Alana dengan enggan menerima panggilan itu."Sampai mana?" Suara pria itu terdengar magnetis."Bentar lagi sampai."Setelah menjawab, Alana langsung menutup telepon dan meminta sopir untuk menepi.Kemudian, Alana berjalan ke restoran terdekat dengan sepatu hak tingginya.Jovan sudah memesan seluruh restoran. Waktu Alana masuk, di sana hanya ada Jovan dan para pelayan.Pria itu belum melepas jas putihnya, dia sedang duduk di dekat jendela dan menatap ke luar. Saat Jovan sedang tidak bicara, wajahnya tampak lembut dan tampan seperti yang diidamkan Alana.Alana buru-buru membuang muka, diam-diam mengutuk dirinya sendiri karena sudah seperti orang yang dimabuk cinta.Pria seperti ini tidak punya kelebihan lain yang bisa dibanggakan selain ketampanannya.Alana berjalan menghampirinya, "Pak Jovan."Jovan tersadar dari lamunannya dan menoleh. Dengan tinggi 1,65 meter dan wajah imutnya, Alana tampak seperti seorang mahasiswa yang baru saja lulus.Jovan mengamatinya dengan saksama sambil mengin
Di Vila Magenta.Matahari menyinari wajah Reina dan ketika Reina membuka matanya, Maxime sudah kembali ke sampingnya.Reina mendongak dan bertatapan dengan wajah tampan pria itu.Reina sedang menyadarkan diri saat Maxime sudah lebih dulu menariknya masuk dalam pelukannya lagi."Pagi."Bibir tipis Maxime mendarat di dahinya.Reina agak terkejut.Sepertinya Maxime sama sekali tidak ingat apa yang dia katakan.Reina refleks menghindar.Maxime menatap Reina dengan bingung. Lalu, dia meraih rahang Reina dan langsung menciumnya.Kali ini dia tidak mencium Reina dengan lembut seperti biasa, sebaliknya Maxime begitu mendominasi dan kasar.Reina mencoba mendorong Maxime, tapi gagal.Tepat ketika Maxime ingin mengambil tindakan lebih lanjut, terdengar suara telepon.Maxime mengerutkan kening.Siapa lagi yang mengganggu?Maxime mengulurkan tangan dan mendapati telepon yang bunyi adalah milik Reina. Maxime melirik layar ponsel dan mendapati Alana yang menelepon istrinya.Dengan kesal, Maxime menye
Maxime melihat kegelisahan Reina dari sudut matanya, dia pun tidak mencecar lagi.Reina mundur selangkah dan menghindari tatapan panas Maxime."Aku mau mandi."Baru dua langkah, Maxime meraih tangan Reina dan memeluknya dari belakang dengan terengah-engah, "Ayo lanjutin."Tubuh Reina menegang.Sebelum dia sempat menolak, Maxime sudah menciumi wajah dan leher Reina ...."Aku nggak mau ...."Reina buru-buru menolak.Maxime berhenti dan menarik napas berat.Entah kenapa sejak terakhir kali mereka berhubungan seks, Maxime jadi makin sulit menahan diri dan menjadi makin rakus."Kenapa?" tanya Maxime dengan suara serak.Sebelum Reina sempat menjawab, Maxime sudah lebih dulu menambahkan, "Kalau nggak mau, kenapa kamu menggoda aku?""Sebenarnya kamu mau apa? Jawab!""Asal bisa aku kasih, pasti kukasih!"Maxime tidak pernah merasa begitu bingung seperti sekarang ini. Dia meminta seseorang untuk menyelidiki masa lalu Reina dan mengetahui tentang pekerjaannya di luar negeri, Maxime juga sudah tah
Ruang tamu jadi sunyi senyap.Maxime seketika jadi sadar betapa sedikit dirinya tahu apa mimpi Reina. Dia hanya tahu Reina menyukai bunga, ingin pergi ke kampung halamannya dan ingin pergi ke Negara Tamiya, selebihnya Maxime tidak tahu sama sekali.Reina yang sadar diri akan suasana canggung ini pun memecah keheningan."Bukannya kita udah sepakat nggak jadi suami istri lagi?"Maxime tercekat dan menjawab, "Sepakat apanya? Jelas-jelas kamu yang putusin sendiri."Memutuskan sendiri ....Kalau semua hal harus disetujui keduanya, kenapa Maxime tetap menemui Marshanda meski Reina tidak setuju?Reina mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan kehilangan semangat, "Ya sudah, terserah. Masih ada 19 hari lagi, semoga kamu tetap menepati janji.""Aku masak dulu."Reina balik badan menuju dapur.Hati Maxime jadi makin tertekan.Dia buru-buru melangkah maju. "Biar aku saja."Reina tertegun dan saat sadar, Maxime sudah berada di dapur.Reina menatap Maxime yang bertubuh tinggi besar sedang berdiri di dap
Maxime itu orang yang selalu memegang teguh keputusannya, jadi Ekki tidak punya pilihan selain menurut dan meminta kuasa hukum menyiapkan dokumen perjanjian."Ngomong-ngomong Bos, untuk sementara kasus pencurian dana dari akun pribadimu dini hari tadi belum ketahuan. Alamat yang pencuri gunakan ternyata alamat virtual ...."Maxime mengernyit dan menjawab, "Kirim semua data yang berhasil kalian dapatkan ke aku.""Ya."Maxime pergi ke ruang kerja setelah menerima datanya.Maxime langsung mengetik di komputernya dan mendapatkan celah kecerobohan pencuri, dia berhasil menemukan alamat sebenarnya."Jalan Gandaria ...."Di sisi lain, saat ini Riko sedang sembunyi di toilet TK dan jemarinya dengan lincah mengetik di keyboard. Keningnya penuh dengan buliran keringat dingin.Riko langsung menghentikan proses transfer uang dan langsung keluar dari halaman transaksi.Sambil menyeka keringat di dahinya, Riko berkata, "Nggak nyangka ternyata Ayah Bajingan punya bawahan yang pintar. Sungguh nggak ga
Kedatangan Reina kali ini adalah dengan tujuan berjalan-jalan di sekitar vila. Kalau Maxime tidak mau melepaskan Riki, Reina harus menggunakan cara lain untuk membawa Riki pergi.Mendengar orang tuanya akan datang, Riki pun sengaja menunggu di pintu."Mama!"Reina langsung menghampiri dan memeluk Riki saat melihat Riki berdiri di depan pintu."Kok kamu berdiri di luar?" Reina memegang tangan mungil Riki sembari berkata, "Dingin, ya?""Nggak kok."Setelah Riki menjawab, dia melihat ke arah Maxime yang berjalan di belakang Reina, "Om, kakiku semutan nungguin Om datang. Boleh gendong nggak?"Reina langsung menjawab, "Sini, biar Mama aja yang gendong."Riki menggeleng dan terus menatap Maxime."Om, Mama 'kan lagi nggak enak badan, boleh Om aja nggak yang gendong aku?"Reina merasa sungkan dan ingin membujuk Riki, tetapi Maxime sudah melangkah maju dan mengangkat celana kodok Riki dari belakang."Ayo."Tubuh Riki melayang di udara.Maxime belajar dari kesalahan sebelumnya, dia sengaja menja
Reina menyembunyikan gambar Riki diam-diam.Vila Mata Air sangat besar, setidaknya butuh waktu dua hari untuk mengelilinginya dan belum tentu bisa menemukan letak kamera tersembunyi.Maxime sudah ganti ke pakaian santai. Tubuh tinggi tegapnya berdiri di pintu, matanya yang tajam menatap pemandangan harmonis antara Reina dan anaknya yang sedang duduk di karpet sambil bermain dengan gembira.Pemandangan ini begitu indah, tapi entah mengapa hati Maxime terasa sedih.Riki menyadari kehadiran Maxime dan buru-buru menyapanya, "Om, mau main bareng?"Riki merasa belum puas melampiaskan kekesalannya dengan hanya menendangnya beberapa kali.Reina ingin menghentikan Riki, dia khawatir kalau anaknya terlalu banyak berhubungan dengan Maxime, keduanya akan mengetahui identitas satu sama lain.Apalagi pada dasarnya mereka memang punya hubungan darah.Sayangnya, Maxime sudah menghampiri mereka dan menjawab, "Kalian lagi main apa?"Riki memutar otak."Gimana kalau kita main rumah-rumahan? Om jadi Papa,
Harus diakui, cara anak-anak memprovokasi orang dewasa cukup jitu.Maxime kembali menatap Reina dan berkata, "Maaf."Reina tercengang menatap sikap Maxime.Beberapa detik kemudian Reina tersadar dari lamunannya dan menjawab, "Nggak apa-apa."Bisa dibilang Riki akhirnya menggunakan cara berbeda untuk membuat ayahnya minta maaf."Pa, aku bosan banget tinggal di sini sendirian setiap hari. Hari ini ajak aku dan Mama main ya?"Riki meminta dengan manja.Maxime pun tidak bisa menolaknya, "Oke."Maxime pun membawa Riki ke taman bermain terdekat.Karena kondisi fisiknya yang lemah, Riki tidak bisa main banyak permainan. Reina selalu memperhatikan dengan rasa was-was karena takut sesuatu yang tidak terduga terjadi pada anaknya.Ketiganya terlihat sangat harmonis sebagai sebuah keluarga.Setelah bermain sebentar, Riki mulai merasa lelah. Dia menoleh pada Maxime dan mendapati pria itu tidak berniat menggendongnya. Riki membatin, kalau bukan karena kekayaan, pasti tidak ada wanita yang mau menika
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba