Di depan banyak orang, Maxime tidak menyangkal dan mempermalukan Marshanda."Kak Max, nanti ikut pesta juga, 'kan?" tanya Marshanda lagi.Maxime yang masih kesal dengan kata-kata Reina barusan pun dengan sengaja menyetujui Marshanda di depan mata Reina, "Ya."Seluruh lantai hotel bintang lima sudah dipesan.Begitu Maxime tiba, dia langsung dikelilingi oleh Marshanda dan sekelompok anak orang kaya.Sedangkan Reina duduk sendirian.Tiba-tiba, seorang wanita berparas cantik menghampiri Reina."Lihat nggak? Cuma Marsha yang bisa membujuk Pak Maxime.""Yah, mau gimana lagi. Marsha 'kan cinta pertamanya."Reina mengenal orang ini, dia adalah sahabat Marshanda, Jocelyn Hartadi.Reina mengambil segelas anggur, menyesapnya dan berkata dengan acuh tak acuh, "Coba ngaca. Orang yang nggak tahu ceritanya malah bisa mengira kamu yang adalah cinta pertama Maxime."Jocelyn ingin melampiaskan amarah sahabatnya.Tidak disangka perkataan Reina malah balik membungkam mulutnya.Reina tidak ingin mendapat m
Reina menghadapi Marshanda dengan sangat tenang, "Memangnya kamu pikir dirimu sehebat apa? Coba katakan, kapan kamu pernah mengandalkan diri sendiri untuk mencapai titik seperti hari ini?""Kalau bukan karena Keluarga Andara, memangnya kamu bisa selamat?""Kalau bukan karena Maxime, memangnya kamu bisa jadi artis papan atas?"Reina mendekat ke telinga Marshanda, merendahkan suaranya dan berujar dengan nada mengejek, "Jangan pikir aku nggak tahu perbuatan kotor yang kamu lakukan di luar negeri setelah lulus.""Coba, kalau Maxime dan Keluarga Sunandar mengetahuinya, apa mereka akan tetap menerimamu?"Reina sudah membuat persiapan penuh sebelum kembali.Demi berhasil dalam misinya, dia bahkan menyelidiki tentang Marshanda.Setelah diselidiki, Marshanda yang di mata orang-orang memiliki citra sangat polos ternyata hidup kaya raya di luar negeri.Marshanda terhenyak.Dia pikir sudah menyembunyikannya dengan baik, tidak disangka ...."Ternyata kamu nggak hilang ingatan. Percaya nggak, aku ak
"Kenapa?" Alana tercengang."Aku nggak mengajukan hak cipta untuk lagu ini dan dia sudah mengaransemen ulang. Kalau dibawa ke pengadilan, bukti kita nggak cukup kuat untuk membuktikan dia sudah menjiplaknya.""Selain itu, jangan lupa dia didukung oleh Maxime. Pria itu nggak mungkin berdiam diri dan membiarkan Marshanda kalah di persidangan."Selama bertahun-tahun, Marshanda sudah melakukan banyak hal tanpa ragu dan tentu ada yang berani menggugatnya. Tapi lihat saja hasilnya, mereka semua kalah.Kenapa itu bisa terjadi? Tentu karena kuasa hukum Keluarga Sunandar ikut turun tangan dalam kasus yang menyangkut Marshanda.Lagi pula, Reina hanya bisa menggugat secara internasional, ini bukan hal yang mudah."Yah, tapi masa kita biarkan gitu aja?"Reina berjalan ke balkon, melihat pemandangan tak berujung di luar dan berujar dengan tenang, "Kita bukan membiarkannya. Kita hanya menunggu waktu untuk mengumpulkan bukti yang lebih kuat supaya kita bisa menghabisinya dalam satu pukulan."Reina bu
Jujur, Marshanda sendiri saja tidak menyangka hasilnya akan seluar biasa ini. Bayangkan saja, dia butuh waktu empat tahun menjadi penyanyi dan empat tahun lagi untuk menjadi artis papan atas. Tapi hanya dengan sebuah lagu ini dan hanya dalam waktu sehari pula, dia langsung menjadi primadona.Marshanda terlihat sangat senang saat melihat tawaran iklan merek-merek ternama yang diantar asistennya.Harus dicatat bahwa untuk mendapat tawaran dari merek internasional, artis lain harus berjuang keras setidaknya belasan tahun, bahkan ada yang sudah puluhan tahun saja masih tidak dapat tawaran.Sayang, rasa bahagianya tidak bisa berlangsung lama karena asistennya datang dengan tergesa-gesa."Kak, karyawan perusahaan Master Rei menuntut kita! Mereka bilang kita sudah menjiplak karyanya, mereka minta kita menarik balik lagu itu, minta maaf secara resmi dan bayar kompensasi."Marshanda mengerutkan kening.Dia tidak menyangka akan ketahuan secepat ini.Padahal biasanya tidak masalah kalau menjiplak
"Ayah dan ibuku pernah ngobrol tentang ini. Mereka bilang Tante Marsha itu pernah menyelamatkan Nenek, makanya Om Maxime mau tinggal bareng dia."Tommy berbisik, "Aku pernah lihat Om Maxime malah mendorong Tante Marsha menjauh."Padahal awalnya Riko hanya ingin mengorek informasi lebih dalam tentang Keluarga Sunandar, dia tidak menyangka malah akan mengetahui rahasia ayahnya yang bajingan.Benar tidaknya tentu masih harus diklarifikasi."Itu 'kan katamu."Tommy tidak terlalu paham maksud Riko, yang jelas dia merasa Riko masih tidak memercayainya."Akhir pekan ini adalah hari ulang tahun kakek buyutku, Tante Marsha juga akan datang. Aku juga datang dengan orang tuaku. Kalau kamu nggak percaya, kamu boleh datang dan lihat sendiri."Durian runtuh! Bisa-bisanya Riko mendapat kesempatan ini tanpa perlu usaha sedikit pun."Oke, kalau ternyata kamu benar, aku akan percaya. Janji ya kamu akan membuat aku hidup enak," ujar Riko.Yang jelas mau bagaimanapun hasilnya, Riko tidak akan hidup susah.
Reina sangat tersentuh. "Terima kasih, Alana.""Jangan sungkan gitu dong. Kemarin 'kan kamu udah gantiin aku di kencan buta, kali ini kamu bisa bantu aku lagi 'kan?" Alana paling tidak suka acara seperti ini.Dulu sebelum pergi ke luar negeri, ayahnya sering sekali mengajaknya ke berbagai jamuan makan.Alasannya adalah untuk berkenalan dengan pemuda yang lebih kaya dan berkuasa dari keluarganya. Alana sudah muak dengan hal seperti ini."Oke."Alana menyemangatinya, "Kali ini kamu harus menaklukkan Maxime si pria centil dan dingin itu ya. Kamu harus berhasil dapat kecebongnya!""Iya."Reina sudah hampir berhasil kemarin, sayang ....Oke! Besok, dia harus membuat rencana yang matang.Tiba-tiba Reina bertanya pada Alana, "Menurutmu, Marshanda juga akan datang nggak?""Ya pasti dong. Mana mungkin dia melewatkan kesempatan bagus seperti ini? Dia pasti akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menjilat Keluarga Sunandar dan mendapatkan akses untuk masuk ke Keluarga Sunandar," jawab Alana dengan
Riko tidak lagi mengagumi kemegahan rumah itu dan terlihat cuek."Oh."Tommy pikir Riko lagi-lagi tidak percaya, jadi dia berkata, "Yuk sekarang kita pergi ke aula tempat para tamu. Tunggu aja, aku pasti akan membuktikannya padamu.""Oke, yuk."Saat ini aula tempat acara masih disiapkan.Sebagai menantu, Joanna tentu hadir dan mengawasi semua persiapan."Kalian semua kerja yang teliti ya, jangan sampai ada salah." Joanna berpesan sambil memangkas beberapa bunga pada rangkaian bunga, lalu berujar pada kepala pelayan, "Oh ya, jangan lupa kasih tahu aku kalau lihat ada wanita yang lumayan."Sudah lima tahun berlalu, Marshanda masih belum hamil anak Max.Joanna pun bertekad membuat rencana lain."Baik."Kepala pelayan memberi hormat, lalu pergi.Sesampainya di pintu, dia melihat dua anak kecil."Tuan Tommy."Kepala pelayan itu menyapa Tommy.Tommy mengibaskan tangannya.Kepala pelayan pun pergi.Joanna tidak punya kesan baik terhadap cucu keponakan yang satu ini. Setiap kali bertemu, dia p
Riko pura-pura bersikap waspada, "Nek, kata Bu Guru kita nggak boleh tanya-tanya tentang situasi keluarga orang lain, nggak sopan."Joanna tercekat dan menyadari memang barusan dia bertanya terlalu dalam.Namun, Joanna juga senang mendapati kepintaran anak ini. Lihat saja meski masih begitu kecil, dia sudah tahu untuk waspada terhadap orang asing."Maaf, Nenek yang salah."Dia mengangkat tangannya dan hendak mengelus kepala Riko.Tapi Riko menghindar.Tangan Joanna menggantung di udara kosong.Tommy tidak menyangka nenek yang selama ini mengabaikannya akan sangat menyukai Riko. Tommy pun merasa kesal."Nek, kami pergi dulu ya. Aku mau ajak Riko jalan-jalan."Joanna juga tidak melarang dan berpesan, "Oke, kalian main aja sana. Kalau butuh sesuatu bilang aja ya."Joanna tidak mau menyerah.Setelah kedua anak kecil itu pergi, Joanna memanggil sekretarisnya."Periksa identitas anak itu, terutama orang tuanya.""Ya."Anak ini sangat mirip dengan Max ketika dia masih kecil.Kalau Maxime puny
Setelah kematian Liane, kakek dan nenek tidak menunjukkan kesedihan mereka. Namun, Reina bisa melihat bahwa mereka berdua sangat sedih.Reina takut kedua orang tua itu akan kesepian, jadi setiap hari dia akan membagikan apa saja yang ada di keluarga mereka dengan keduanya. Dia juga akan menunjukkan foto dan video anak-anak kepada mereka.Keduanya juga sering melakukan panggilan video untuk mengecek keadaan anak-anak dan Reina.Hidup sepertinya kembali berjalan normal."Nana, apa kalian akan pulang Tahun Baru nanti?" Nenek bertanya dengan hati-hati.Dia mengerti bahwa Reina telah menikah dan menjadi bagian dari Keluarga Sunandar, jadi tentu saja segala sesuatunya harus dilakukan dengan memikirkan Keluarga Sunandar terlebih dahulu.Reina langsung mengetikkan jawaban, "Aku sama Max sudah memutuskan akan mengunjungi kalian setelah Tahun Baru.""Syukurlah. Datanglah lebih awal, aku dan kakekmu akan menyiapkan makanan enak." Kata-kata nenek penuh dengan kegembiraan.Reina juga turut bahagia.
Sembelit?Riko sangat terkejut, sejak kapan dia mengalami sembelit?Maxime terbatuk pelan, menatapnya penuh makna. Melihat itu, Riko langsung mengerti apa yang sedang terjadi.Dia terpaksa harus menerima alasan sembelit ini."Hmm, mungkin karena aku kurang minum air putih akhir-akhir ini."Mendengar ini, Reina merasa prihatin sekaligus khawatir, lalu memeluk Riko."Riko, Mama akan membawamu ke dokter. Kamu masih kecil, kenapa bisa sembelit?"Mendengar bahwa Riko benar-benar mengalami sembelit, hati Reina hancur.Hanya mereka yang pernah melahirkan seorang anak dan menjadi seorang ibu yang akan mengerti bahwa rasa sakit fisik sekecil apa pun pada seorang anak akan terlalu berat untuk ditanggung oleh seorang ibu.Wajah Riko terasa panas seperti api ketika Reina tiba-tiba memeluknya.Dia tidak menyangka akan dipeluk dan dibujuk oleh mamanya ketika dia mengaku sedang sembelit.Sudah lama dia tidak dipeluk Mama seperti itu."Mama, nggak perlu. Aku hanya perlu minum lebih banyak air dan aku
Pengawal mengikuti Riko dan Maxime dengan membawa tas besar berisi pakaian pria.Maxime menatap pria mungil yang bahkan tidak setinggi kakinya, lalu bertanya, "Apa yang kamu lakukan di toko pakaian pria?"Riko yang mendengar itu pun berbohong tanpa menunjukkan celah, "Oh, Tante Alana memintaku mampir dan membelikan pakaian untuk Om Jovan."Dia mempertimbangkan bahwa Maxime dan Alana tidak akrab. Alana adalah sahabat mamanya, jadi mereka berdua tidak akan berhubungan secara pribadi.Jadi, Maxime tidak mungkin meminta konfirmasi kebenaran dari perkataannya kepada Alana.Benar saja, setelah Maxime mendengar pertanyaan ini, dia tidak terus bertanya dan hanya mengatakan, "Tante Alana sepercaya itu kepadamu."Maxime mengatakan ini dan ada sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya.Alana membelikan baju untuk Jovan, kenapa Nana tidak memiliki pemikiran membelikan baju untuknya?Suasana hatinya sedang tidak enak.Riko bisa melihat itu. Dia mengulurkan tangan dan menggandeng tangan Maxime."Pa,
Melihat bahwa Riko berniat untuk membela manajer toko ini, Maxime juga tidak memperkeruh situasi ini lagi."Aku harap hal seperti ini nggak akan terjadi lagi," kata Maxime.Manajer toko mengangguk berulang kali. "Baik, baik."Dalam hati, dia akhirnya bisa bernapas lega.Hidup dan matinya benar-benar ada di tangan orang lain. Dia melirik Riko dan Cikita dengan penuh rasa syukur.Jika bukan karena Cikita yang melindungi Riko, situasi hari ini pasti tidak akan berakhir dengan baik.Melihat hal ini, Cikita berkata pada Riko, "Terima kasih."Riko tersenyum sopan kepadanya."Kak Cikita, akulah yang harus berterima kasih padamu."Setelah mengatakan itu, dia mengeluarkan sebuah kartu dari dalam saku kecilnya dan menyerahkannya kepada Cikita. "Aku akan mengambil semua pakaian yang kamu bawakan untukku tadi."Dengan satu kalimat itu, para pegawai dan manajer toko pun tercengang.Harus diketahui bahwa set pakaian yang baru saja diambil Cikita, yang paling murah harganya dua ratus juta. Namun, ana
Bagian bawah mata Tommy menunjukkan ketakutan dan dia mengangguk berulang kali."Aku mengerti."Setelah itu, Maxime baru melepaskannya.Faktanya, jika Tommy bisa dididik dengan baik, dia tidak akan senakal ini.Dulu, ketika Tuan Besar Latief mengasuhnya, dia menjadi sombong karena terlalu dimanja. Kemudian, Melisha membesarkannya, membuatnya tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, bahkan menjadi lebih sombong dan mendominasi.Telapak tangan Melisha berkeringat, takut Maxime benar-benar akan menyakiti putranya. Dia segera berjalan mendekat dan menggendong Tommy."Max, dia masih kecil, jangan menakut-nakutinya."Kesombongan yang dia tunjukkan barusan sudah tidak terlihat lagi.Manajer toko juga mengenali Maxime. Dia tidak percaya bahwa anak kecil di depannya ternyata putra Maxime!Hatinya langsung menjadi dingin.Konsekuensi dari menyinggung Melisha adalah dia tidak bisa membuka toko. Namun, jika dia menyinggung Maxime, dia tidak akan bisa berkeliaran di Kota Simaliki
Maxime tidak menjawab dan langsung berjalan ke arah Riko.Pada saat ini, Tommy telah melepaskan topeng dari wajah Riko. Ketika melihat orang di depannya, tangan Tommy gemetar dan topeng Raja Kera di tangannya pun jatuh ke lantai.Dia langsung teringat ketika Riko meninjunya. Seketika, wajahnya langsung berubah pucat."Riko, kenapa ... kamu?" Dia bertanya dengan suara gemetar.Riko menatapnya dengan tatapan dingin, lalu berkata dengan tegas, "Ambil topengnya."Mana mungkin Tommy tidak menuruti perintah Riko. Dia segera mengambil topeng yang dia jatuhkan ke lantai.Melisha yang berada tidak jauh dari situ pun melihat kejadian ini. Dia tidak percaya bahwa anak ini ternyata Riko Andara!Bagaimana mungkin? Dia tidak merasa bahwa suara anak itu barusan adalah suara Riko.Selain itu, kenapa putranya begitu patuh pada Riko?Dia melihat Tommy dengan patuh mengambil topeng yang ada di lantai, seperti bawahan Riko.Rendy, suaminya adalah seorang pengecut. Sekarang, dia menyadari bahwa putranya ju
Setelah memeriksa ke dalam toilet, pengawal langsung merasa darah di sekujur tubuhnya membeku. Dia memberi tahu Maxime dengan gemetar, "Tuan Maxime, gawat. Tuan Muda menghilang.""Apa?"Maxime mengerutkan kening, tetapi tetap tenang."Pergilah dan periksa pengawasan di seluruh mal. Minta pihak mal menutup semua pintu masuk dan keluar." Dia dengan cepat membuat keputusan."Baik."Pengawal itu segera melakukan apa yang dikatakan Maxime.Maxime menutup telepon dan Reina langsung bertanya, "Bagaimana? Kenapa Riko belum kembali?""Nggak apa-apa, dia masih di toilet, mungkin sembelit." Maxime takut Reina khawatir, jadi dia terpaksa harus berbohong.Hati Reina masih terasa sesak karena suatu alasan.Namun, dia juga bingung, "Dia masih kecil, mana mungkin sembelit? Setelah pulang nanti kita ke rumah sakit saja."Maxime menganggukkan kepalanya sambil mengiakan pelan.Riki duduk di sampingnya dan berbicara dengan bingung, "Kenapa aku nggak tahu kalau Kakak sembelit? Bukankah dia sangat memperhat
Riko hampir saja tertangkap oleh Melisha, tetapi tiba-tiba ada seseorang yang melangkah di depannya dan menghentikan Melisha."Nyonya, kenapa Nyonya mengganggu anak kecil?" kata Cikita dengan suara dingin.Melisha langsung mengerutkan kening saat melihat wanita tidak tahu diri yang menghentikannya. "Kamu pikir kamu siapa, beraninya menceramahiku?"Setelah mengatakan itu, dia melihat ke arah manajer toko yang baru saja berjalan mendekat."Kamu manajer toko? Apa begini caramu melatih pegawai di toko?"Manajer toko sedikit bingung, masih tidak tahu apa yang sedang terjadi."Nyonya Melisha, apa yang terjadi? Siapa yang membuat Nyonya kesal?"Melisha menunjuk ke arah Cikita. "Dia. Pecat dia sekarang juga."Manajer toko melihat ke arah Melisha menunjuk dan matanya tertuju pada Cikita."Cikita, apa yang terjadi? Kenapa kamu nggak menghormati Nyonya Melisha? Dia itu pelanggan besar di toko kita. Cepat minta maaf sama Nyonya Melisha sekarang juga!"Manajer toko tahu bahwa Cikita berasal dari ke
Cara Melisha mengatakan hal ini terkesan seperti dia adalah seorang hakim. Apa yang dia katakan harus dilakukan.Perlahan, para pemandu belanja mulai tidak senang dengannya. Namun, mereka tidak berani mengatakan apa pun."Ini ...."Mereka tidak mau memaksa seorang anak untuk melepas topeng dan memberikannya kepada anak nakal itu.Melihat ini, Melisha langsung berjalan menghampiri."Kalian nggak berani? Biar aku saja."Sikapnya tidak menunjukkan seorang nyonya kaya rasa. Dia benar-benar akan mengambil topeng milik seorang anak yang datang tanpa ditemani orang tuanya.Di balik topeng Raja Kera, wajah kecil Riko sedingin es dan terlihat tidak baik-baik saja. Dia sudah siap untuk menggigit Melisha saat wanita itu meraih topengnya nanti.Namun, pemandu belanja yang barusan melayani Riko dan membantunya mengambil pakaian tiba-tiba berjalan keluar dengan membawa banyak pakaian mewah."Tuan muda, lihatlah pakaian-pakaian ini."Semua orang berbalik untuk melihat ke arah pemandu belanja itu.Di