Riki menoleh dan mendapati seorang wanita cantik-lah yang menggendongnya.Wanita cantik itu mengenakan pakaian olahraga dan rambutnya yang panjang dikuncir kuda.Riki menoleh ke gerbang vila papanya. Nomornya benar kok, apa jangan-jangan ini wanita panggilan papanya?"Tante tinggal di sini?"Riki bertanya ragu-ragu.Wanita itu menggeleng, "Nggak, ini rumah sepupuku."Setelah menjawab, wanita itu mengamati Riki dengan saksama."Ah! Jangan-jangan kamu anaknya Maxime?"Ternyata mereka cuma saudara jauh. Riki menghela napas lega, "Tebakanmu benar.""Wah kebetulan banget, tadi kukira aku salah rumah. Namaku Christy, panggil aja aku Tante Christy."Christy?Kenapa nama ini terdengar familiar?Riki agak pusing mencium parfum menyengat dari tubuh Christy. "Tante, tolong turunin aku."Christy menolak untuk melepaskannya, "Ah, sini Tante mau peluuuuk."Riki terlihat risih dan mulai menggeliat untuk turun.Christy tidak punya pilihan selain menurunkan Riki, lalu menekan bel pintu."Siapa?""Kak M
Christy jadi agak malu. Jelas dia tidak menyangka kalau Maxime tidak mengingatnya, dia pun menjelaskan, "Kak Max, aku Christy. Waktu kecil kita suka main bareng, bahkan waktu kamu menikah, Bibi Joanna ngajak aku buat ketemu kamu."Bagi Riki yang berdiri di samping, kalimat ini terdengar sangat janggal.Sayang, otaknya tidak dapat mengingat siapa Christy. Alangkah baiknya kalau ada kakaknya di sini.Begitu terpikir akan hal ini, Riki tiba-tiba menutupi selangkangannya."Aduh, Papa, aku mau pipis."Maxime mengernyit."Pergi aja sendiri.""Oke."Riki langsung berlari ke toilet.Sesampainya di toilet, Riki langsung menyalakan keran air sekencang mungkin, lalu menelepon Riko.Di tempat Riko, langit masih sangat gelap. Dia sedang tidur nyenyak saat telepon Riki membangunkannya."Riki! Gila ya? Tahu nggak ini jam berapa?"Riko itu anak yang sempurna, hanya satu kekurangannya yaitu dia agak pemarah waktu baru bangun tidur."Kak, jangan marah dulu. Kakak ingat nggak Christy itu siapa?"Indra ke
Riki sudah bisa membayangkan sebuah drama besar tentang perebutan warisan keluarga.Riki tersadar dari lamunannya, lalu langsung berlari ke arah Christy."Tante Christy, cepat bangun. Papaku itu kaya raya, dia bisa beli banyak kuda sebanyak yang dia mau."Wajah Christy jadi kaku, lalu dia menjelaskan, "Riki, maksud Tante bukan kuda sungguhan."Riki memasang tampang seolah mengerti."Terus kalau bukan kuda beneran, apa dong?"Christy tersedak dan tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya pada anak kecil di hadapannya ini.Namun, melihat Maxime yang sepertinya tidak akan mengizinkannya tinggal di sini, Christy pun sadar kalau Riki adalah satu-satunya kunci yang bisa dia gunakan untuk mencapai tujuannya."Itu cuma perumpamaan Riki. Eh ya, gimana kalau Tante tinggal di sini? Kalau ada Tante, tiap hari nanti Tante masakin makanan yang enak, Tante juga bisa nganterin kamu ke sekolah, terus tiap akhir pekan Tante temenin main."Christy akan melakukan apa pun untuk memikat Riki di depan Maxime
Di dalam toilet, kotoran Riki dan tisu berserakan di mana-mana.Christy sangat mual dan hampir muntah.Namun, demi bisa menikah dengan Maxime, Christy menahan rasa jijik dan mualnya. Dia membersihkan toilet itu terlebih dulu, lalu mencuci celana Riki.Riki yang berdiri di depan pintu juga bisa melihat wajah Christy yang begitu jijik. Riki tersenyum puas."Kalau Tante keberatan nggak apa-apa kok. Papa bisa bantuin aku bersihin."Maxime yang duduk jauh di sofa, mengeryit saat mendengar hal ini.Sudah sebesar itu tidak bisa cebok sendiri? Minta dipukul!Bercanda!Gimana sih Reina mengajar anak-anaknya!"Riki, sini!"Riki yang dipanggil Maxime langsung berlari menghampirinya."Papa kangen aku?"Riki hendak bersandar."Jauh-jauh!"Maxime sama dengan Riko, dia jijikan.Maxime mengernyit dan tampak jijik, karena mengira Riki kotor."Sudah sebesar ini masih belum bisa cebok sendiri?" tanya Maxime.Riki tercekat. Tadinya dia hanya ingin memberi pelajaran pada Christy, Riki tidak menyangka cara
Saat ini di Vila Samore.Christy bekerja keras cukup lama untuk membersihkan mahakarya Riki.Setelah keluar dari toilet, dia menyemprotkan banyak parfum ke dirinya sendiri.Entah mengapa, setelah selesai membersihkan semua ini, sekujur tubuhnya bergidik.Begitu terpikir dia akan menjadi ibu tiri dari anak nakal, Christy bertekad akan mengubah peringai nakal Riki setelah nanti dia menikah dengan Maxime. Christy akan membuat Riki tahu siapa yang berkuasa.Namun yang terpenting sekarang adalah dia harus bertahan!"Kak Max, aku sudah selesai bersih-bersih. Kamu belum makan 'kan? Aku masakin ya?"Karena membuang waktu cukup lama untuk membersihkan toilet, Christy jadi belum punya kesempatan untuk menunjukkan kekuatannya di depan Maxime.Untuk bisa mendekati Maxime, Christy sengaja belajar memasak.Sebelum Maxime sempat menyahut, Riki sudah lebih dulu bicara, "Tante Christy 'kan baru bersihin kotoranku yang bau banget itu? Masa Tante mau masak?""Hah?" Ekspresi Christy tampak kaku, lalu dia
Reina sudah dalam perjalanan. Dia sangat cemas karena tahunya Maxime tiba-tiba membawa Riki pergi.Suasana hati Riki sama buruknya seperti suasana hati Reina.Saat ini Riki juga sangat panik. Dia berdiri di samping Maxime dan membatin, "Ayah berengsek beneran berengsek! Mereka mau ngapain? Aku 'kan masih di sini.""Papa, kok Tante jam segini sudah mandi? Nanti kalian beneran akan tidur bareng?"Aura wajah Maxime langsung menjadi gelap.Maxime tidak menjawab, "Siapa yang ngajarin kamu kayak gini?"Masa anak sekecil ini sudah tahu hal seperti ini?Riki juga sebenarnya cuma tahu saat layar TV menjadi hitam, artinya para aktor sudah tidur. Dia tidak tahu secara spesifik."Masa yang kayak gini harus diajarin? Kakakku bilang anak seumuran kami sudah harus ngerti semuanya."Ekspresi wajah Maxime menjadi semakin jelek, bagaimana sih cara Reina mengajari dua anak ini?Dari Ekki, Maxime tahu kalau saat ini putra sulungnya sedang bertamasya ke luar negeri dalam acara sekolah dan mereka akan pulan
Kejadiannya sekitar delapan tahun yang lalu, tidak lama setelah Reina dan Maxime menikah.Joanna membawa Christy ke Vila Magenta.Christy sengaja mencari Reina dan mengajaknya mengobrol saat Reina masih asing dengan ritme kehidupan Keluarga Sunandar.Reina masih ingat betapa menjijikkannya kata-kata Christy.Waktu itu cuma ada mereka berdua, Christy berkata, "Kakak ipar, ternyata kamu nggak secantik katanya Kak Max.""Kamu tahu nggak dulu si Kak Max itu baik banget sama pacarnya, sayang wanita itu bukan dari keluarga kaya. Kalau nggak, Kak Max pasti nikahnya sama wanita itu.""Mereka bahkan punya foto sebagai pasangan ...."Christy berujar dengan sangat yakin, tidak seperti gadis belia 18 tahun.Waktu itu Reina sangat mencintai Maxime. Saat mendengar Christy membicarakan hubungan Maxime dan Marshanda dan bagaimana Christy membandingkannya dengan Marshanda, hati Reina terasa sangat pedih.Namun pada akhirnya, Reina hanya bisa menahan diri.Sebelum pergi, Christy berkata padanya, "Kakak
Wajah cantik Christy langsung memerah."Riki jangan gitu dong. Kan Tante sudah cuci tangan, sudah mandi bersih.""Kata kakakku yang kayak gitu nggak bisa kalau cuma mandi, harus disterilisasi dengan suhu tinggi."Christy bingung, "Sterilisasi dengan suhu tinggi? Gimana caranya?""Entahlah, mungkin perlu digoreng di wajan."Deg!Reina yang selama ini merasa muka Christy setebal tembok baja pun bingung saat melihat wajahnya yang memerah. Baru pertama kali Reina melihatnya seperti ini.Reina pun bertanya, "Riki, kenapa?"Riki menjelaskan cerita toilet secara singkat pada Reina.Dari cerita ini, Reina pun sadar kalau anaknya sedang menjahili Christy.Karena sejak umur dua tahun, baik Riki maupun Riko sudah pintar cebok sendiri. Mereka juga sangat menjaga kebersihan, jadi tidak mungkin celana mereka bisa kotor begitu.Meski Reina tidak paham mengapa Riki memperlakukan Christy seperti itu, dia tidak membongkar kedok Riki dan ikut menimpali, "Oh gitu. Christy, kamu harus banyak cuci tangan."
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba