Tiba-tiba, Tuan Besar Jacob meneleponnya, "Anak nakal! Kamu mau tua sebatang kara?""Berani sekali kamu melepaskan kencan butamu?"Kakeknya sangat marah.Jovan menjawab tidak berdaya, "Kakek, aku lagi sibuk.""Sibuk? Kamu pikir aku nggak tahu apa yang kamu lakukan dengan teman-teman nggak bergunamu di luar sana?" Tuan Besar Jacob jelas kehilangan kesabarannya, "Pulang sekarang juga! Kalau nggak, aku akan memutus semua aksesmu!"Jovan tidak punya pilihan selain pulang.Di Grup Rajawali.Sesampainya Reina di sana, dia langsung menuju lantai paling atas.Asisten Maxime, Ekki terhenyak saat melihat Reina yang berpakaian rapi namun mempesona dan cantik.Dia masih ingat, dulu Reina tidak suka berdandan dan selalu mengenakan pakaian berwarna gelap setiap hari. Pribadinya sangat tidak mencolok dan sama sekali tidak terlihat seperti wanita kaya.Namun kini, wanita di hadapannya tidak hanya cantik dan mempesona, tetapi juga memancarkan temperamen dan pesona yang agung. Dia merasa telah melihat o
Tatapan Maxime dipenuhi dengan emosi yang tidak dapat dipahami Reina."Dari mana kamu mendapatkan begitu banyak uang untuk amal dalam waktu kurang dari lima tahun? Apa Revin yang memberikannya padamu?"Reina tidak tahu bahwa Maxime belum bisa tidur nyenyak sejak kepergiannya.Dalam beberapa hari terakhir, Maxime tidak bisa tidur sepanjang malam.Pikirannya dipenuhi dengan gambaran kebersamaan Reina dan Revin!"Revin dan aku hanya teman biasa. Semua uang yang kuhasilkan adalah jerih payahku sendiri ...."Sebelum Reina bisa menyelesaikan kata-katanya, telapak tangan besar Maxime sudah lebih dulu jatuh di bahunya dan perlahan bergerak ke bawah ...."Bagaimana caranya? Dari sini?"Kepala Reina rasanya mau meledak, dia menatap Maxime dengan tidak percaya. "Apa katamu?"Tangan Maxime terasa panas, tetapi ucapannya sangat dingin.Reina tercekat, tangannya terkepal erat dan kukunya menusuk dalam telapak tangannya.Maxime berbisik di telinganya, "Berapa banyak uang yang Revin berikan padamu? Ka
Karena kedatangan Marshanda yang tiba-tiba, suasana romantis yang tadi tercipta pun sirna.Maxime kembali mendekati Reina.Reina pun mengambil langkah mundur.Tindakannya ini menyayat hati Maxime.Dulu Reina-lah yang berinisiatif mendekatinya, tetapi sekarang semuanya sudah berubah ...."Pak Maxime, urusan kerja apa yang mau kamu bicarakan denganku?"Menghadapi ketidakpastian Maxime dan belajar dari kegagalan terakhir kali, Reina tahu dia hanya bisa bergerak perlahan.Maxime menatap Reina. Entah kenapa dia selalu merasa wanita ini menyembunyikan sesuatu darinya."Bukannya kamu suka beramal? Besok datang ke sini, aku akan mengantarmu ke suatu tempat."Reina tidak punya alasan untuk menolak.Setelah menyetujui ajakan Maxime, dia balik badan dan keluar ruangan.Begitu membuka pintu, dia melihat Marshanda sedang menunggu di luar.Marshanda langsung menghalanginya dan terlihat khawatir."Nana, ternyata kamu masih hidup? Syukurlah.""Apa kita bisa mengobrol?"Reina menatapnya sambil tersenyu
"Reina, izinkan aku menasihatimu. Orang yang nggak mencintaimu nggak akan pernah mencintaimu. Nggak peduli kamu pura-pura tuli atau bisu atau amnesia, Kak Max nggak akan pernah menyukaimu."Reina mendengarkan dengan tenang tanpa sedikit pun emosi di matanya."Sudah selesai?"Marshanda heran melihatnya.Reina berdiri dan menatapnya, "Kalau kamu begitu yakin dia mencintaimu, kenapa kamu mendatangiku seperti wanita yang kesal?"Reina mendengus dingin, lalu pergi.Marshanda hanya bisa melihat punggung Reina berlalu dari hadapannya. Dia teringat pada sosok putri Keluarga Andara yang terlihat agung.Dia merasa mual begitu teringat bagaimana dulu dia harus menjilat dan berusaha menyenangkan Reina untuk mendapat dukungan Keluarga Andara.Sekarang setelah Keluarga Andara hancur, Reina masih berlagak sombong?Marshanda menarik napas dalam-dalam.Tiba-tiba, manajer meneleponnya, "Marsha, kami sudah dapat lagu yang kamu mau.""Yang benar?""Tapi ...." Manajernya terdengar ragu-ragu."Ada kesulitan
"Kenapa aku nggak pernah ketemu?"Riko angkat bicara, "Identitas Om Deron itu sangat misterius. Dia hanya akan muncul kalau Mama dalam bahaya.""Pantas saja waktu di luar negeri aku hanya dengar kamu dijaga pengawal, tapi aku nggak pernah melihat orangnya," ujar Alana sambil menyantap bacang.Alana sendiri juga dijaga pengawal, tetapi pengawalnya secara terang-terangan menjaganya dari jarak 10 meter.Karena Revin punya status khusus di luar negeri, semua orang di sekitarnya pun akan terpengaruh. Jadi dia mengutus orang untuk melindungi Reina dan keluarganya.Sepuluh menit kemudian.Deron sudah datang. Hari ini dia mengenakan setelan jas rapi dan memancarkan aura yang membuat orang lain enggan mendekatinya.Mata Alana berbinar melihat sosok Deron."Gantengnya ...."Riko memberikan sehelai tisu padanya, "Lap mulutmu."Alana menelan ludah.Reina tahu orang seperti apa sahabatnya. Meski dari luar Alana tampak seperti wanita gatal, sebenarnya ada seseorang yang mendiami lubuk hatinya.Karen
Dia tidak ingin Reina terus-terusan berjuang keras merawatnya.Sebenarnya Om Deron calon yang baik.Tetapi, Riko merasa terlalu bahaya kalau Reina dengan Deron. Dia ingin ibunya tinggal bersama pria yang cenderung aman.Alana tidak menyangka si kecil akan berpikir seperti ini.Dia ikut menimpali, "Meski perjodohan ini untuk kepentingan bisnis, anak orang kaya yang dikenalkan padaku semuanya ganteng lho."Reina tidak berdaya menghadapi mereka berdua."Iya, oke. Tapi ...." Reina menatap Riko, "Aku pergi kencan buta untuk menggantikan Tante Alana, bukan untuk mencarikanmu seorang papa."Riko tidak peduli sama sekali dan menjawab asal, "Ya, oke!"Yang ada dalam benak Riko sekarang adalah drama percintaan yang biasanya ditayangkan di TV. Rasa cinta yang datang tiba-tiba adalah cinta yang paling awet.Bagaimanapun, dia dan Riki masih terlalu muda untuk melindungi ibu.Alangkah baiknya kalau sebelum pulang nanti, ibunya bisa bertemu seorang pria yang akan menjaganya.Reina sama sekali tidak m
Keesokan harinya, jam lima pagi Reina mengantar Alana.Sebelum berangkat, Alana terlihat sangat gugup."Nana, apa aku sudah cantik??"Pada dasarnya Alana memang memiliki kulit wajah yang bagus. Matanya seperti kacang almond dan wajahnya oval. Dia terlihat lembut dan imut."Cantik banget!""Syukurlah. Tahu nggak, begitu terpikir kami akan bertemu, aku jadi begitu semangat. Aku takut dia nggak menyukaiku ....""Nggak mungkin." Reina menenangkannya. "Kamu cantik banget, dia nggak mungkin nggak menyukaimu."Alana mengangguk kecil.Setelah mengantar kepergian Alana, Reina kembali ke kamar."Mama."Entah sejak kapan ternyata Riko sudah bangun."Kami berisik ya, jadi kamu terbangun?" Reina berjalan ke depan Riko, berjongkok dan bertanya.Karena Alana sudah mulai dandan pukul tiga pagi tadi.Riko tidak menjawab, malah balik bertanya, "Mama, apa Paman Yansen yang akan ditemui Tante Alana itu orang baik?"Reina berpikir sejenak, "Untuk Tante Alana, dia orang yang sangat baik."Reina ingat pernah
"Coba lihat, berani-beraninya Nona Liska yang gembrot tadi datang ke kencan buta ini? Nggak tahu diri.""Hahaha, dia sudah kayak dinosaurus. Rumah bisa roboh kalau dia berjalan.""Nona Sienna yang barusan juga aneh. Bibirnya merah menyala seperti nenek lampir.""Sekarang makhluk apa lagi yang datang?""Sepertinya putri dari Keluarga Crisie, katanya dia baru kembali dari luar negeri dan merupakan murid teladan di sana.""Lulusan luar negeri? Berarti harusnya cukup berpikiran terbuka dan nggak kolot, 'kan?"Nanti kita minta dia nari, kalau bagus berarti lolos. Hahaha ...."Kata-kata cabul yang tersirat dalam perkataan itu membuat Reina mengernyit.Akhirnya dia paham kenapa para putri orang kaya yang kelihatannya cukup baik semua pergi dengan marah setelah bertemu pasangan di kencan buta ini.Karena pria yang mereka temui bukan datang untuk kencan buta, melainkan untuk bersenang-senang dengan teman-temannya.Reina bersyukur Alana tidak datang. Kalau tidak, sahabatnya itu pasti akan marah-
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba