Sebelum Treya sempat menyahut, Syena sudah menyela lebuh dulu."Jangan pernah begini lagi. Aku tahu kamu melakukan ini demi aku, tapi aku nggak suka kamu jadi gunjingan orang."Treya tahu Syena masih menyayanginya, jadi Treya tidak berkata lebih lanjut.Kali ini, Syena meraih lengan Treya."Ma, aku cek di internet katanya kamu juga punya seorang putri bernama Reina?"Treya tercengang.Syena bertanya lagi, "Dia menikah sama Maxime?"Ya, orang yang sangat Syena sayangi adalah Maxime. Tidak banyak orang di Kota Simaliki yang bisa menandingi pria sehebat Maxime."Aku mau kenalan sama Maxime, apa kamu bisa membantuku?"Treya bisa melihat pikiran Syena secara sekilas.Treya juga merasa bahwa hanya Syena yang layak bagi Maxime."Mama sudah lama nggak ketemu dia, tapi kalau kamu mau, Mama pasti bantu."Treya yakin kalau Maxime saja bisa punya perasaan pada Reina, dia pasti bisa jatuh cinta pada Syena. Wajah kedua putrinya ini terbilang mirip dan Syena jauh lebih baik dari Reina.Waktu itu, Tre
Siang itu Maxime pergi keluar, katanya ada kerjaan.Reina menatap Joanna yang sedang duduk dengan angkuh di sofa, Reina pun mencibir, "Kamu yang buang Maxime ke sini, apa hakmu menilai bagaimana aku merawatnya? Aku nggak membiarkan dia mati kelaparan atau mati kedinginan, aku sudah memenuhi kewajibanku sebagai istri."Joanna yang ditegur balik pun terdiam.Setelah beberapa saat, Joanna berdiri dan melihat sekeliling. "Di mana Max? Aku akan membawanya pulang sekarang."Sekarang Morgan telah mengambil kendali perusahaan, semua saham serta aset telah dialihkan, Joanna tidak khawatir para senior atau pun junior di perusahaan akan merampas fondasi yang telah dibangun dengan susah payah oleh Maxime.Sekarang, sudah waktunya membawa Maxime pulang."Aku nggak akan pulang."Tiba-tiba terdengar sebuah suara di pintu.Entah sejak kapan Maxime pulang. Saat ini dia mengenakan jas hitam dan berdiri di depan pintu. Matanya hitam legam dan tidak terlihat keanehan pada dirinya.Joanna tidak pernah memb
Joanna menolak mengakui kesalahannya. Dia merendahkan suaranya dan berkata pada Reina, "Ini semua salahmu! Kalau kalian punya anak, aku nggak perlu buru-buru mencari seseorang untuk menggantikan dia."Dalam bisnis keluarga memang sangat konyol kalau seorang bos tidak memiliki anak."Kamu nggak pantas mengajari aku. Siapa ibu yang nggak sayang sama anak sendiri?" Joanna langsung pergi setelah mengucapkan kalimat ini.Reina hanya berdiri diam dan tiba-tiba merasa sedih.Karena ibunya tidak pernah peduli padanya.Itu sebabnya sekarang dia berdiri dan ikut campur dalam urusan orang lain.Reina tenggelam dalam lamunannya dan tiba-tiba tangannya digenggam seseorang."Nana, terima kasih." Suasana hati Maxime tidak pernah bagus.Reina pun tersadar dari lamunan dan langsung menarik tangannya, "Nggak perlu berterima kasih. Tadi aku cuma nggak terima aja kamu ditindas."Setelah itu Reina langsung pergi ke kamar Lyann.Dia mau memeriksa apa Lyann terkejut karena kejadian barusan.Untung saat ini R
Reina tersedak.Maxime yatim piatu? Begitu banyak sanak saudara Maxime sampai Reina saja tidak ingat satu persatu.Tetapi untuk menipu Riki, Reina hanya bisa mengiyakan, "Ya, jadi Om Max kasihan banget, 'kan? Jadi untuk sementara ini Mama yang rawat dia dulu.""Oh ya, dia itu kan om yang aneh, mungkin dia banyak bilang hal aneh. Riki nggak boleh percaya ya."Kemampuan akting Riki adalah yang terbaik, matanya yang besar memancarkan sinar percaya diri. Dia mengangguk berulang kali lalu berkata, "Oke, Mama nggak usah khawatir. Aku nggak akan percaya."Bertatapan dengan mata polos Riki membuat Reina merasa bersalah, tidak seharusnya dia berbohong pada anak kecil seperti ini.Tapi tidak ada cara lain.Di mata Reina, Riki itu seperti versi mininya. Riki sama seperti anak biasa pada umumnya.Sebaliknya Riko mewarisi gen Maxime. Kadang orang dewasa pun merasa rendah diri dengannya.Riko sudah tahu kalau Maxime adalah ayahnya, tapi Riki belum tahu ....Reina memutuskan untuk menunggu sampai Rik
Setelah semua orang mencuci tangan, Maxime yang terlihat sangat tidak senang hanya bisa pasrah saat Riki berpura-pura ramah dan menariknya ke meja makan."Om Max, kamu 'kan nggak bisa melihat, apa kamu sering jatuh?" Riki terus bertanya."Nggak.""Kalau begitu, kamu nggak buta dong?"Riki tetap tidak merasa bersalah.Maxime dibuat pusing kepala oleh kelakuan Riki, dia hanya bisa menjawab dengan sabar, "Aku sudah hafal jalannya, jadi nggak akan jatuh.""Oh.""Sudah ayo makan, ngobrolnya nanti aja," ucap Reina.Riki memang lebih cerewet, pertanyaan dan topiknya tidak ada habisnya.Setelah duduk di meja makan, Riki melihat ada sepiring cah wortel.Riki tahu Riko tidak suka wortel. Riki mirip Reina sedangkan Riko mirip ayah bajingannya.Riki mengambil sesendok wortel dan menaruhnya di piring Maxime, "Om Max, ayo makan wortel yang banyak. Kata Bu Guru harus makan banyak wortel karena baik untuk mata."Riko tidak menyangka Riki akan begitu pandai membuat ayahnya menderita. Dia langsung meman
Riko dan Lyann juga bergegas datang.Lyann yang buka mulut duluan, "Aduuh cucu kesayanganku, kamu dipukul di mana?"Lyann sangat marah hingga napasnya menggebu-gebu.Riko langsung melirik Riki.Riki pun terpaksa bohong dan berkata, "Aku cuma bercanda.""Bercanda ?" Lyann menatap Maxime.Maxime langsung mengikuti permainan Riki. "Barusan Riki ngajak aku taruhan, katanya kalian pasti bakal percaya kalau aku mukul dia."Riki terdiam.Riko juga terdiam. Ayah bajingan mereka ini menang selangkah dari mereka.Riki sangat menyesal karena kalah.Lyann menghela napas lega, "Anak bodoh, kenapa taruhan begitu? Kita itu harus jujur, nggak boleh bohong ... ngerti ya?""Aku tahu, aku minta maaf, Nek." Riki langsung meminta maaf.Reina juga agak marah, "Riki, nggak boleh bercanda kayak gini lagi ya? Nenek dan Mama khawatir."Riki tidak pernah dirugikan separah ini.Selama ini Riki adalah bintang keberuntungan keluarga, sekarang dia malah kalah di tangan ayah bajingannya. Dia tidak terima, pokoknya ti
Wajah kecil Reina langsung memerah dan tidak berani bergerak.Reina menatap ke sekeliling kamar Maxime.Sepertinya Maxime merenovasi kamar ini. Sekarang nuansa kamar ini terlihat lebih sejuk dan ruangannya tampak menjadi lebih besar, tidak lagi terasa seperti gudang.Gaya Maxime masih seperti dulu. Kamar ini dirapikan dengan begitu cermat, bahkan tempat pena diletakkan di sisi paling kanan tempat pena.Perlahan, Reina mengalihkan pandangannya pada tangan Maxime.Dari mana datangnya bekas luka ini?"Kok tanganmu bisa tergores kaca?" Reina akhirnya bertanya.Maxime sudah lama tidak memangku Reina seperti ini, wangi tubuh Reina membuat napasnya berat. "Aku nggak ingat."Hanya orang bodoh yang mau mengaku.Kalau Maxime mengaku, bukankah artinya Maxime mengungkapkan kalau ingatannya sudah kembali? Nanti dia diusir Reina lagi.Reina menghela napas. "Sayang sekali, kamu juga lupa dulu kerjaanmu apa?""Memangnya apa kerjaanku?" Maxime bertanya dengan polos."Nggak ada."Reina teringat beberapa
Reina membungkus rapat tubuhnya dengan selimut dan buru-buru menolak, "Nggak, nggak."Reina merangkak keluar dari pelukan Maxime, langsung memakai bajunya kembali dan diam-diam keluar dari kamar Maxime.Reina tidak sadar kalau dalam kegelapan, ada dua pasang mata anak kecil menatapnya.Riki berbisik, "Kok ayah bajingan bohong? Jelas-jelas Mama ada di kamarnya."Riko yang relatif dewasa sebelum waktunya pun terpikir sebuah kemungkinan."Sialan! Padahal aku sudah berjaga-jaga dari dulu, tetap aja kecolongan!""Maksudnya?" Riki tidak mengerti.Riko sebenarnya juga tidak banyak tahu, dia pun menjawab, "Makanya kamu nonton serial romantis di TV! Apa lagi yang akan dilakukan pria dan wanita kalau cuma berduaan? Ya ciuman!"Selama ini Riki selalu berada di rumah sakit. Sedangkan Riko tinggal bersama Lyann. Setiap berada di rumah, Lyann pasti akan nonton TV dan acara yang sering ditonton adalah serial drama romantis.Setiap menonton Lyann sangat tersentuh dan menangis. Meski Riko tidak suka ti
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba