Christy pura-pura bodoh saat ditanya Reina, "Memangnya wanita hamil nggak boleh nahan lapar ya?"Dia meminta maaf dengan memasang tampang polos, "Maaf, aku nggak tahu."Reina tahu Christy hanya berpura-pura bodoh, jadi Reina menundukkan kepalanya dan lanjut makan.Kalau Joanna datang, ya itu urusan Christy.Dalam kontrol kehamilannya yang terakhir, dokter bilang kondisi janinnya agak tidak stabil.Dokter sudah berpesan agar Reina menjaga pola makan supaya tetap teratur, kalau menahan lapar, bisa-bisa mempengaruhi tumbuh kembang janin.Reina sendiri punya pencernaan yang buruk.Riki juga sadar kalau Christy berlagak bodoh, jadi dia sengaja menyindirnya, "Mama jangan salahin Tante ya, dia 'kan belum pernah hamil, jadi wajar kalau nggak tahu."Riki berujar sambil menatap Christy."Tante, nggak ada pria yang mau jadi suamimu ya?"Wajah Christy jadi sangat tidak enak dilihat. "Apa katamu?""Tante kelihatan lebih tua dari Mama, Tante sudah lebih dari 30 tahun ya? Apa karena nggak ada pria ya
Joanna masuk ke dalam vila, lalu meminta sekretarisnya meletakkan semua hadiah yang dia bawa untuk Riki, lalu pergi mencari cucunya tersayang.Riki masih mandi.Joanna melewati dapur dan melihat Christy sedang makan.Christy yang melihatnya pun merasa malu."Kok Bibi pagi-pagi sudah sampai?" Christy langsung meletakkan makanan yang dia pegang.Melihat Christy yang makan seperti orang kelaparan pun membuat Joanna menatapnya dengan jijik, "Ini 'kan rumah anakku? Terserah aku lah mau datang jam berapa.""Kamu ngapain? Kenapa makan di dapur?"Menurut Joanna sikap Christy ini sangat tidak pantas.Christy sadar diri, dia pun menjelaskan, "Maaf Bi, semalam aku nggak makan karena nungguin Bibi. Jadi pagi ini aku lapar banget.""Lain kali jangan begini." Joanna awalnya mau bertanya tentang kondisi Keluarga Revilino, namun suara Riki tiba-tiba terdengar di belakangnya, "Nenek."Joanna langsung tersenyum berseri-seri, dia balik badan dan berjongkok, "Aduuuh, cucuku sayang. Sini Nenek peluk."Meli
Reina merasa Christy ini aneh. Bukannya gadis ini memohon tinggal supaya bisa melayaninya? Kenapa sekarang dia malah ngatur-ngatur jam bangun?"Ya, kenapa?" jawab Reina dengan tenang."Bibi sudah datang, dia yang minta aku manggil kamu turun. Jadi jangan marah sama aku ya."Christy berujar cukup lantang sehingga Joanna bisa mendengarnya di bawah.Joanna tampak agak tidak senang.Sudah malas-malasan sampai jam segini masih berani marah waktu ditegur?Namun di depan Riki, Joanna hanya bisa menahan amarahnya. Saat Reina turun, dia cuma berkata, "Selanjutnya jangan bangun siang-siang, kalau tidur kelamaan nggak bagus buat janin."Reina langsung tahu kalau Christy yang mengajarkan Joanna bicara seperti ini.Karena merasa tidak ada gunanya menjelaskan lebih lanjut, Reina pun menjawab, "Oke."Bagaimanapun, Joanna tidak akan datang ke sini lebih dari sebulan sekali. Saat tidak ada Joanna, Reina bisa bangun kapan pun dia mau.Benar saja, setelah mendengar persetujuan Reina, Joanna tidak berkata
Butuh waktu sekitar satu jam bagi Morgan untuk sampai ke Vila Magenta.Ketika Morgan keluar dari mobil, dari kejauhan dia melihat Reina sedang tidur di kursi santai di taman, sinar matahari menyinari seluruh tubuhnya dan membuat sosok Reina tampak seperti peri cantik yang bersinar."Pak Maxime."Ketika satpam melihat Morgan, dia langsung membuka pintu tanpa ragu-ragu.Orang biasa sulit membedakan Morgan dan Maxime karena mereka sama persis.Morgan masuk ke vila dan langsung mendatangi Reina.Reina sedang tidur nyenyak dan tidak menyadari kedatangan Morgan.Morgan cuma berdiri di depannya dan tidak berkata apa-apa.Mungkin karena cahayanya terhalang oleh seseorang, Reina jadi merasa tidak begitu hangat lagi, jadi dia balik badan dan menurunkan buku yang menutupi wajahnya.Karena wajahnya masih belum tersentuh hangatnya sinar matahari, Reina pun membuka matanya dengan bingung dan mendapati seseorang berdiri di depannya."Maxime? Kok kamu pulang?"Morgan menelan ludah, lalu berkata, "Nana
"Ah, ya. Lama nggak ketemu." Christy tersenyum terpaksa, mundur beberapa langkah dan menunggu Joanna maju menyusulnya.Reina baru pertama kali melihat Christy yang seperti ini.Bukannya Christy itu ganjen banget sama semua pria?Kenapa dia malah menjauh saat berhadapan dengan Morgan?"Morgan? Kamu ngapain ke sini?"Joanna bertanya bingung."Kudengar katanya kakak terluka, jadi aku mau nengok dia.""Oh, Max nggak di sini, dia ada di Vila Samore." Setelah Joanna selesai menjawab, dia berujar pada Riki, "Riki, ayo sapa. Ini Om Morgan."Riki adalah anak yang penurut dan sudah bertemu Morgan beberapa kali, tapi entah kenapa Riki agak takut dengan pria ini."Halo, Om."Riki spontan menyapanya."Ya." Morgan mengangguk lembut, membungkuk dan mengeluarkan sebuah permen dari sakunya, lalu menyerahkannya pada Riki, "Om nggak bawa hadiah apa pun, Om cuma punya permen ini."Morgan jelas terlihat begitu hangat dan lembut, tetapi di mata Riki seluruh tubuh Morgan seolah-olah tertutup kabut hitam.Ind
Selama ini Riki tidak pernah terlalu dekat dengan Morgan. Meski dekat, dia tidak bisa merasakan kabut hitam. Jadi memang baru hari ini Riki menyadarinya."Ya sudah kalau gitu kamu dan mama hati-hati ya di rumah. Aku sudah mau naik pesawat, nanti kita ngobrol lagi.""Oke."Riki menutup telepon dengan enggan.Riki menoleh dan melihat ke luar jendela. Morgan masih di luar, mengobrol dengan mamanya dan Joanna.Meski berada jauh dari pria itu, Riki masih bisa melihat kabut hitam yang begitu menakutkan dari tubuh pria itu.Kebetulan ada Morgan, tiba-tiba Joanna teringat dengan siaran langsung yang dilakukan Riki.Kok bisa-bisanya Reina menyuruh anak sekecil itu cari uang?Joanna pun berkata pada Reina, "Nana, kamu 'kan nggak punya kerjaan. Gimana kalau latihan kerja aja di perusahaan Morgan? Paling nggak kamu jadi punya penghasilan.""Jangan khawatir, sehari cukup kerja 3-4 jam saja, nggak akan ganggu waktumu ngurus anak-anak."Joanna sudah merencanakan ini setelah Reina dan Maxime pergi ke
Reina tidak menyangka gadis ini sudah tidak punya niat baik, bodoh pula.Tapi ada bagusnya juga kalau begini. Reina jadi mudah membereskannya."Aku mau istirahat dulu.""Oke, aku nggak ganggu."Awalnya Christy hendak membatasi jam tidur Reina, namun setelah ditawari hal baik, Christy pun tidak cari masalah lagi.Reina berjalan-jalan di taman sebentar sebelum kembali duduk santai.Reina mengamati gerak gerik Christy dari kejauhan. Saat ini Christy membawa sekantong besar hadiah dan membagikannya satu per satu pada para pelayan serta satpam.Reina tidak menghentikan Christy yang sedang menyuap orang-orang.Orang yang bisa dibeli dengan hadiah akan pindah keterpihakan dengan hadiah yang lebih banyak.Reina pun berhenti memperhatikan Christy dan kembali membaca buku.Christy sesekali curi pandang pada Reina dan saat menyadari Reina sama sekali tidak peduli dengan apa yang dia lakukan, dia makin terang-terangan bertindak, bahkan mengajak semua orang makan malam di luar.Christy juga sengaja
Baru-baru ini Liane kembali ke Kota Simaliki untuk membicarakan kerjasama bisnis.Hari ini Syena sedang makan malam bersamanya. Sebagai putri yang baik, dia menyendokkan banyak lauk ke piring Liane, "Bu, makan yang banyak ya.""Ya."Liane sangat senang.Namun, momen damai ini terganggu oleh suara panggilan telepon.Syena mengambil ponsel dan melihat layarnya. Saat menyadari yang meneleponnya adalah Treya, dia langsung memutuskan panggilan itu dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam tasnya.Syena tidak sadar kalau dia salah tekan tombol, bukan memutuskan panggilan, malah mengangkat panggilan itu.Namun karena sudah memasukkan ponselnya ke dalam tas, dia tidak bisa mendengar suara Treya."Siapa yang menelepon?" tanya Liane, "Kok nggak kamu angkat?""Hahh, biasalah. Orang iseng," jawab Syena.Treya awalnya mau menutup telepon saat tidak kunjung mendengar suara Syena saat tiba-tiba dia mendengar percakapan Liane dan Syena.Orang iseng?Treya pun sadar kalau sepertinya Syena salah menekan
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba