Reina kira Maxime juga ingat tempat ini dan ingin menggunakannya untuk memaksa Reina mengaku kalau dia tidak amnesia.Faktanya bukan begitu.Telapak tangan Maxime yang besar dengan buku-buku jarinya yang jelas meremas kemudi erat-erat, lalu berujar dengan ekspresi rumit di wajahnya. "Reina, bagaimana kabar anak itu?"Dia masih ingat ketika Jovan memberinya berkas medis Reina, di laporan itu tertulis Reina hamil dua minggu.Selama ini Maxime tidak pernah bertanya karena ingin Reina berinisiatif cerita duluan.Ketika Reina mendengar kata 'anak', pupil matanya pun menyusut. Reina jadi waspada, "Anak apa?"Maxime menghentikan mobilnya dan menatap Reina. Dia merasa sangat tertekan."Aku tahu waktu itu kamu sedang hamil."Matanya yang dalam menatap Reina, seolah ingin menerawang tubuhnya.Reina takut Maxime akan menemukan Riko.Reina tetap merasa takut berhadapan dengan Maxime meski sudah membuat persiapan yang begitu matang. Dia sangat takut Maxime akan merebut Riko dan Riki.Reina memaksa
Waktu Reina datang kali ini, Ekki tidak menghentikannya.Maxime sedang berdiri di depan jendela setinggi langit-langit, merokok sambil memikirkan perkataan Reina kemarin.Dia keguguran dan anak mereka meninggal.Saat pintu kantornya diketuk, Maxime mematikan rokoknya. "Masuk."Reina membuka pintu dan melihat tubuh tinggi tegap Maxime terbalut setelan jas yang rapi dan sedang berdiri tidak jauh dari jendela, membuat sosoknya bersinar di bawah sinar matahari.Reina masih ingat pertama kali dia melihat Maxime 10 tahun yang lalu, sosoknya waktu itu mirip sekali dengan yang sekarang. Waktu itu Maxime juga sedang berdiri di bawah sinar matahari seperti ini dan langsung menarik perhatian Reina.Maxime juga terpana melihat wajah cantik Reina yang terlihat begitu percaya diri.Reina menutup pintu kantor dan berjalan menghampirinya."Pak Maxime, setelah ngobrol denganmu kemarin, akhirnya aku memeriksa masa laluku. Maaf, sepertinya aku sudah salah paham. Kita memang pernah menikah.""Aku mau menj
Maxime tidak menerima undangan itu dan menjawab dengan acuh tak acuh, "Aku sibuk."Marshanda tidak menyangka dia akan menolak begitu tegas.Begitu teringat kembali akan apa yang terjadi antara Maxime dan Reina barusan, Marshanda pun mengepalkan tinjunya kuat-kuat sampai kukunya menancap ke telapak tangannya.Marshanda menekan rasa kesalnya, lalu menoleh pada Reina di sampingnya. "Nana, kamu bisa ikut nggak?""Kebetulan setelah acara peluncuran ada reuni dengan teman-teman kuliah kita. Mungkin kamu bisa ingat sesuatu kalau bertemu mereka."Maxime juga menatap Reina.Karena Reina baru saja memberi tahu Maxime bahwa dia ingin memulihkan ingatannya, tentu Reina tidak bisa menolak ajakan ini dan mengangguk setuju, "Oke."Reina menerima undangan itu dan meninggalkan kantor Maxime.Melihat Reina akan menghadiri acara itu, Maxime pun ikut tergerak.Apalagi Marshanda terus membujuknya, Maxime pun setuju untuk pergi.Marshanda bisa membaca perubahan pada Maxime dan hal ini membuat kebenciannya p
Dibandingkan dengan semua orang yang lain, Maxime tampak jauh lebih tenang.Marshanda kembali menatap Reina, lalu melanjutkan, "Meski aku dan cinta pertamaku harus melalui banyak lika-liku dan gagal menikah, aku yakin pada akhirnya kami akan bersama."Ini adalah peringatan terselubung bagi Reina.Musik mulai dimainkan, lagu baru Marshanda "Secercah Cahaya Dunia" yang menyayat hati pun melantun.Entah kenapa, Reina merasa sedikit familiar saat mendengar aransemen musik ini. Tetapi dia tidak bisa ingat di mana dia mendengarnya."Lagunya sangat bagus, sayang sekali Marshanda merusaknya." Maxime yang berada di sampingnya berkomentar dengan nada rendah.Fokus Reina yang tadinya terpusat pada lagu Marshanda pun terkecoh oleh ucapan Maxime.Meski Marshanda debut sebagai penyanyi, suaranya memang kurang bagus.Maxime menatap Reina dan berkata, "Aku ingat, dulu kamu suka nyanyi."Kalau Maxime tidak bilang, Reina bahkan lupa.Reina memang sudah menyukai dunia musik sejak masih kecil, mungkin dia
Di depan banyak orang, Maxime tidak menyangkal dan mempermalukan Marshanda."Kak Max, nanti ikut pesta juga, 'kan?" tanya Marshanda lagi.Maxime yang masih kesal dengan kata-kata Reina barusan pun dengan sengaja menyetujui Marshanda di depan mata Reina, "Ya."Seluruh lantai hotel bintang lima sudah dipesan.Begitu Maxime tiba, dia langsung dikelilingi oleh Marshanda dan sekelompok anak orang kaya.Sedangkan Reina duduk sendirian.Tiba-tiba, seorang wanita berparas cantik menghampiri Reina."Lihat nggak? Cuma Marsha yang bisa membujuk Pak Maxime.""Yah, mau gimana lagi. Marsha 'kan cinta pertamanya."Reina mengenal orang ini, dia adalah sahabat Marshanda, Jocelyn Hartadi.Reina mengambil segelas anggur, menyesapnya dan berkata dengan acuh tak acuh, "Coba ngaca. Orang yang nggak tahu ceritanya malah bisa mengira kamu yang adalah cinta pertama Maxime."Jocelyn ingin melampiaskan amarah sahabatnya.Tidak disangka perkataan Reina malah balik membungkam mulutnya.Reina tidak ingin mendapat m
Reina menghadapi Marshanda dengan sangat tenang, "Memangnya kamu pikir dirimu sehebat apa? Coba katakan, kapan kamu pernah mengandalkan diri sendiri untuk mencapai titik seperti hari ini?""Kalau bukan karena Keluarga Andara, memangnya kamu bisa selamat?""Kalau bukan karena Maxime, memangnya kamu bisa jadi artis papan atas?"Reina mendekat ke telinga Marshanda, merendahkan suaranya dan berujar dengan nada mengejek, "Jangan pikir aku nggak tahu perbuatan kotor yang kamu lakukan di luar negeri setelah lulus.""Coba, kalau Maxime dan Keluarga Sunandar mengetahuinya, apa mereka akan tetap menerimamu?"Reina sudah membuat persiapan penuh sebelum kembali.Demi berhasil dalam misinya, dia bahkan menyelidiki tentang Marshanda.Setelah diselidiki, Marshanda yang di mata orang-orang memiliki citra sangat polos ternyata hidup kaya raya di luar negeri.Marshanda terhenyak.Dia pikir sudah menyembunyikannya dengan baik, tidak disangka ...."Ternyata kamu nggak hilang ingatan. Percaya nggak, aku ak
"Kenapa?" Alana tercengang."Aku nggak mengajukan hak cipta untuk lagu ini dan dia sudah mengaransemen ulang. Kalau dibawa ke pengadilan, bukti kita nggak cukup kuat untuk membuktikan dia sudah menjiplaknya.""Selain itu, jangan lupa dia didukung oleh Maxime. Pria itu nggak mungkin berdiam diri dan membiarkan Marshanda kalah di persidangan."Selama bertahun-tahun, Marshanda sudah melakukan banyak hal tanpa ragu dan tentu ada yang berani menggugatnya. Tapi lihat saja hasilnya, mereka semua kalah.Kenapa itu bisa terjadi? Tentu karena kuasa hukum Keluarga Sunandar ikut turun tangan dalam kasus yang menyangkut Marshanda.Lagi pula, Reina hanya bisa menggugat secara internasional, ini bukan hal yang mudah."Yah, tapi masa kita biarkan gitu aja?"Reina berjalan ke balkon, melihat pemandangan tak berujung di luar dan berujar dengan tenang, "Kita bukan membiarkannya. Kita hanya menunggu waktu untuk mengumpulkan bukti yang lebih kuat supaya kita bisa menghabisinya dalam satu pukulan."Reina bu
Jujur, Marshanda sendiri saja tidak menyangka hasilnya akan seluar biasa ini. Bayangkan saja, dia butuh waktu empat tahun menjadi penyanyi dan empat tahun lagi untuk menjadi artis papan atas. Tapi hanya dengan sebuah lagu ini dan hanya dalam waktu sehari pula, dia langsung menjadi primadona.Marshanda terlihat sangat senang saat melihat tawaran iklan merek-merek ternama yang diantar asistennya.Harus dicatat bahwa untuk mendapat tawaran dari merek internasional, artis lain harus berjuang keras setidaknya belasan tahun, bahkan ada yang sudah puluhan tahun saja masih tidak dapat tawaran.Sayang, rasa bahagianya tidak bisa berlangsung lama karena asistennya datang dengan tergesa-gesa."Kak, karyawan perusahaan Master Rei menuntut kita! Mereka bilang kita sudah menjiplak karyanya, mereka minta kita menarik balik lagu itu, minta maaf secara resmi dan bayar kompensasi."Marshanda mengerutkan kening.Dia tidak menyangka akan ketahuan secepat ini.Padahal biasanya tidak masalah kalau menjiplak
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba