Maxime sebenarnya tidak ingin melanjutkan perang dingin dengan Reina, tapi Maxime kesal karena dia sudah ditipu Reina selama ini."Kalau iya? Kamu takut?" tanya Maxime.Reina tercengang, jelas dia tidak menyangka Maxime akan menanyakan hal itu padanya.Kalau Maxime yang dulu, dia pasti akan melakukan apa yang dia ucapkan.Reina meremas telapak tangannya dan menjawab, "Kalau aku bilang takut, kamu bakal lepasin aku?"Maxime mengencangkan cengkeramannya pada lengan Reina dan tidak berkata apa-apa.Keheningan ini membuat Reina panik.Akhirnya, Maxime melepaskan Reina dan berdiri, sosoknya yang tinggi hampir menghalangi sebagian besar cahaya di depan Reina.Reina bisa agak tenang karena merasa Maxime cuma sedang mengancamnya.Jelas-jelas dia buta, tapi masih begitu sangat menyebalkan.Mata Reina memerah. Melihat Maxime hendak pergi, Reina mengambil bangku dan menaruhnya di depan Maxime.Maxime pun menabrak kursi itu dan mengernyit, "Reina!""Kamu yang mulai duluan, aku cuma mau melindungi
Setelah Melisha membalas pesan, dia langsung memblokir nomor kedua mama itu.Namun, dia lupa bahwa kedua mama itu masih tergabung dalam kelompok Komite Orangtua Murid.Pukul sepuluh malam.Ponsel Reina terus berdering, dia bingung siapa yang mengirim pesan semalam ini. Begitu Reina membuka ponselnya, ternyata pesan di grup orangtua murid membeludak.Mama Clayton berkata, "Hei kalian semua, ayo melek dan bangun! Jangan percaya dengan omongan Melisha yang bilang bahwa selama kita bisa mengusir mama Riko, dia akan memberi kita keuntungan.""Sekarang setelah ada masalah, dia malah ngatain kami bodoh dan minta kami tanggung jawab sendiri.""Padahal dari awal dia sudah janji kalau terjadi masalah, dia akan bertanggung jawab penuh."Mama Cosco juga memposting di grup, "Melisha, kamu menjijikkan! Kamu sudah membuat suamiku menjauhiku!"Reina melirik mereka yang menghujat Melisha.Mungkin Melisha sedang sibuk dan tidak melihat pesan ini, jadi dia tidak mengeluarkan mereka dari grup.Orangtua la
Reina memutuskan untuk mandi, sarapan dan mencari cara untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.Waktu turun, Reina mendapati Maxime tidak berangkat kerja dan masih duduk di ruang tamu.Reina berjalan ke bawah, "Hari ini kamu nggak kerja?""Ya."Maxime sudah mengatur sebagian besar urusan perusahaan dan tidak ada tanggungan pekerjaan.Reina hanya berpikir kerjaan Maxime tidak banyak karena perusahaan kecil.Ckck, sudah begini saja pria itu masih berani mengancamnya ....Reina pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan sederhana, tapi begitu dia melirik ke meja makan ternyata sudah penuh dengan makanan bergizi. Yah, beginilah enaknya ada koki dan pembantu, semua serba nyaman.Saat ini Reina punya nafsu makan yang besar, dia makan dua porsi sekaligus.Setelah makan, Reina berdiri sambil memegangi perutnya yang membuncit. Reina hendak cuci piring saat tiba-tiba Maxime menghampirinya."Istirahat saja sana, nanti biar pembantu yang beresin.""Nggak apa-apa, aku harus banyak gerak.""Ka
Sejak Syena bertunangan dengan Morgan, dia tidak pernah membicarakan pernikahan lagi.Ketika Morgan mendengar kakaknya mengucapkan kata 'pernikahan', tanpa sadar matanya tertuju pada Reina. Melihat ekspresi tenang Reina, Morgan berkata perlahan, "Ya, biar aku atur."Setelah itu Morgan menarik lengannya dari tangan Syena dan berkata, "Kalian pergi periksa gih, kami nggak akan ganggu."Reina baru tersadar dari lamunannya saat Morgan sudah pergi.Maxime merendahkan suaranya dan meremas tangan Reina, "Kamu sedih?"Reina menatap Maxime dengan bingung, "Maksudmu?"Baru pada saat itulah dia menyadari bahwa Maxime sudah meremas tangannya kuat-kuat."Lepasin."Maxime tidak melepaskannya dan menjawab, "Kamu marah karena malu?"Reina menunduk dan menggigit tangan Maxime.Maxime yang sudah terbiasa digigit Reina pun tidak melepaskannya. Namun, para dokter dan pasien yang berlalu-lalang menatap mereka dengan aneh.Reina merasa malu.Dia cuma bisa mengalah dan diam.Sebenarnya Reina melamun bukan ka
Meski Maxime mengingat rute ke sini dengan jelas, tapi karena tidak bisa melihat, dia tetap menabrak orang lain.Dia tidak suka meraba-raba dan tidak sudi menggunakan tongkat.Di depan rumah sakit terparkir banyak mobil sehingga butuh waktu sampai sopir bisa menjemputnya. Setelah berjuang, akhirnya Maxime menunggu sopirnya datang.Sekarang bertambah lagi satu hal yang dia akan ingat terus. Jangan membuat Reina marah, atau lebih tepatnya jangan membuat wanita hamil marah.Ini adalah pertama kalinya si sopir melihat bosnya begitu tidak berdaya. Dia tidak menyangka istri bosnya akan meninggalkan bosnya yang buta itu di pintu rumah sakit."Bos, baik-baik aja?"Dia berlari ke sisi Maxime.Maxime yang sudah menunggu dari tadi jadi tidak sabar. Melihat sopirnya sudah datang, dia pun langsung meluapkan kekesalannya."Lain kali lebih cekatan!""Maaf Bos, maaf. Cari tempat parkirnya susah."Maxime tidak menyalahkannya lagi.Sopir menghela napas lega dan menuntunnya ke tempat parkir.Siapa sangka
Setelah si sopir pergi, Reina merenungkan kembali tindakannya hari ini. Apa dia sudah keterlaluan? Bagaimanapun Maxime 'kan buta, Reina malah meninggalkannya begitu saja.Reina meletakkan selang air dan pergi ke ruang tamu. Di sana, Maxime sedang duduk sambil memejamkan mata untuk menenangkan diri.Maxime terlihat persis seperti menantu yang merajuk.Reina pun berjalan menghampiri dan hendak mengatakan sesuatu saat dia melihat berkas tentang aset Grup Andara sudah Maxime siapkan di atas meja.Reina tertegun untuk waktu yang lama.Maxime masih memejamkan matanya, lalu bicara, "Ini semua informasi yang kamu butuhkan, coba periksa ada yang kurang nggak."Reina menggigit kecil bibirnya. Dia jadi ingat ucapan sopir tadi dan merasa bersalah. Reina pun menjawab "Mm, maaf ...."Maxime pikir Reina minta maaf soal dia yang sudah kabur membawa anaknya.Tidak disangka, Reina malah melanjutkan, "Nggak seharusnya aku ninggalin kamu sendirian di depan rumah sakit. Aku akan lebih berhati-hati lain kal
Awalnya Joanna kesal dibilang kolot, tapi seketika dia menjadi sangat bersemangat."Eh? Riki tadi bilang tiga orang?"Riki mengangguk, "Ya, mama hamil anak kembar lagi."Joanna bahagia sampai ke langit ketujuh. Dulu dia sangat menginginkan cucu. Dia tidak menyangka Reina pulang dengan membawa dua cucunya yang kembar dan sekarang hamil kembar lagi.Kalau nanti Reina sudah melahirkan, artinya dia akan punya empat orang cucu.Kegembiraan Joanna tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, dia langsung berdiri dan berkata pada Reina, "Cepat duduk, kalau hamil nggak boleh berdiri lama-lama."Reina tidak pernah diperlakukan seramah ini oleh Joanna selain waktu dia diminta jadi menantu Keluarga Sunandar.Reina paham, semua ini karena bayi keturunan Keluarga Sunandar yang sedang dikandungnya.Reina berjalan mendekat dan duduk jauh dari Joanna."Besok aku akan undang ahli gizi yang dulu merawat aku," ucap Joanna."Nggak perlu, kami sudah punya koki."Reina menolak.Joanna mengernyit, "Koki dan ahli
Reina mengepalkan tangannya dan menatap Anita dengan dingin, "Apa maksudmu dengan keturunan Keluarga Sunandar? Anak ini anakku juga. Tentu aku tahu mana yang baik dan mana yang buruk.""Sebagai ibu dari anak-anakku, nggak ada yang lebih menyayangi mereka dibanding aku. Aku rela mati demi mereka, kalau kamu?""Kalau tentang wajahku, ini sama sekali nggak ada hubungannya sama kamu. Aku mau operasi plastik kek, nggak kek, semua terserah aku."Anita tercekat.Sebelum datang ke sini, dia mendengar sosok Reina adalah orang yang pengecut. Namun, dari sikapnya ini sepertinya tidak begitu.Reina berdiri dan mengulurkan tangan pada Anita, "Balikin ponselku."Anita tidak percaya ada wanita yang tidak bisa ditanganinya, jadi Anita pun mengangkat tangannya tinggi-tinggi.Reina pikir Anita akan mengembalikan ponsel itu, tapi ternyata Anita malah melepaskan ponsel Reina dan membuat layarnya pecah."Oh, maaf Nyonya. Sepertinya tanganku yang sudah tua ini licin."Reina sadar tidak ada gunanya dia marah
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba