"Coba lihat, berani-beraninya Nona Liska yang gembrot tadi datang ke kencan buta ini? Nggak tahu diri.""Hahaha, dia sudah kayak dinosaurus. Rumah bisa roboh kalau dia berjalan.""Nona Sienna yang barusan juga aneh. Bibirnya merah menyala seperti nenek lampir.""Sekarang makhluk apa lagi yang datang?""Sepertinya putri dari Keluarga Crisie, katanya dia baru kembali dari luar negeri dan merupakan murid teladan di sana.""Lulusan luar negeri? Berarti harusnya cukup berpikiran terbuka dan nggak kolot, 'kan?"Nanti kita minta dia nari, kalau bagus berarti lolos. Hahaha ...."Kata-kata cabul yang tersirat dalam perkataan itu membuat Reina mengernyit.Akhirnya dia paham kenapa para putri orang kaya yang kelihatannya cukup baik semua pergi dengan marah setelah bertemu pasangan di kencan buta ini.Karena pria yang mereka temui bukan datang untuk kencan buta, melainkan untuk bersenang-senang dengan teman-temannya.Reina bersyukur Alana tidak datang. Kalau tidak, sahabatnya itu pasti akan marah-
Jovan tidak memercayai apa yang ada di hadapannya saat melihat mata Reina yang jernih dan penuh amarah.Semua yang emosi yang tersirat pada bola mata itu jelas-jelas membuktikan bahwa wanita itu adalah Reina!Jovan tidak mengerti mengapa Reina datang ke kencan buta ini.Sebelum Jovan tersadar dari lamunannya ....Reina sudah berkata lebih dulu pada Deron, "Ayo pergi."Deron angkat kaki sambil melindungi Reina.Pria yang ditendang tadi masih mengumpat dan berteriak, "Jangan pergi kalau kamu berani! Tunggu saja pembalasanku! Aku nggak akan melupakan wajah kalian!"Orang-orang lain mengejek dan memprovokasi dia."Pak Brody, jadi pria yang jantan dong. Kamu yakin bisa melawan mereka?""Ya, jangan bisanya cuma teriak aja."Pria bernama Brody itu juga ingin menyerang Deron, namun tendangan Deron barusan membuatnya tidak mampu berdiri.Bagaimanapun, sedari kecil dia selalu hidup enak dan tidak pernah ditindas.Dia bersusah payah bangkit berdiri dan mengutuk dalam hati."Sekarang juga aku akan
Maxime sudah mendengar laporan dari pengawalnya bahwa Reina pergi ke Taman Haden."Ngapain dia pergi ke Taman Haden?"Sejauh yang Maxime tahu, Taman Haden adalah tempat tinggal para pesolek, tempat bersenang-senang. Bagi wanita baik-baik seperti Reina, itu adalah tempat yang kotor.Pengawal itu ragu-ragu sejenak, lalu menjawab, "Sepertinya untuk kencan buta."Maxime memicingkan matanya dan hawa di sekitarnya terasa dingin.Ternyata urusan yang dimaksud Reina itu kencan buta?Sekali lagi, Reina benar-benar membuatnya terkesan.Wajah Maxime tiba-tiba menjadi suram.Pengawal itu mengetahui temperamen Maxime.Karena tidak berani mendapat masalah, dia langsung keluar dari kantor dengan hati-hati.Jam dua sore.Pintu kantor Maxime diketuk."Pak Maxime."Begitu Reina masuk, dia langsung menyadari aura Maxime yang tidak beres.Maxime menatap Reina dengan tatapan jahat dan acuh tak acuh. Tatapannya begitu dingin, seolah bisa melihat ke dalam hati seseorang."Sudah selesai urusannya?"Maxime ber
Pembunuh berdarah dingin ... Mungkin Maxime-lah contohnya.Reina mengatupkan bibirnya erat-erat dan tangannya mati rasa.Di tangan Diego, Grup Andara memang terus merugi tetapi setidaknya masih bisa berdiri.Tapi sekarang, peninggalan terakhir ayahnya untuknya sudah lenyap.Reina paham, Maxime melakukan hal ini sebagai usaha balas dendam padanya.Reina menatap tanah gersang itu, tenggorokannya sangat sakit dan dia hampir menitikkan air mata."Hukum rimba memang seperti itu, yang terkuatlah yang bisa bertahan. Pak Maxime adalah CEO Grup Sunandar, kamu berhak memutuskan."Reina tidak sadar kalau suaranya parau.Maxime tidak menyangka respon Reina akan begini. Bahkan sudah seperti ini saja Reina masih menolak mengaku?Awalnya dia kira Reina akan mencecarnya, marah, menangis dan meluapkan amarahnya setelah melihat hal ini. Namun faktanya, Reina tidak berbuat apa-apa.Dulu setiap Reina menatapnya, Maxime bisa melihat matanya bersinar. Tetapi sekarang, tatapan Reina sangat dalam dan tenang.
Malam ini sebenarnya Jovan sedang tidak berselera makan.Setelah Tuan Besar Jacob tahu kelakuan Jovan pagi tadi, dia menyuruh Jovan untuk datang dalam acara ini supaya bisa berkenalan dengan anak keluarga kaya lainnya.Benar saja, begitu sampai di ruang perjamuan, kakeknya langsung memanggilnya."Kamu nggak akan berbuat onar di acara Keluarga Sunandar, 'kan?"Kakeknya sungguh pintar menangkap kelemahan Jovan.Jovan tidak punya pilihan selain duduk patuh.Tubuhnya menguarkan aura dingin yang kuat. Semua orang tidak ada yang berani mendekatinya karena sama saja cari mati.Jovan tidak menyadari ada anak kecil yang sedari tadi diam-diam mengawasinya.Para anggota Keluarga Sunandar sebagai tuan rumah pun tentu sudah sampai.Marshanda juga datang.Dia sadar akan kehadiran Jovan, tetapi tidak berani menyapanya.Marshanda bukan hanya takut pada Jovan, tetapi juga sungkan pada Tuan Besar Jacob.Sebenarnya, kalau bukan karena Tuan Besar Jacob. Dengan kondisi dulu Jovan begitu terobsesi padanya,
Semakin banyak pasang mata yang memerhatikan mereka. Jovan merasa kalau dia tetap di sini, dia pasti akan menjadi pusat perhatian.Orang-orang yang tidak mengerti duduk perkaranya pasti mengira Jovan sudah menindas anak-anak.Jovan buru-buru ke toilet.Riko langsung membuang tampangnya yang bersedih, lalu mengambil jam tangan yang berfungsi sebagai ponsel. Lalu, dia mengambil posisi dan memotret Jovan yang sudah berhasil dia permalukan.Aksinya tidak berhenti sampai di situ, dia mengikuti Jovan ke kamarnya.Tidak jauh dari situ, Joanna memperhatikan gerak-gerik Riko. Hatinya terasa hangat.Dia menyesap anggur sambil berkata pada Marshanda di sampingnya, "Imut sekali anak itu, pengertian dan sopan pula.""Anak Max nanti pasti juga seperti itu."Hanya saat bicara tentang anak kecil, ekspresi dingin Joanna mencair.Marshanda tahu arti tersirat dalam perkataan ini adalah untuk mendesaknya cepat hamil. Jadi, dia hanya bisa mengangguk.Di kamar Jovan.Jovan memanggil asistennya untuk mengant
"Alana putri Keluarga Crisie adalah teman kuliah Reina. Setelah Alana lulus, dia pergi ke luar negeri. Kali ini, dia pulang nggak lama setelah Reina kembali.""Menurut penyelidikanku, Alana sepertinya menyukai teman sekelasnya dulu, namanya Yansen.""Dugaanku, dia meminta Reina menggantikannya dalam kencan buta tadi karena Yansen."Asisten itu memberi tahu Jovan semua informasi yang dia ketahui.Tatapan Jovan terlihat begitu dalam.Jovan mengganti pakaiannya lalu turun ke bawah. Di sana dia melihat Maxime dan Marshanda berdiri bersama seperti pasangan yang serasi.Jovan ragu-ragu sejenak dan tidak memberitahu Maxime apa yang terjadi hari ini....Di Vila No. 9.Reina menerima telepon dari Alana, suaranya di telepon terdengar lemas, "Nana, aku pulang malam ini.""Bagaimana? Kamu sudah ketemu dia?" tanya Reina.Tenggorokannya tercekat."Ya." Alana berhenti sejenak, lalu kembali melanjutkan dengan tenang, "Tapi ternyata dia sudah punya pacar. Kami ... sudah selesai."Reina tidak tahu baga
Ternyata, uang memang dapat membuat perbedaan besar."Kali ini aku lepaskan."Riko mengusap matanya yang mengantuk, lalu keluar kamar."Pagi Ma, pagi Tante Alana.""Selamat pagi, rubah kecil," sahut Alana.Reina ada di dapur dan sedang menyiapkan sarapan."Kalian harus mandi dan sarapan.""Riko, Tante Alana sudah dapat sekolah untukmu. Kita harus pergi daftar hari ini."Sebenarnya saat ini mereka sedang libur semester.Namun taman kanak-kanak internasional yang dicarikan Alana ini buka meski sedang libur.Kalau Riko sekolah, Reina tidak perlu khawatir karena harus meninggalkannya sendirian di siang hari.Selain itu, anak seusianya masih perlu banyak belajar berkomunikasi dengan anak lain."Oke," jawab Riko dengan patuh.Di toilet.Alana menatap Riko yang sedang berdiri di bangku kecil dan menggosok giginya dengan serius di depan cermin. Alana pun menggodanya."Riko, kok tumben kamu nurut banget? Kamu nggak nanya sekolahnya tuh seperti apa?"Alana tidak percaya seorang anak kecil sepert
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba