Tanu dan Treya hari ini sengaja datang mengunjungi Tuan Besar Jacob untuk membicarakan tentang sebidang tanah di pusat Kota Simaliki.Sekarang Keluarga Hinandar dan Keluarga Sunandar sudah terikat pernikahan sedangkan Keluarga Sunandar dan Keluarga Tambolo punya hubungan yang sangat baik.Treya dan Tanu mengira dengan mengandalkan posisinya sebagai besan Keluarga Sunandar, urusan tanah ini akan beres dengan mengobrol santai.Namun, Treya tidak menyangka muncul faktor tidak terduga di sini.Waktu masuk ke ruang tamu, sosok Riko memang menjadi fokus perhatiannya. Meski merasa sosok Riki cukup familiar, Treya tidak ingat siapa Riko. Wajar, karena dia baru pernah melihat Riki sekilas.Tuan Besar Jacob sedang minum teh dan tidak berdiri untuk menyambut mereka berdua.Semua pemain kakap dalam dunia bisnis. Sebelum ini, tentu Tuan Bedar Jacob sudah memeriksa latar belakang Tanu dan Treya.Kalau bukan karena putri mereka bertunangan dengan Morgan, Tuan Besar Jacob tidak sudi membiarkan kedua o
"Kakek buyut, setahuku dalam waktu tiga hari pemerintah akan mengeluarkan surat penggusuran pabrik dan akan membangun MRT di sana. Nilai harga tanah setidaknya bisa naik tiga kali lipat.""Kalau Kakek buyut mau membangun perumahan, harga rumahnya pasti bisa mahal berkali-kali lipat."Riko berkata tanpa ragu-ragu.Tuan Besar Jacob tertegun sesaat, lalu melambaikan tangan dan meminta anak buahnya datang."Coba periksa.""Baik."Tuan Besar Jacob tidak terlalu peduli dengan apa benar akan ada penggusuran pabrik, dia lebih menekankan pada Tanu yang mempermainkannya.Tanu juga membelalak tidak percaya pada Riko yang paling baru berusia empat tahun.Bagaimana bocah ini bisa tahu informasi yang hanya diketahui orang dalam ini?"Hei anak kecil, jangan sembarangan bicara. Kalau memang ada penggusuran, mana mungkin aku nggak tahu?"Waktu Treya melihat rencana suaminya dibongkar oleh seorang bocah, dia pun memberi pembelaan, "Ya Nak, jangan sembarangan bicara."Treya diam-diam memelototi Riko, pik
Riko sangat berhati-hati dalam bicara. Dia tidak secara langsung mengatakan Treya adalah nenek kandungnya, hanya mengaku bahwa keduanya terikat hubungan darah.Reina menduga Riko tahu tentang Treya dari internet, Reina bingung dan tidak tahu harus menjawab apa saat Riko sudah kembali menambahkan, "Mama, aku tahu nenek itu jahat sama Mama, aku nggak akan mengakuinya sebagai Nenek. Kalau dia berani menindas Mama, kasih tahu aku ya, biar aku yang melindungi Mama."Reina sangat tersentuh dengan besarnya perhatian Riko padanya."Jangan khawatir, Mama bisa melindungi diri sendiri." Reina kembali mengingatkan, "Untuk sementara kamu harus ikut sama Tante Alana ya, nggak boleh sampai nyusahin dia."Alana tersipu saat mendengar hal ini.Sejujurnya Alana lah yang menyusahkan Riko. Tanpanya, Alana tidak bisa menjawab pertanyaan para senior.Tuan Besar Jovan juga bersikap baik padanya karena kehadiran Riko."Jangan khawatir, Riko itu lebih bijak dan pengertian dari orang dewasa."Alana masih ingin
Tommy yang berdiri di luar memandangi iring-iringan mobil mewah itu dengan tatapan tidak percaya.Dalam hati dia membatin, "Siapa anak TK Kota Simaliki yang lebih kaya dariku?"Seorang pengawal membukakan pintu, Tommy pun membelalak kaget melihat Riko turun dari mobil.Tak satu pun dari mereka pernah melihat ayah Riko, inikah kehebatan ayah Riko?"Riko bayar semahal apa buat panggil mobil sebanyak ini?" Tommy yang tidak percaya berujar dengan arogan.Alfian yang ada di sampingnya menguap, "Kamu belom tahu ya? Riko itu menikahkan tanteku sama Keluarga Tambolo, jadi dia akan menjadi cicit Keluarga Tambolo."Sebenarnya Riko sudah memberi tahu Tuan Besar Jacob kalau dirinya bukan cicitnya.Namun, entah apa yang salah dengan gen mereka, Tuan Besar Jacob punya pendirian yang sama dengan Jovan. Dia langsung memutuskan Riko adalah cicitnya dan akan mengganti nama belakang Riko.Tuan Besar Jacob bahkan sudah bersiap merilis berita untuk mengumumkan Riko adalah cicitnya.Riko membujuk Tuan Besar
Treya yang bingung mengambil dokumen itu dan membukanya. Ternyata isinya adalah surat pengacara.Dalam surat pengacara itu, Reina menuntut Treya dan Diego untuk mengembalikan semua aset ayah Teina sesuai wasiat yang ayah Reina.Sekarang Reina ingin Treya dan Diego mengembalikan semua aset Grup Andara.Dulu waktu Treya menikah dengan ayah Reina, sebenarnya ayah mertuanya tidak menyukainya dan memaksanya menandatangani perjanjian pranikah. Dalam perjanjian itu tertulis bahwa semua uang milik Grup Andara tidak akan dibagi sepeser pun untuk Treya.Jadi, surat wasiat yang Reina punya itu sah, karena mendukung isi surat perjanjian pranikah yang ditandatangani Treya dulu."Gadis berengsek! Beraninya dia menuntutku!"Syena mendengus dingin, "Bu, tolong selesaikan masalah ini secepatnya, kalau tidak perusahaan Ayah juga akan terpengaruh."Syena masih memberi muka pada Treya karena dia tahu ayahnya bisa sampai di titik ini juga berkat Treya.Meski dalam lubuk hati Syena memandang rendah wanita d
Ketika Lyann mendengarnya, dia memeluk Reina dan menepuk-nepuk punggung Reina.Reina menahan kesedihannya seraya berkata, "Ternyata selama ini dia sudah membohongiku dan Ayah."Padahal dulu Reina pernah merasa bersalah karena dirinya ibunya jadi harus kehilangan karir sebagai seorang penari internasional.Dulu ayahnya juga sering berkata, "Waktu masih muda, ibumu terlihat sangat cantik di atas panggung, dia terlihat anggun dan lembut. Semua pria bermimpi bisa menikahinya, Ayah yang sudah menghalangi karirnya."Sampai mati, ayah Reina merasa berhutang budi pada Treya.Namun wanita ini sudah mengkhianati ayahnya sejak awal.Lyann juga tidak menyangka ternyata Treya orang yang seperti ini, ternyata memang benar, di dunia ini nggak ada yang namanya karma."Reina, orang seperti ini nggak pantas membuat kita bersedih.""Ya." Reina mengangguk, "Aku cuma nggak percaya ternyata ibu kandungku orang yang seperti itu."Reina sendiri sudah memeriksa tes DNA atas dirinya sendiri, dia memang putri ka
Tepat saat Morgan selesai bicara, pintu tiba-tiba terbuka dan Maxime berdiri di depan pintu."Menyembunyikan hal apa?"Maxime bergegas pulang waktu mendengar Morgan datang.Morgan menoleh dan menatap Maxime dengan dingin. "Kak, kamu sudah pulang? Aku baru mau tanya sama Kakak ipar gimana kerjaanmu, 'kan kamu nggak bisa lihat."Maxime mengernyit, "Ada urusan denganku? Ngomong di luar aja."Morgan berdiri, menatap Reina, lalu mengikuti Maxime keluar.Di luar halaman, sosok mereka berdua yang persis sama sangat menarik perhatian."Apa maumu?" tanya Maxime.Tanpa Reina di sini, Morgan pun tidak berpura-pura lagi, dia berkata, "Bukannya aku sudah bilang? Aku mau mengambil balik apa yang menjadi milikku.""Kak, dari kecil sampai besar kamu selalu mendapat semua yang terbaik, bahkan sekarang kamu juga merebut Nana dari aku. Menurutmu ini adil?"Maxime terkekeh dan menyahut dengan nada mengejek, "Jangan salahkan orang lain. Coba ngaca, pikir baik-baik apa yang sudah kamu lakukan?"Maksud Maxim
Tentu sekarang Diego tidak akan lagi percaya janji manis Tanu dan Syena."Nggak perlu, kasih aku uang jajan aja Kak," jawab Diego sambil tersenyum."Gampang, kecil itu."Syena memutar bola matanya, bagaimana dia bisa punya saudara tiri seibu semalas ini.Sesampainya di mobil, Syena sedang memikirkan bagaimana caranya memberi pelajaran pada Reina.Dia bertanya pada asistennya, "Reina itu kerjaannya apa?"Syena sudah lebih dulu meminta asistennya menyelidiki Reina."Dia punya studio kecil di Estonia, pendapatannya nggak seberapa," jawab asistennya.Studio kecil?"Beri dia pelajaran, aku mau studio itu bangkrut."Dengan posisi Keluarga Hinandar saat ini, mudah baginya menaklukkan sebuah studio di luar negeri.Sayangnya, informasi yang didapatkan Syena adalah informasi yang sengaja Reina rilis ke publik. Jadi, Syena belum tahu kalau lagu yang membuatnya populer kemarin adalah lagu ciptaan Reina.Sekaya apa pun Tanu, dia tidak mungkin bisa membuat perusahaan Reina bangkrut."Oke."Syena mas
Akhirnya, Sophia merasa lega setelah berhasil meyakinkan orang tuanya untuk kembali ke rumah sakit. Dalam perjalanan pulang, dia menggenggam erat tangan ayah dan ibunya, tidak mau melepaskannya."Dokter bilang kalau penyakit kalian disebabkan karena kelelahan jangka panjang. Selama kalian menerima perawatan satu atau dua tahun, kalian bisa pulang dengan sehat."Sophia tersedak, lalu melanjutkan, "Sekarang, pengobatan tinggal setengah tahun lagi, lalu kita bisa hidup dengan baik. kalian jangan pernah punya pikiran buat melarikan diri lagi.""Ya." Erna menghibur dan memeluknya dengan lembut, "Maafkan Ibu karena sudah membuatmu khawatir, Nak."Robi juga berkata, "Kali ini Ayah dan Ibu memang salah, kami minta maaf sama kalian."Sophia tersenyum. "Lain kali kalian nggak boleh seperti ini lagi.""Hmm, ya." Robi mengangguk berulang kali, nadanya lembut.Diego yang duduk di kursi depan menatap Sophia, Erna dan Robi yang terlihat bahagia, entah kenapa jadi teringat masa kecilnya.Dia teringat
Reina langsung menghubungi Diego setelah meminta pengawal itu mengirimkan alamat hotel di mana keduanya berada.Saat itu masih pagi sekali.Diego dan Sophia masih berada di luar.Ketika Diego menerima telepon itu, bagian bawah matanya berbinar. "Kak, terima kasih banyak, kamu benar-benar sangat membantuku."Reina tidak banyak bicara saat mendengar ucapan terima kasihnya."Cepat pergi dan jemput mereka kembali. Selain itu, perlakukan temanmu itu dengan baik.""Ya, ya, ya."Diego langsung mengiakan. Karena cuaca terlalu dingin, jadi suaranya sedikit bergetar.Setelah menutup telepon, Diego langsung memberi tahu Sophia."Ayo, aku tahu di mana Om sama Tante."Wajah Sophia pucat, pipinya memerah karena kedinginan. Dia mencoba mengucapkan terima kasih, tetapi ia terlalu dingin untuk berbicara.Diego segera menghentikan taksi.Keduanya duduk di dalam, penghangat di dalam mobil sangat memadai, membuat tubuh Sophia menghangat. Dia berkata, "Di mana orang tuaku sekarang? Apa mereka baik-baik saj
Reina sedikit tidak percaya saat mendengar itu.Teman Diego? Bukankah itu wanita yang bernama Sophia?Sekarang, Diego tidak punya uang atau kedudukan, teman-temannya dulu sudah mengabaikannya."Ya, berikan informasi orang tua temanmu, aku akan menyuruh seseorang mencarinya.""Ya, terima kasih, Kak. Kamu benar-benar sangat baik."Diego tidak pernah berterima kasih pada Reina setulus hari ini.Bahkan jika Reina pernah melunasi tagihannya, rasa terima kasihnya kepada Reina tidak sebanyak hari ini.Reina juga mendengar ketulusan di dalam suaranya, masih belum percaya bahwa pria itu benar-benar telah berubah."Kita masih belum menemukannya, jadi jangan bilang makasih dulu.""Hmm, baiklah."Setelah menyelesaikan panggilan, Diego menemui Sophia, meminta informasi orang tua Sophia dan sebagainya.Setelah Reina melihatnya, dia menyadari bahwa semuanya seperti yang dia duga. Teman yang dimaksud Diego adalah Sophia."Aku mau tanya sesuatu," kata Reina."Kak, tanya saja.""Kenapa demi seorang tema
Diego membungkuk dan berjongkok di sisi Sophia, menghiburnya dengan lembut, "Jangan terlalu sedih, Tante sama Om bakal baik-baik saja, ayo kita cari lagi. Kamu nggak boleh terlalu sedih, nanti kamu nggak bakal punya kekuatan buat cari Om sama Tante."Mendengar perkataannya, Sophia perlahan-lahan menjadi tenang."Ya, aku harus tenang, harus tetap tenang.""Hmm." Diego mengangguk. "Ayo cari lagi.""Ya."Namun, ketika Diego baru melangkah beberapa langkah ke depan, tiba-tiba pandangannya menghitam dan tubuhnya jatuh ke bawah.Sophia bergerak cepat untuk menopangnya, menahannya tepat sebelum Diego jatuh ke aspal."Diego," teriak Sophia.Diego menjawab dengan gugup, "Ada apa?""Barusan kamu hampir jatuh." Sorot mata Sophia penuh dengan kecemasan dan kekhawatiran.Diego mengusap-usap kepalanya. "Hah? Aku nggak sadar, mungkin aku kurang istirahat. Ayo, kita lanjut cari."Sophia menatap Diego yang linglung, mana mungkin dia berani membiarkan pria itu terus mencari."Kita pulang dan istirahat d
Tatapan Sophia menghangat dan dia sangat tersentuh.Sekarang, dia benar-benar tidak punya banyak uang dan tidak ingin membuat orang tuanya khawatir. Jadi, dia mengambil uang Diego terlebih dahulu, lalu membayarnya kembali setelah dia dapat gaji.Sophia mengambil uang itu, kemudian pergi untuk membuat sarapan.Anehnya, biasanya pada jam-jam seperti ini kedua orang tuanya sudah bangun, tetapi hari ini tidak satu pun dari mereka yang terlihat. Pintu kamar mereka pun tertutup rapat.Sophia mengira kedua orang tuanya masih beristirahat, jadi dia tidak tega mengganggu mereka.Setelah sarapan siap, Sophia pergi ke depan pintu kamar mereka, mengetuk pintu dan berkata, "Ayah, Ibu, bangun, ayo sarapan."Namun, setelah memanggil mereka beberapa kali, mereka tidak mendengar satu jawaban pun.Jantungnya berdebar kencang dan dia pun mendorong pintu kamar.Ketika pintu kamar terbuka, dia melihat bagian dalam kamar sudah dibersihkan dengan rapi. Semua barang terlipat rapi dan kamar dalam keadaan koson
"Kamu dengar sendiri, aku sudah jelasin sama dia." Reina menyimpan ponselnya kembali dan menatap mata Maxime tanpa sedikit pun rasa bersalah.Memang benar bahwa dia tidak memberikan sinyal apa pun kepada Ari, jadi dia tidak melakukan kesalahan apa pun.Sekelebat kerumitan melintas di mata Maxime. Dia mengangkat tangannya, ujung jarinya membelai wajah Reina."Aku mengerti. Istriku sangat luar biasa, wajar kalau ada yang menyukainya."Reina menjadi agak malu ketika tiba-tiba dipuji olehnya.Keduanya berdiri diam di tengah kerumunan, indah seperti sebuah lukisan."Salju turun, salju turun ...."Banyak orang di sekitar mulai berseru.Reina kembali tersadar dan menatap kepingan salju yang berjatuhan, bagian bawah matanya berkilau."Cantik sekali."Maxime menggenggam tangannya dan tetap berada di sisinya tanpa berbicara.Dia berharap waktu tetap berada di momen ini sekarang....Saat ini musim dingin, ada tumpukan salju di mana-mana.Beberapa orang menganggapnya indah, tetapi bagi sebagian o
"Baguslah kalau kamu mengerti," kata Imran.Ari tidak ingin berbicara dengan mereka lagi dan melangkah menuju kamarnya.Retno mencoba mengejarnya untuk menjelaskan, tetapi Imran menghentikannya."Biarkan dia sendiri dan merenungkan semuanya. Sebagai orang tua, kita nggak bisa mendiktenya seumur hidup."Mata Retno berkaca-kaca dan mengangguk kaku. "Ari sangat hebat, kenapa dia nggak memilih gadis baik-baik, menikah dan memulai sebuah keluarga?""Kalau tahu begini, seharusnya aku nggak membiarkannya terjun ke dunia hiburan." Imran selalu memandang rendah industri aktor. "Jadi dokter sepertiku dan menikah dengan wanita dengan profesi yang sama, bukankah itu bagus?"Keduanya tidak bisa memahami pikiran anak muda saat ini, jadi mereka membiarkannya.Ari tinggal sendirian di kamar, mengeluarkan ponselnya, mencoba menghubungi Reina, tetapi Reina tidak bisa dihubungi.Entah sudah berapa lama dia tinggal di dalam kamar, tetapi melihat hari sudah mulai gelap, dia tidak bisa menahan diri lagi dan
Sebenarnya, ini bukan menjelaskan semuanya dengan jelas, tetapi menempatkan identitas dengan jelas bahwa Ari tidak pantas untuk Reina dan dia tidak lebih baik dari Maxime.Sekarang, Ari merasa sangat bersalah, "Bu Reina, kita akan bertemu lagi lain kali. Kali ini, aku yang mentraktirmu dan Tuan Maxime."Maxime segera membalas, "Nggak perlu. Saat datang, aku sudah bayar."Dia tidak mau menerima traktiran dari saingan cintanya, dia juga bukan orang yang suka gratisan.Ari makin malu, lalu mengangguk mengerti sebelum pergi bersama orang tuanya.Setelah dia pergi, Reina menghela napas panjang, merasa masih belum pulih dari semua kejutan yang baru saja terjadi."Apa maksudnya ini?" Reina bergumam pada dirinya sendiri.Maxime menatapnya dengan ramah. "Sudah percaya 'kan kamu sekarang?"Reina menghela napas, masih sedikit tidak percaya."Apa mungkin Ari mengarang jawaban yang barusan?"Dia tidak mengerti kenapa seorang selebriti pria populer menyukai seorang wanita yang lebih tua beberapa tah
"Bu, jangan konyol." Ari membela Reina, "Itu masalahku sendiri, nggak ada hubungannya sama dia."Ari memang penurut dan pengertian sejak kecil, kecuali untuk urusan jatuh cinta dan menikah.Melihatnya membela wanita lain, hati Retno jadi makin tidak nyaman, lalu melampiaskan kemarahannya pada Reina."Namamu Reina?" tanya Retno sambil menatapnya tajam. "Apa suamimu tahu tentang hubunganmu dengan Ari?"Kata-kata dingin Retno terus terlontar, "Kamu sudah menikah, punya anak dan terlihat sedikit lebih tua dari Ari. Jadi, kamu harusnya sangat pandai dalam memanipulasi laki-laki muda, bukan? Menurutmu, apa yang akan suamimu lakukan kalau aku memberitahunya semua ini?"Jika orang ini bukan ibu Ari, Reina pasti sudah membalas tanpa ampun."Tante, aku nggak memanipulasi anak Tante, jadi jangan bicara sembarangan tentangku. Usia anak Tante sudah dua puluhan, bukankah dia punya pendapat sendiri?" kata Reina dengan tegas.Ari mendengarkan percakapan antara Reina dan ibunya sendiri, mengerti bahwa