi itu hanya anak angkat. Aku nggak tahu kesalahan apa yang dia lakukan sampai dipenjara di usia muda.""Kalau begitu, dua orang dari Keluarga
Diego membawa Sophia mendekati Reina dan Maxime, melewati Tia dan Nyonya Liz tanpa menyapa mereka berdua.Nyonya Liz mengerutkan kening tidak senang. Namun, Diego adalah cucu kesayangannya, jadi dia tidak bisa marah kepadanya.Reina mengangguk pada Diego."Hmm."Diego berkata, "Ayo, aku akan membawa kalian masuk.""Nggak perlu. Kamu dan Sophia bisa bawa nenekmu masuk. Aku dan Maxime bisa sendiri," kata Reina.Mana mungkin Reina tidak memahami apa yang ada di dalam pikiran Diego?Dia ingin membawanya dan Maxime masuk hanya ingin menunjukkan wajahnya kepada para pengusaha kaya itu.Diego sedikit canggung saat mendengar ini. Sekarang, dia baru menyadari keberadaan neneknya dan Tia."Kak, Nenek, kalian juga sudah datang? Ayo masuk," katanya.Nyonya Liz mengangguk. "Ya, ayo masuk."Mereka berjalan bersama ke dalam hotel.Diego dengan penuh perhatian berdiri di samping Reina dan Maxime, sementara Sophia menemani Nyonya Liz dan Tia."Kak, aku senang kalian bisa datang hari ini." Diego berkata
Lusa pun tiba.Reina dan Maxime menghadiri pernikahan Diego seperti yang telah dijanjikan.Reina mengira tidak banyak orang di dalam hotel, tetapi ketika sampai di pintu masuk, dia melihat beberapa pengusaha kaya juga datang.Reina bertanya-tanya, "Kenapa tamunya banyak sekali? Apa ada orang lain yang juga lagi melangsungkan pernikahan?"Begitu dia dan Maxime turun dari mobil, manajer hotel langsung menyambut mereka."Nyonya Reina, Tuan Maxime, kalian benar-benar datang?""Apa maksudnya?" tanya Reina sambil mengerutkan kening."Oh, Tuan Diego bilang akan menikah, Nyonya dan Tuan Maxime akan datang. Jadi, saya datang untuk menyambut kedatangan kalian." Manajer mengulurkan tangannya. "Kalian bisa lihat-lihat, kalau ada yang kurang, kalian bisa memberitahu saya."Mendengar manajer mengatakan ini, apa yang tidak bisa dimengerti oleh Reina?Rasanya seperti Diego memanfaatkannya dan Maxime sebagai alat untuk berteman dengan orang kaya dan terkenal."Sekarang aku tahu kenapa dia juga memintam
"Apa orang tua Hanna tahu tentang hal ini?" Maxime bertanya lagi."Pasti nggak tahu," jawab Reina.Mendengar itu, Maxime terdiam selama beberapa saat, lalu melanjutkan, "Jangan ikut campur sama masalah ini."Dia tahu bahwa orang tua Hanna mendesak Hanna untuk segera menikah. Namun mereka tidak akan menerima anak yatim piatu sebagai menantu mereka."Ya, aku mengerti."Reina dan Hanna hanyalah teman biasa, jadi Reina juga tidak akan ikut campur.Dia tidak bisa tidur lagi, jadi memutuskan untuk bangun.Maxime memeluknya dan tidak mau melepaskannya. "Tidurlah sebentar lagi.""Nggak bisa tidur." Reina menepis tangannya tanpa daya. "Aku mau bangun, aku mau kerja."Dia hanya ingin fokus untuk mengurus Grup Yinandar.Maxime terpaksa melepaskan tangannya karena takut Reina akan marah.Reina segera bangkit dari tempat tidur, tidak berani berada di dalam kamar tidur lebih lama lagi.Kenapa sebelum ini dia tidak sadar kalau Maxime memiliki kebiasaan bermalas-malasan di tempat tidur?...Sebelum Re