Reina berjalan keluar sebelum mengangkat telepon itu, "Revin?"Karena sudah lama tidak saling berhubungan, Reina agak tidak yakin apa lawan bicaranya adalah Revin atau bukan."Ya, ini aku."Setelah terdengar suara yang familiar, kekhawatiran Reina pun memudar."Kamu nggak apa-apa, 'kan?"Revin yang berada di ujung telepon melirik tubuh bagian atasnya yang masih penuh perban. Dia terdiam lama sebelum berkata, "Aku ... nggak baik-baik aja ...."Reina buru-buru bertanya, "Kamu sakit?""Sekujur tubuhku luka parah, sekarang aku baru agak sadar." Revin melanjutkan dengan nada murung, "Kamu juga nggak datang jenguk aku."Reina merasa bersalah saat mendengarnya, "Sekarang kamu ada di mana? Aku akan beli tiket penerbangan malam ini buat datengin kamu, oke?""Oke, aku kasih alamatnya ke kamu ya? Kamu bakal datang, 'kan?"Revin menutup telepon terlebih dahulu, lalu mengirimkan alamat detail pada Reina.Setelah Reina menuliskan alamatnya, dia menelepon lagi dan menanyakan kondisi fisiknya.Revin m
Maxime terdiam. Saat Reina berjalan melewatinya, Maxime meraih lengannya."Aku ikut."Mana mungkin Maxime akan membiarkan istrinya pergi menemui cinta pertamanya sendirian?Reina tercengang, "Ngapain kamu ikut?""Di luar negeri nggak aman. Aku ikut supaya bisa melindungi kamu." Maxime berbohong tanpa mengubah ekspresi wajahnya.Di tempat yang ada Revin memang tidak aman untuk Reina, gimana kalau sampai dia diculik?Dulu saja Reina begitu mencintainya sampai rela kabur dengan Revin selama lima tahun. Sekarang hubungan Reina dan Maxime tidak sebaik dulu, Maxime tidak berani bertaruh, dia takut Reina akan tiba-tiba menghilang lagi."Nggak perlu, aku sudah hidup di Estonia selama bertahun-tahun dan aku nggak kenapa-kenapa tuh? Lagian aku mau ketemu Revin, nggak enak kalau ada kamu.""Nggak enak apanya? Aku 'kan suamimu?" Maxime berujar dengan nada rendah.Reina akhirnya paham maksud Maxime. Dia menarik lengannya dan bertanya dengan nada dingin, "Kamu nggak percaya sama aku, 'kan?"Maxime t
Maxime yang terus mencium Reina membuat Reina yang sedang tidur nyenyak pun terbangun karena kesulitan bernapas.Reina pun berjuang membuka kelopak matanya yang terasa sangat berat, setelah itu dia mulai memukul Maxime sambil berkata, "Kamu ngapain?"Dada Maxime terasa panas, dia pun menjawab dengan suaranya serak."Kapan kamu pulang?"Reina yang masih mengantuk, tidak bisa berpikir jernih dan menjawab dengan linglung, "Ya nggak tahu lah.""Aku nggak tahu cideranya parah apa nggak, kalau parah banget ya aku bakal tinggal lebih lama."Tatapan Maxime menjadi dingin, "Dia sepenting itu buat kamu?"Reina sangat mengantuk dan mengira dia bosan, jadi dia menanyakan pertanyaan ini kali ini."Ya iyalah penting, kami 'kan tumbuh besar bareng. Enam tahun yang lalu, aku pasti sudah mati kalau bukan karena dia.""Dia dan Lyann sudah menyelamatkan hidupku.""Kalau sampai terjadi sesuatu padanya, aku pasti akan minta kamu ...."Reina tidak melanjutkan perkataannya.Tiba-tiba hati Maxime menegang, "K
Banyak penumpang yang keluar silih berganti di pintu keluar bandara.Tanpa banyak pikir, Revin turun dari mobil.Erik ragu-ragu sesaat, lalu ikut turun menyusul Revin.Dua pria jangkung dan tampan berdiri di samping sebuah mobil mewah seharga puluhan miliar tentu menarik perhatian banyak orang.Revin mengirim pesan pada Reina, "Nana, sudah mendarat belum?"Reina langsung membalas, "Ya, bentar lagi keluar.""Oke, aku tunggu di pintu keluar."Revin spontan tersenyum kecil dan mematikan ponselnya.Tidak lama kemudian, dia melihat sosok Reina yang begitu menonjol di tengah kerumunan. Reina mengenakan gaun berwarna begonia, rambut panjang sebahunya dibiarkan tergerai dan kulitnya terlihat putih bersih.Erik pernah bertemu Reina di sebuah pesta, tapi sudah bertahun-tahun yang lalu. Sekarang, sekilas Erik bisa mengenalinya. Dulu Reina masih seorang gadis kecil, sekarang sudah jadi wanita yang cantik.Tapi wajahnya ... Kok kelihatan agak aneh ya?Reina menggunakan bedak tipis untuk menutupi be
Ekki agak terkejut, "Pantas saja Revin nggak mati walau sudah disiksa habis-habisan begitu. Ternyata dia teman Erik."Keluarga Casco juga cukup terkenal di lingkaran bisnis, tapi mereka suka bermain aman sehingga tidak terlalu mencolok.Dulu waktu Maxime menekan bisnis Revin, entah mengapa Revin selalu bisa menemukan celah. Mungkin ini semua karena bantuan Erik.Maxime memejamkan mata untuk beristirahat dan nggak menjawab.Ekki hendak meminta sopir mengikuti mobil Revin saat Maxime berkata, "Suruh orang lain aja yang buntutin mereka. Kita pulang istirahat dulu."Belakangan ini Maxime sering sakit kepala, dia juga tidak paham kenapa."Baik."Sesampainya di hotel, Ekki menuntun Maxime ke sofa. Setelah itu Maxime memijit pelipisnya dan mengernyit."Bos nggak apa-apa? Apa perlu kupanggilkan dokter?""Nggak usah, mungkin aku kurang istirahat."Setelah Maxime menolak, dia meminta Ekki meninggalkannya sendiri.Begitu Ekki pergi, ruangan jadi sunyi senyap. Dia nggak bisa melihat dan sekeliling
Padahal Riki hendak kembali ke kamar dan mulai siaran langsung, dia sudah tidak sabar bertingkah manja dengan om tante online-nya. Perkataan Joanna seperti sambaran petir di telinganya.Dia berhenti melangkah dan berkata, "Nenek pulang aja nggak apa-apa. Mama, Papa juga sebentar lagi pulang.""Nenek nggak capek kok, Nenek nggak akan pulang, Nenek temani main ya?"Joanna juga tidak ada kerjaan di rumah.Riki tiba-tiba teringat sesuatu, "Nenek suka jadi terkenal 'kan ya?"Joanna tidak mengerti maksud Riki.Sepuluh menit kemudian, ruang siaran langsung Riko jadi sangat terkenal. Alasannya tidak lain tidak bukan adalah karena kehadiran Joanna sebagai bintang tamu.Joanna pernah menjadi sosok wanita pebisnis yang cukup kuat di Kota Simaliki dan banyak orang yang mengenalnya.Padahal Joanna hanya menunjukkan wajahnya sebentar, tapi beberapa pengusaha juga masuk ke ruang siaran langsung itu. Dalam setengah jam saja Riki langsung mendapat puluhan miliar.Riki tidak menyangka sosok neneknya beg
Reina ikut Revin pulang ke tempat tinggal Revin.Vila yang begitu besar dan luas itu penuh dengan bunga warna warni, entah mengapa agak tidak sesuai dengan pribadi Revin.Erik tidak ikut masuk.Para pelayan langsung serentak membungkuk pada Reina dan Revin."Tuan Muda."Revin meminta para pelayan untuk undur diri.Sesampainya di ruang tamu, Reina pun mengajaknya mengobrol, "Sekarang gimana kondisimu?"Kemarin di telepon, Revin bilang kalau dia baru sadar dan masih belum benar-benar sehat.Tadinya Reina pikir begitu sampai, dia akan melihat Revin terbaring tidak berdaya di rumah sakit. Reina tidak menyangka Revin sanggup menjemputnya di bandara bahkan menemaninya makan di luar.Revin memunggungi Reina dan tidak berkata apa-apa saat mendengar pertanyaan Reina. Hanya saja, dia mulai membuka kancing kemejanya.Sebelum Reina sempat bereaksi, Revin sudah selesai menanggalkan kemejanya."Kamu ngapain?"Setelah itu, Revin melemparkan bajunya ke atas sofa dan balik badan.Reina spontan balik ba
Reina pun tidak menolak dan memutuskan untuk tinggal di rumah Revin untuk merawatnya.Sore harinya, dokter pribadi datang memeriksa kondisi Revin sekaligus mengganti perban.Reina duduk di samping sambil menelepon Riki. Begitu panggilan video itu tersambung, muncullah wajah putih imut Riki, "Ma, kok tumben telepon? Kenapa?"Karena ada Joanna, Riki tidak bertanya apa Reina sudah ketemu Revin atau belum."Oh nggak apa-apa, Mama cuma mau cek kondisimu ... " di rumah ....Sebelum Reina selesai bicara, tiba-tiba dia mendengar suara familier dari ujung telepon, "Riki sayang, kamu lagi nelpon siapa?"Riki hendak mematikan teleponnya saat Joanna ternyata sudah datang menghampiri dan melihat Reina di layar ponselnya.Di depan cucunya, Joanna tidak berani menyalahkan Reina yang sudah meninggalkan Riki sendirian. Dia pun berkata dengan ramah."Oh Nana, kamu ke mana Na? Kok jam segini belum pulang?"Reina yang tidak mau cari masalah pun berbohong, "Ah, perusahaan pribadiku ada masalah, jadi aku ke
"Nona Reina." Jess memanggilnya terlebih dahulu.Reina mengangguk dan menuntun kedua anaknya berjalan ke arah mereka.Kedua anak itu dengan sopan memanggil mereka, "Om Erik, Tante Jess.""Hmm." Jess tersenyum, menunjukkan senyuman lembut.Erik juga tersenyum. "Kita baru sebentar nggak bertemu, kalian sudah tambah tinggi rupanya."Dulu, ketika berada di luar negeri, Erik pernah bertemu kedua anak ini beberapa kali saat mengikuti Revin. Jadi, dia cukup akrab dengan keduanya.Kedua anak itu juga memiliki cukup akrab dengannya."Om Erik kapan punya anak? Hari ini kami ikut Mama ke rumah sakit dan melihat bayi yang dilahirkan Tante Alana, lucu sekali." Riki bertanya sambil mengedipkan mata.Mendengar kata anak, wajah Erik dan Jess langsung berubah.Namun, semua itu menghilang dengan cepat.Erik terbatuk-batuk dua kali. "Hal semacam ini nggak bisa dipaksakan, nggak boleh buru-buru juga.""Oh." Riki sepertinya mengerti, dia pun mengangguk. "Om Erik dan Tante Jess harus lebih semangat. Setelah
Alana sengaja menggoda Riki. "Riki, kenapa kamu bilang begitu? Aku dan mamamu sudah seperti kakak adik, jadi wajar saja kalau kami jadi mak comblang anak kami sendiri. Bukankah kamu sering melihat itu di drama TV?""Jangan khawatir, kali ini Tante memang belum melahirkan anak perempuan, tapi lain kali Tante baka berusaha lebih keras lagi agar bisa melahirkan anak perempuan yang cantik. Saat itu tiba, aku akan menikahkannya denganmu, ya? Kamu sangat pengertian, pasti kamu akan memperlakukannya dengan baik, bukan?"Riki jauh mudah ditipu ketimbang Riko. Berpikir bahwa Alana berencana akan melahirkan anak perempuan di kemudian hari, dia langsung merasa ngeri."Tante Alana, aku ... mungkin aku nggak akan nikah."Dia ketakutan sampai punya pikiran untuk tidak menikah.Reina menggodanya, "Tapi bukannya kamu pernah bilang kalau Talitha cantik? Katamu, siapa yang bisa nikah sama dia, orang itu pasti sangat bahagia.""Hah? Kamu suka punya seseorang yang kamu suka?" Alana memasang wajah terkejut
Tepatnya, Diego lah yang berutang kepada Reina.Hanya saja, Diego memiliki ayah yang baik. Dulu, Anthony memperlakukan Reina dengan sangat baik, jadi Reina tidak tega menyakiti putra satu-satunya yang dia tinggalkan di dunia ini."Ke depannya terserah dia." Reina berkata dengan lesu....Salju pun mencair dan waktu pun berlalu dengan cepat.Alana melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat menggemaskan.Tuan Besar Jacob hampir jatuh pingsan karena terlalu bahagia setelah melihat cicitnya.Untungnya, dia berada di rumah sakit dan butuh banyak usaha dari staf medis agar bisa menyelamatkannya.Pada saat itulah Jovan menyadari bahwa kakeknya tidak berpura-pura sakit, kesehatannya memang sudah tidak seperti dulu lagi."Kakek, istirahat yang cukup dan jangan terlalu terpancing emosi," kata Jovan sambil duduk di depan ranjang rumah sakit kakeknya.Tuan Besar Jacob melambaikan tangannya. "Aku baik-baik saja, jangan mengkhawatirkanku. Kamu sudah jadi seorang ayah, jadi harus terus menemani Al
Diego bersulang untuk Reina dan Maxime, lalu bersulang untuk seluruh anggota Keluarga Libera.Saat ini, orang-orang Keluarga Libera tidak akan berani mengatakan apa pun, bahkan Nyonya Liz sendiri.Semua orang tahu bahwa uang dan kekuasaan adalah hal yang paling penting dalam masyarakat sekarang.Para tamu memiliki pemikiran mereka sendiri, hanya Sophia yang ingin bersulang untuk para kerabat dan teman-teman Diego.Dia sangat gugup sampai dia tidak sadar bahwa semua orang di pesta ini memiliki pemikiran yang berbeda.Setelah selesai, dia dan Diego mengantar Reina dan Maxime kembali.Reina tidak tahan lagi dan mengatakan, "Antar sampai sini saja. Kamu masih harus mengantar tamu-tamu pebisnismu selagi ada waktu."Sophia merasa aneh, para pebisnis?Bukankah Diego mengatakan kalau mereka semua temannya?Diego terlihat canggung dan mengedipkan mata ke arah Reina, bermaksud memberitahunya untuk tidak berbicara terlalu banyak, takut Sophia akan tahu.Namun, Reina justru melakukannya dengan sen
Nyonya Liz mencoba membuat Reina marah, kemudian membuat tamu yang hadir berpikir bahwa Reina tidak bisa bersikap dewasa karena membuat masalah dengan orang tua.Reina tersenyum lembut. "Bagaimanapun juga, ini masalah hidup dan mati, jadi tentu saja aku harus mengingatnya.""Selain itu, pada saat itu Nona Tia masih muda, tetapi Nyonya Liz dan kedua putranya sudah dewasa. Harusnya kalian tahu mana yang benar dan mana yang salah, bukan?""Tapi saat itu, alih-alih mendidik Nona Tia, kalian malah bilang aku pantas diperlakukan seperti itu. Kalian juga membuatku berdiri di tengah salju yang dan membeku sepanjang malam. Saat itu terjadi, aku baru berusia sepuluh tahun." Reina mengucapkan kata-kata ini dengan kesedihan di dasar matanya.Mendengar ini, mereka yang hadir langsung mengerti mengapa Reina tidak mau mengakui kedua putra dari Keluarga Libera."Mereka melakukan itu sama anak berusia sepuluh tahun! Nggak manusiawi sekali!""Wah, Keluarga Libera bisa sukses juga karena mengandalkan Kel
Ketika Reina hanyalah putri yang tidak menonjol di Keluarga Andara, kedua om-nya ini bukan hanya memperlakukannya dengan buruk, tetapi juga membiarkan putri mereka menggertaknya.Sekarang, dia telah menjadi pewaris Keluarga Yinandar, kaya dan berkuasa, mereka malah menyanjungnya. Lucu sekali.Reina tidak akan melakukan apa yang mereka inginkan dan tidak segan dengan mereka."Om? Apa kalian nggak salah? Ibuku nggak punya saudara kandung."Satu kalimat ini membuat wajah kedua anak laki-laki Keluarga Libera memerah dan terlihat sedikit kikuk.Mereka yang awalnya mengira bahwa keduanya adalah om Reina pun kelu."Ternyata rumit juga hubungan keluarga mereka. Pantas saja, aku nggak pernah dengar kalau Keluarga Yinandar punya dua anak laki-laki, karena mereka hanya punya satu anak laki-laki.""Keluarga Yinandar memang hanya punya satu anak laki-laki, tapi itu hanya anak angkat. Aku nggak tahu kesalahan apa yang dia lakukan sampai dipenjara di usia muda.""Kalau begitu, dua orang dari Keluarga
Diego membawa Sophia mendekati Reina dan Maxime, melewati Tia dan Nyonya Liz tanpa menyapa mereka berdua.Nyonya Liz mengerutkan kening tidak senang. Namun, Diego adalah cucu kesayangannya, jadi dia tidak bisa marah kepadanya.Reina mengangguk pada Diego."Hmm."Diego berkata, "Ayo, aku akan membawa kalian masuk.""Nggak perlu. Kamu dan Sophia bisa bawa nenekmu masuk. Aku dan Maxime bisa sendiri," kata Reina.Mana mungkin Reina tidak memahami apa yang ada di dalam pikiran Diego?Dia ingin membawanya dan Maxime masuk hanya ingin menunjukkan wajahnya kepada para pengusaha kaya itu.Diego sedikit canggung saat mendengar ini. Sekarang, dia baru menyadari keberadaan neneknya dan Tia."Kak, Nenek, kalian juga sudah datang? Ayo masuk," katanya.Nyonya Liz mengangguk. "Ya, ayo masuk."Mereka berjalan bersama ke dalam hotel.Diego dengan penuh perhatian berdiri di samping Reina dan Maxime, sementara Sophia menemani Nyonya Liz dan Tia."Kak, aku senang kalian bisa datang hari ini." Diego berkata
Lusa pun tiba.Reina dan Maxime menghadiri pernikahan Diego seperti yang telah dijanjikan.Reina mengira tidak banyak orang di dalam hotel, tetapi ketika sampai di pintu masuk, dia melihat beberapa pengusaha kaya juga datang.Reina bertanya-tanya, "Kenapa tamunya banyak sekali? Apa ada orang lain yang juga lagi melangsungkan pernikahan?"Begitu dia dan Maxime turun dari mobil, manajer hotel langsung menyambut mereka."Nyonya Reina, Tuan Maxime, kalian benar-benar datang?""Apa maksudnya?" tanya Reina sambil mengerutkan kening."Oh, Tuan Diego bilang akan menikah, Nyonya dan Tuan Maxime akan datang. Jadi, saya datang untuk menyambut kedatangan kalian." Manajer mengulurkan tangannya. "Kalian bisa lihat-lihat, kalau ada yang kurang, kalian bisa memberitahu saya."Mendengar manajer mengatakan ini, apa yang tidak bisa dimengerti oleh Reina?Rasanya seperti Diego memanfaatkannya dan Maxime sebagai alat untuk berteman dengan orang kaya dan terkenal."Sekarang aku tahu kenapa dia juga memintam
"Apa orang tua Hanna tahu tentang hal ini?" Maxime bertanya lagi."Pasti nggak tahu," jawab Reina.Mendengar itu, Maxime terdiam selama beberapa saat, lalu melanjutkan, "Jangan ikut campur sama masalah ini."Dia tahu bahwa orang tua Hanna mendesak Hanna untuk segera menikah. Namun mereka tidak akan menerima anak yatim piatu sebagai menantu mereka."Ya, aku mengerti."Reina dan Hanna hanyalah teman biasa, jadi Reina juga tidak akan ikut campur.Dia tidak bisa tidur lagi, jadi memutuskan untuk bangun.Maxime memeluknya dan tidak mau melepaskannya. "Tidurlah sebentar lagi.""Nggak bisa tidur." Reina menepis tangannya tanpa daya. "Aku mau bangun, aku mau kerja."Dia hanya ingin fokus untuk mengurus Grup Yinandar.Maxime terpaksa melepaskan tangannya karena takut Reina akan marah.Reina segera bangkit dari tempat tidur, tidak berani berada di dalam kamar tidur lebih lama lagi.Kenapa sebelum ini dia tidak sadar kalau Maxime memiliki kebiasaan bermalas-malasan di tempat tidur?...Sebelum Re