Share

Bab 703

Penulis: Kacang Merah
Reina pun tidak menolak dan memutuskan untuk tinggal di rumah Revin untuk merawatnya.

Sore harinya, dokter pribadi datang memeriksa kondisi Revin sekaligus mengganti perban.

Reina duduk di samping sambil menelepon Riki. Begitu panggilan video itu tersambung, muncullah wajah putih imut Riki, "Ma, kok tumben telepon? Kenapa?"

Karena ada Joanna, Riki tidak bertanya apa Reina sudah ketemu Revin atau belum.

"Oh nggak apa-apa, Mama cuma mau cek kondisimu ... " di rumah ....

Sebelum Reina selesai bicara, tiba-tiba dia mendengar suara familier dari ujung telepon, "Riki sayang, kamu lagi nelpon siapa?"

Riki hendak mematikan teleponnya saat Joanna ternyata sudah datang menghampiri dan melihat Reina di layar ponselnya.

Di depan cucunya, Joanna tidak berani menyalahkan Reina yang sudah meninggalkan Riki sendirian. Dia pun berkata dengan ramah.

"Oh Nana, kamu ke mana Na? Kok jam segini belum pulang?"

Reina yang tidak mau cari masalah pun berbohong, "Ah, perusahaan pribadiku ada masalah, jadi aku ke
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 704

    "Oke, aku berangkat sekarang." Revin pun menutup telepon.Maxime hampir membunuhnya. Orang sebaik apa pun tidak mungkin akan tinggal diam.Sekarang karena Maxime sendiri yang datang menyerahkan diri, Revin tentu tidak akan melepaskannya.Saat duduk di dalam mobil, Revin bahkan bertanya-tanya apa Reina akan mempertimbangkan untuk bersamanya kalau Maxime meninggal.Begitu ide itu terbersit di benaknya, Maxime langsung menggeleng kuat-kuat.Maxime adalah ayah dari anak-anak Reina. Kalau pria itu sampai meninggal di tangannya, bisa jadi Reina tidak akan memaafkan Revin selamanya.Kali ini Revin hanya ingin balas dendam, dia tidak menginginkan nyawa Maxime.Erik masih terus bicara dengannya di telepon, "Kak, pengawal Maxime itu lumayan hebat. Tapi, aku sudah punya cara menyuruhnya keluar.""Apa caranya?"Rahasia."Erik menutup telepon.Dia tidak memberi tahu Revin kalau dia sudah meretas ponsel Reina sehingga dia bisa memakai nomor Reina untuk mengirim pesan ke ponsel Maxime. Dalam pesan it

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 705

    Teleponnya tidak tersambung.Revin tidak meneleponnya lagi. Tadi lukanya memang terbuka lagi dan sekarang dokter sedang menjahit lukanya.Setelah selesai, Revin pun keluar.Reina menunggunya dengan berdiri dan bersandar di dinding koridor rumah sakit.Melihat Reina seperti ini, Revin tiba-tiba menjadi sangat ketakutan. Dia takut Reina akan marah dan menyalahkannya."Nana, aku mau bilang sesuatu."Reina menatapnya dengan bingung, "Ada apa?""Tadi aku ... pergi ketemu Maxime." Jeda sejenak, lalu Revin melanjutkan, "Aku balas dendam."Tiba-tiba hati Reina bergetar.Meski dia tidak lagi mencintai Maxime seperti dulu, bagaimanapun juga Maxime adalah ayah dari anak-anaknya."Dia ada di sini?" Reina bertanya lebih dulu."Ya."Kalau Maxime tidak datang ke sini, Revin tidak mungkin sukses balas dendam."Lalu, di mana dia sekarang?"Reina tidak bisa menjelaskan perasaannya, yang satu adalah teman yang sudah menyelamatkan hidupnya dan yang seorang lain adalah ayah dari anak-anaknya. Reina harus b

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 706

    Begitu ditelepon, Reina langsung mengangkatnya.Maxime tidak buka mulut duluan, Reina juga diam saja.Maxime menyuruh semua orang di kamarnya keluar, setelah itu dia berkata, "Kok nggak ngomong?"Reina benar-benar lega saat mendengar suara dingin Maxime."Sekarang kamu ada di mana?""Kamu lagi sama Revin?"Wajar kalau Maxime curiga, dia bisa terluka seperti ini karena dia terlalu ceroboh."Dia pergi keluar, sekarang aku ada di kamar sendirian." Reina paham, Maxime mengikutinya ke Astania karena pria itu tidak bisa memercayainya. Reina tidak terus menginterogasinya dan hanya bertanya, "Kamu ngapain di Astania?""Kerja."Tentu saja Maxime tidak akan mengaku dia datang ke sini karena mengkhawatirkan Reina.Meski tidak memercayai alasan ini, Reina tidak membongkar kedok Maxime."Terus kapan kerjaanmu selesai? Cepat pulang aja."Reina tahu ada banyak orang yang menginginkan nyawa Maxime, bukan cuma Revin.Dulu di awal pernikahan mereka, Maxime beberapa kali hampir meninggal di luar negeri.

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 707

    Reina terdiam cukup lama, lalu menjawab, "Dalam hal ini, kamu salah. Kamu duluan menyerang dia."Amarah Maxime hampir meledak.Anjing saja tahu harus membela tuannya. Reina ini istrinya, tapi dia malah membela orang lain.Maxime pun tidak bicara lagi. Saat ini Ekki yang berada di luar agak panik. Orang Revin memaksa masuk, kalau sampai masuk, situasinya jadi agak sulit dikendalikan.Karena Maxime diam saja, Reina pikir Maxime mematikan telepon karena marah. Reina menatap ponselnya dan mendapati panggilan masih terhubung."Maxime?""Belum mati.""...""Boleh lepasin Erik nggak?" Reina bertanya dengan cemas.Maxime tidak marah dan malah balik bertanya, "Kenapa? Kamu nggak dengar tadi dia bilang apa? Kalau ada kesempatan lain, dia bakal membunuhku?""Kayaknya kamu mau banget aku mati? Kamu mau cari pria lain setelah aku mati?"Reina terlalu malas meladeni omong kosong Maxime dan menjelaskan, "Sekarang itu posisinya Erik lagi kamu tangkap, dia aja nggak yakin bisa selamat atau nggak. Udah

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 708

    Para bawahan memapah Erik masuk.Erik menutupi perutnya dan berkata, "Aku nggak nyangka pria itu sekuat itu. Jumlah kita begitu banyak, dia aja buta, tapi kita tetap nggak bisa ngalahin dia.""Ekki itu ternyata juga sangat kuat. Dia benar-benar menipuku."Melihat kondisi Ekki yang seperti ini, Revin pun spontan menegurnya, "Sudah, jangan banyak bicara."Kalau bukan karena Reina, Maxime tidak mungkin mengampuni nyawa Erik.Erik tetap mengoceh dan hendak melanjutkan pembicaraan saat dia melihat Reina duduk di sofa, sepasang mata jernih tertuju padanya.Dalam perjalanan pulang, Erik mengetahui dari Revin kalau Reina meminta Maxime untuk melepaskannya.Erik tidak mengubah ekspresi wajahnya. Namun, saat menatap Reina, tatapan matanya yang awalnya begitu dingin terlihat agak lembut, namun cuma sedikit saja.Revin juga melihat Reina, dia pun bertanya, "Kok kamu nggak tidur?""Nggak bisa tidur."Reina berdiri.Para bawahan mendudukkan Erik di sofa. Tubuh Erik berlumuran darah, bahkan bernapas

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 709

    Saat Reina bangun, cuaca di luar sangat cerah.Reina melirik layar ponselnya dan mendapati sekarang sudah jam 12 siang.Saat hendak bangun, Maxime mengiriminya pesan, "Kapan kamu pulang?"Reina yang belum yakin pun tidak membalasnya.Begitu Reina keluar kamar, seorang pelayan langsung menghampirinya, "Nona, perlengkapan mandimu sudah kami siapkan. Silakan, ikut saya."Karena mereka tidak yakin dengan identitas Reina, para pelayan pun hanya bisa memanggilnya Nona.Reina mengangguk, "Terima kasih."Setelah mandi, pelayan membawanya ke ruang makan.Di dalam ruang makan.Revin duduk di salah satu kursi dan Erik duduk di seberangnya.Erik sudah terlihat jauh lebih baik. Dia sudah ganti baju dan wajahnya sudah mulai merona. Saat ini dia sedang asyik makan seperti orang normal.Revin sendiri tidak makan, dia sedang duduk sambil membaca sebuah dokumen.Saat mendengar suara langkah kaki Reina mendekat, Revin langsung menyimpan dokumen itu dan menatapnya, "Ayo sini, makan.""Oke."Reina berjalan

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 710

    Revin tercekat, dia paham maksud Reina.Reina berujar dengan nada bersalah, "Riko dan Riki ada di sana sendirian, aku nggak bisa di sini lama-lama."Ekspresi Revin tidak berubah, namun sinar matanya terlihat sayu."Kamu mau pulang kapan?""Lusa."Revin sebenarnya tidak perlu dirawat Reina karena kedatangan Reina setara dengan kunjungan teman biasa.Mendengar Reina akan kembali lusa, Revin pun tidak berkomentar dan hanya mengangguk pelan."Kamu sudah kenyang?""Ya.""Kalau begitu, ayo jalan-jalan?""Oke."Keduanya pergi jalan-jalan bersama.Dulu, Revin sering datang menemui Reina, berjalan-jalan dan ngobrol bersama.Sekarang mereka seperti kembali ke masa lalu. Berjalan bersama Revin di jalan Astania, mengobrol tentang masa lalu, membuat Reina tanpa sengaja lupa membalas pesan Maxime.Saat ini, di Hotel Revontal, Maxime terus memegang ponselnya dan menunggu pesan balasan Reina.Ekki mengetuk pintu dan masuk, "Bos.""Ada apa?""Nyonya dan Revin sedang jalan-jalan di pusat kota." Ekki jug

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 711

    Perusahaan Reina saat ini sudah mulai terbentuk dengan lebih dari 500 karyawan.Namun kecuali Sisil, tidak ada karyawan lain yang tahu sosok bos mereka adalah Reina.Jadi ketika Reina dan Revin muncul di lobi kantor, resepsionis juga tidak mengenalinya."Anda mencari Bu Sisil?""Ya." Reina tersenyum dan mengangguk.Biasanya resepsionis tidak akan sembarangan menelepon sekretaris CEO, tetapi melihat wanita cantik nan anggun beserta pria tampan dan berwibawa di hadapannya ini membuat si resepsionis terkesima.Dia langsung menghubungi sekretaris CEO.Sekretaris Sisil pun melapor, "Bu Sisil, ada tamu."Sisil berhenti mengetik."Bilang aku nggak ada waktu."Begitu Sisil menjawab, dia menerima pesan dari Reina, "Sisil, aku ada di lobi."Begitu Sisil membaca pesan itu, dia langsung berdiri dan menghentikan sekretarisnya."Tunggu, biar aku yang jemput mereka."Sekretarisnya agak bingung. Sisil kenapa? Baru sedetik yang lalu dia bersikap acuh tak acuh, kenapa tiba-tiba berubah 180 derajat?Begi

Bab terbaru

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2222

    Maxime menginstruksikan pengawalnya, "Jangan biarkan dia tidur malam ini. Tentu saja, kalian harus bersikap lembut padanya, jangan lupa panggil dokter buat periksa keadaannya. Aku nggak mau dia sampai mati."Maxime mengatakan bahwa dia akan membuat hidup Morgan lebih buruk daripada kematian, dia akan memastikan bahwa Morgan tetap hidup.Kematian akan terlalu murah untuk Morgan. Selain itu, dia kembaran Maxime sendiri, jadi dia tidak akan membiarkan Morgan mati begitu saja....Keesokan harinya, Reina terbangun oleh dering telepon.Dia tidak membuka matanya, mengusap-usap telepon dengan lelah.Maxime mengulurkan tangannya yang panjang dan mengambilnya terlebih dahulu sambil berkata, "Ini ponselku, Ibu telepon.""Oh."Maxime mengangkat telepon dan mendengar suara cemas Joanna di sisi lain telepon, "Max, adikmu hilang. Kenapa aku nggak bisa menemukannya?"Suara ini tidak pelan dan Reina bisa mendengar apa yang dikatakan Joanna. Dia langsung menatap Maxime.Dia tahu ini pasti ulah Maxime.

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2221

    "Ayo pulang." Reina berdiri.Maxime meraih tangan Reina. "Aku mau lihat lukamu."Reina membeku.Berpikir bahwa Maxime sudah tahu, dia tidak mengelak dan memperlihatkan luka di lehernya.Karena dibungkus kain kasa, Maxime tidak melihat bagian dalamnya."Aku nggak apa-apa," kata Reina."Ayo ke rumah sakit." Maxime sedikit khawatir dan dia tidak berani membuka kain kasa Reina dengan asal.Reina tidak ingin pergi, tetapi sikap Maxime begitu memaksa, jadi dia tetap mengikutinya ke rumah sakit.Di dalam rumah sakit, dokter membuka kain kasa Reina, memperlihatkan luka sepanjang jari di sana.Lukanya sangat dalam, seharusnya itu bukan luka ringan.Mata Maxime sedikit menyipit. "Dalam sekali lukanya. Kenapa menyembunyikannya dariku?""Ini sudah nggak apa-apa kok," jawab Reina.Jemari Maxime sedikit gemetar saat menyentuh leher Reina. "Jangan menyembunyikan apa pun lagi dariku, ya?"Suaranya sedikit serak.Reina mengangguk lagi. "Ya, aku mengerti."Lagi-lagi dia menjawab dengan ekspresi tidak pe

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2220

    Maxime keras kepala, membuat Reina sedikit tidak berdaya. "Nggak perlu, sungguh. Kalau kamu di sini, gimana aku bisa kerja?""Bagaimana kalau aku kerja sama kamu?" Maxime menambahkan.Reina tidak tahu harus berkata apa lagi saat Maxime begitu serius, tidak terlihat seperti berbohong."Kalau begitu kamu bisa tetap di sini hari ini." Pada akhirnya, Reina terpaksa harus berkompromi.Maxime menyuruh seseorang untuk membawa dokumen-dokumen yang harus dikerjakan.Asisten Reina sedikit ragu. Bagaimanapun juga, Maxime adalah orang luar.Reina berkata kepadanya, "Nggak apa-apa, suamiku nggak sejahat itu sampai ingin mengambil alih properti keluargaku."Perusahaan Maxime sendiri tidak kalah dengan perusahaannya.Keduanya juga punya empat anak laki-laki. Ketika mereka meninggal kelak, bukankah harta mereka akan menjadi milik anak-anak mereka?Keempat anak itu adalah putra Maxime, jadi dia tidak perlu sampai berbuat seperti itu.Selain itu, Maxime orang yang sangat berprinsip, mana mungkin dia men

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2219

    Entah sudah berapa lama, Maxime meminta sopir mengemudikan mobilnya ke Grup Yinandar.Jika benar seperti yang dikatakan Morgan, bahwa hal seperti itu menimpa Reina, apa yang harus dia lakukan agar bisa menghiburnya?Tidak lama kemudian, mobil tiba di lantai bawah Grup Yinandar.Maxime keluar dari mobil dan berjalan menuju bagian dalam perusahaan.Orang-orang di Grup Yinandar tentu saja mengenal Maxime. Ketika melihatnya, mereka langsung mengantarnya ke kantor Reina.Kantor presdir.Reina sedang bekerja ketika asistennya mengetuk pintu. "Bu Reina, Pak Maxime datang."Dia mengangkat kepalanya dan melihat ke arah pintu.Maxime mengenakan setelan jas dan memiliki bentuk tubuh yang tegap. Namun, saat ini wajahnya terlihat sedikit lelah."Kenapa kamu ke sini?" Reina agak terkejut, di jam-jam seperti ini, bukankah seharusnya dia berada di tempat kerja?Setelah asisten pergi dan menutup pintu, Maxime berjalan lurus ke arah Reina."Nana." Matanya dalam, ada emosi kompleks yang tersembunyi di da

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2218

    Maxime menopang dagunya dengan satu tangan dan menatapnya dengan tatapan dingin. "Reina nggak bilang apa-apa, karena itulah aku bawa kamu ke sini. Katakan, apa yang kamu lakukan padanya kemarin malam?"Ekspresi Morgan langsung berubah ketika mendengar ini."Aku tahu kalau Nana bukan orang yang suka menyebarkan berita."Dia menarik napas dalam-dalam. "Apa aku boleh bicara sambil duduk?"Maxime menoleh ke pengawalnya, yang dengan cepat memindahkan kursi untuk Morgan.Morgan duduk dengan pandangan tajam."Tadi malam aku sama Nana melakukan sesuatu yang seharusnya terjadi sejak dulu."Sesuatu yang seharusnya terjadi sejak dulu?Maxime mengerutkan kening. "Terus terang saja, apa yang terjadi sebenarnya."Dia tidak suka dengan pernyataan bodoh itu."Hal-hal yang berhubungan dengan suami istri!" kata Morgan.Detik berikutnya, Maxime bangkit dan menendang tepat di jantungnya."Braak!" Dengan gebrakan keras, Morgan jatuh tersungkur ke lantai. Tangannya menutupi dadanya, napasnya terengah-engah.

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2217

    Detik berikutnya, Reina membuka matanya dan bertemu dengan tatapan Maxime yang penuh perhatian.Dia buru-buru meraih tangan Maxime. "Kenapa belum tidur?""Nggak bisa tidur, jadi nggak tidur lagi," jawab Maxime."Ya, tutup matamu dan tidur lagi. Besok kamu masih harus kerja," kata Reina.Maxime mengangguk, tetapi tidak melepaskan pelukannya.Dia bertanya dengan ragu-ragu, "Sepertinya kamu belum nyenyak sejak kembali dari tempat Sisil. Apa terjadi sesuatu di sana?"Reina membeku, tetapi kembali tenang dengan cepat."Memangnya apa yang bisa terjadi? Aku cuma nggak bisa tidur kalau bukan di kamar sendiri, jadi kurang tidur."Melihat Reina terus berbohong dan tidak mau mengatakannya, Maxime memutuskan untuk tidak melanjutkan masalah ini.Besok dia akan menemui Morgan dan menanyakan langsung kepada Morgan apa yang terjadi.Keesokan harinya.Reina terbangun dari tidurnya dengan perasaan yang jauh lebih baik dan sudah tidak terlalu mengantuk lagi.Mungkin karena dipeluk oleh Maxime, jadi dia t

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2216

    Mungkin terlalu mengantuk, Reina langsung tertidur setelah berbaring.Dia tidak tahu bahwa Maxime masih belum tertidur.Maxime perlahan membuka matanya setelah mendengar suara napas teratur Reina.Cahaya di dalam kamar membuatnya bisa melihat garis-garis wajah Reina. Maxime menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu, tatapannya tertuju pada lehernya.Reina sudah mandi dan berganti pakaian. Dia mengenakan pakaian yang menutupi bagian lehernya.Itu bukan baju tidur ....Maxime awalnya bertanya-tanya, mungkin saja syal itu yang jadi masalah. Sekarang, dia merasa bahwa Reina mengenakan syal untuk menghalangi sesuatu di lehernya.Tangannya terulur, berusaha untuk mencari tahu.Reina tertidur pulas.Gerakan Maxime ringan, cukup lembut untuk menurunkan kerah bajunya. Dia melihat sekilas bahwa ternyata ada kain kasa yang menutupi leher Reina. Dia samar-samar bisa melihat sedikit warna merah terang keluar dari kain kasa tersebut.Reina merasa lehernya gatal, jadi dia bergerak.Maxime segera menari

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2215

    Mata Maxime menyipit saat mendengar Reina mengatakan itu.Matanya memperhatikan syal di leher Reina. "Baru?"Reina mengangguk. "Hmm.""Kamu sudah di kamar, jadi nggak dingin, lepas saja." Maxime menambahkan, sambil mengulurkan tangannya.Reina langsung bersandar mundur ke belakang. "Nggak apa. Aku masih kedinginan, jadi lebih baik pakai saja."Tangan Maxime yang terangkat membeku di udara, lalu dia menariknya kembali."Baiklah, nggak usah dilepas kalau kamu nggak mau."Kekhawatiran di hati Reina akhirnya menghilang.Dia memaksa dirinya untuk bangun walau masih mengantuk. "Aku agak lapar, ayo kita makan.""Ya."Reina berjalan melewati pandangan Maxime dan pergi menuju ruang makan di lantai bawah.Maxime hanya mengamatinya, merasa bahwa Reina menyembunyikan sesuatu darinya.Kenapa Reina tidak mengizinkannya melepas syal itu?Maxime tidak mengerti.Reina tiba di ruang makan di lantai bawah, di mana koki telah menyiapkan makanan dan membawanya ke meja makan.Dia juga memanggil anak-anak un

  • Rindu Membuat Sang Triliuner Jatuh Sakit   Bab 2214

    "Kenapa bawa aku ke sini?" tanya Reina.Maxime tidak menjawab, meraih tangannya dan berjalan ke depan.Reina dituntun olehnya ke dalam tempat bermain. Sejauh mata memandang, ada tempat permainan."Kamu?""Ngajak kamu main game," jawab Maxime.Reina sedikit terdiam. "Ekki benar, kamu cemburu."Maxime menunduk, mulutnya tertutup wajahnya begitu bangga."Aku nggak cemburu. Aku tahu kalian cuma teman biasa." Dia melanjutkan, "Bukannya barusan kamu bilang jarang main game? Kebetulan hari ini aku senggang, jadi aku bakal nemenin kamu."Saat mengatakan itu, dia menarik Reina ke depan sebuah mesin lempar koin.Sebelum Reina duduk, petugas membawa sekantong besar koin permainan dan meletakkannya di sampingnya."Nona bos, silakan main sampai puas."Reina tidak bisa berkata-kata saat melihat sekantong besar koin yang disodorkan kepadanya.Bukankah bermain game lempar koin agar bisa mendapatkan koin?Maxime memberinya begitu banyak koin, lalu dari mana tantangan jika memainkan game ini?"Katakan,

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status