Diego tidak akan membiarkan Adrian merusak rencananya.Dia meninju wajah Adrian, lalu langsung masuk ke dalam mobil dan menyalakan mobil.Adrian ingin menghentikannya, tapi sudah terlambat."Krak!" Sesuatu jatuh dari mobil.Adrian berjalan ke depan dan melihat yang rusak adalah ponsel Hanna.Tepat pada saat ini, ibu Hanna menelepon dan Adrian menjawab panggilan tersebut....Di sisi lain, Reina sudah tidur, namun terbangun oleh dering telepon.Reina bangun dan melihat Diego meneleponnya.Kenapa Diego menelepon semalam ini?Reina menerimanya dengan ragu, "Halo.""Nana?"Suara di telepon bukan suara Diego, melainkan suara wanita paruh baya."Siapa kamu?" Reina tidak mengenali suara itu."Aku ibu Hanna," jawab wanita paruh baya itu.Ternyata Ines."Bibi kok meneleponku pakai nomor Diego?" Reina samar-samar merasa ada sesuatu yang buruk telah terjadi.Ines tidak menjawab, tapi berkata dengan agak serius, "Bisa ke Hotel Fourse, kamar 6008 sekarang?""Oke."Reina tahu, ada yang tidak beres.
Kalau dia mengakui Diego akan mencelakai Hanna, maka orangtua Hanna pasti melihat Reina dengan buruk dan ujung-ujungnya, Reina ikut terdampak karena kejahatan Diego.Reina mengepalkan tangannya erat-erat dan menjawab."Bibi, Paman, bagaimana kalau kita menunggu sampai Hanna bangun dan langsung tanya sama Hanna." Reina terdiam, "Kalau Diego benar-benar punya niat jahat sama Hanna, terserah kalian mau apakan dia, kalian bisa jeblosin dia ke penjara."Wajah Diego menjadi pucat.Bagaimana bisa Reina berkata seperti itu?Mengirimnya ke penjara?Karena Reina sudah berkata demikian, orangtua Hanna tentu saja tidak bisa berkata apa-apa.Ines berkata, "Ayo, kita tunggu di dalam.""Oke."Namun Adrian berkata, "Saya kembali dulu ya, tadi saya izin sama atasan.""Jangan pergi!" Diego menghentikannya, "Kamu mau pergi setelah menjebakku? Nggak boleh!"Adrian terlihat kesal dan hendak setuju untuk tinggal.Reina berkata, "Jangan mempersulit orang lain. Dia itu kerja di Klub Beautide, kalau dia bersal
Diego langsung berkata pada mereka semua, "Dengar, 'kan? Aku benar-benar nggak bersalah."Reina terdiam.Orangtua Hanna masih curiga.Putri mereka jarang pulang terlambat. Ini adalah pertama kalinya dia pulang telat sejak kembali ke Kota Simaliki, ini juga pertama kalinya Hanna minum sampai mabuk berat. Kalau bukan dari mulut Hanna sendiri, mereka pasti tidak percaya.Hanna melihat Reina dan terkejut, "Kak Reina? Kok kamu juga di sini?"Ines langsung melangkah maju dan berkata, "Ada kesalahpahaman, tapi sudah nggak apa-apa. Hanna, kamu terlalu mabuk, istirahatlah.""Yah, kepalaku sakit. Aku minum terlalu banyak," katanya.Ayah Hanna memanggil Reina dan Diego keluar.Sesampainya di luar, dia dengan tulus minta maaf dan berkata, "Pak Diego, maaf, aku salah paham."Dia minta maaf Reina dan berkata, "Nana, aku minta maaf karena meneleponmu malam-malam."Reina melambaikan tangannya, "Nggak apa-apa, yang penting Hanna nggak apa-apa.""Ya." Ayah Hanna mengangguk, lalu berkata, "Dari dulu dia
Ines memberi tahu Hanna semua informasi tentang Diego.Awalnya setelah pesta semalam, Ines sangat tertarik dengan Diego. Pertama, karena kakak Diego adalah Reina, lalu mereka tahu bahwa Diego juga anak tunggal, jadi mereka langsung meminta seseorang untuk menyelidikinya.Mereka langsung terkejut begitu tahu semua tentang Diego.Hanna mendengarkan dalam diam dan membelalak tidak percaya.Dia juga berpikir Diego adalah orang yang baik, kenapa faktanya berbanding terbalik begitu drastis?"Diego sudah menghancurkan keluarga besar Andara. Kalau kamu sama dia, bisa-bisa kita yang tersiksa."Hanna spontan tersenyum, "Ibu salah paham. Aku nggak suka sama dia, aku hanya menganggapnya sebagai teman."Ines menghela napas lega."Syukurlah."Hanna mengangguk."Tapi Hans juga nggak sebaik itu." Ines merasa sangat kesal begitu tahu hasil penyelidikannya kemarin, "Dia sudah punya istri, dia juga kakak laki-laki Jason. Meski dia lebih baik dari Jason dari segi karakter moral dan kemampuan, tapi bagaima
Keesokan harinya.Setelah Reina bangun, dia membuat janji dengan Hanna untuk memperjelas semuanya agar dia tidak tertipu lagi.Hanna sudah benar-benar sadar, tapi wajahnya masih pucat.Saat bangun, Hanna menerima pesan dari Diego yang mengkhawatirkannya. Dia ragu-ragu untuk waktu yang lama dan tidak membalasnya.Saat waktu yang disepakati dengan Reina tiba, Hanna keluar menemuinya.Di dalam kedai kopi yang tenang.Mereka berdua sama-sama memesan kopi.Sebelum Reina mulai bicara, Hanna sudah angkat bicara lebih dulu, "Kak, maaf. Orangtuaku meneleponmu larut malam dan mereka salah paham tentang adikmu."Reina tidak menyangka Hanna sepolos ini sampai masih menyalahkan dirinya sendiri atas kesalahan ini."Hanna, kamu kepikir nggak, mungkin ini semua bukan kesalahpahaman?" kata Reina.Hanna tertegun sejenak , lalu tersenyum, "Mana mungkin? Menurutku Diego itu orang baik, lagian dia itu adimu, mana mungkin dia menyakitiku.""Kita harus waspada sama orang lain, siapa pun orangnya. Bahkan kamu
Setelah Hanna menolak, dia menambahkan, "Diego, sebaiknya kita nggak sering ketemu. Aku nggak berniat punya teman laki-laki, lagian nggak seharusnya pria dan wanita yang cuma teman begitu intim."Hanna tidak memberi Diego kesempatan menyahut."Jangan meneleponku lagi, aku akan memblokir nomor teleponmu."Hanna menutup telepon dan memblokir nomor Diego.Diego benar-benar panik.Dia menelepon Hanna lagi, tetapi tidak bisa tersambung ...."Kok jadi begini?"Dalam satu malam, Hanna berubah jadi orang yang sama sekali berbeda, padahal kemarin dia masih baik-baik saja.Diego sekarang berada di rumah neneknya. Neneknya mengernyit bingung, "Cucuku sayang, ada apa? Apa gadis itu marah sama kamu?""Dia menolakku." Diego menunduk."Gadis sialan! Kenapa dia menolakmu? Kamu sangat baik dan tampan, mana ada yang bisa menandingi kamu?"Diego sekarang sakit kepala dan kesal saat mendengar omelan neneknya."Nenek, berhentilah ngomel, aku sangat kesal sekarang.""Cucuku sayang, jangan khawatir. Kamu san
Diego benar-benar ketakutan, "Aku ngerti Kak. Kak, bantuin aku supaya Keluarga Sunandar nggak mempermasalahkan hal ini."Dia telah menyinggung dan berutang pada banyak orang. Jika masih menyinggung Keluarga Sunandar yang lain, bukannya sama saja dia mencari mati?Reina tidak menanggapi Diego dan menutup telepon.Setelah menutup telepon, dia bertanya pada Deron."Gimana kabar Diego sekarang?""Kayaknya dia tahu dia nggak bisa menikahi Hanna, jadi dia berencana untuk melarikan diri." Deron mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan pada Reina posisi Diego saat ini.Reina memperhatikan dalam diam, "Ikuti diam-diam dan pastikan dia lebih menderita."Sejak masih muda, Diego sangat dimanja sehingga memanfaatkan orang lain sembarangan tanpa rasa bersalah."Oke." Deron mengangguk.Reina mengenal Diego. Jika dia berani melarikan diri, berarti dia masih punya sisa uang.Reina memberi tahu buah pemikirannya pada Deron.Deron tahu apa yang harus dilakukan.Setelah Deron pergi, Reina bersandar di kursi
"Kamu tertohok ya sama kata-kataku?" Melihat Joanna kesal, nenek Diego malah makin menyerang."Semua orang juga tahu suamimu nggak pernah pulang, bisa jadi dia punya banyak anak haram di luar!"Joanna terdidik dengan baik sejak kecil. Dia mengepalkan tangannya erat-erat dan berusaha untuk tidak membalas ucapan nenek Diego.Reina langsung melangkah maju ke hadapan nenek Diego."Kamu bilang Diego menghabiskan banyak uang untuk putri Keluarga Sunandar? Siapa? Mana buktinya?"Nenek Diego terdiam.Sebelum dia sempat berpikir, Reina melanjutkan, "Kalau nggak bisa ngasih bukti, aku bisa menuntutmu karena sudah memfitnah."Nenek Diego tersadar."Dasar gadis sialan! Hanna nama gadis itu! Dia dari Keluarga Sunandar, 'kan?""Mengenai bukti, wanita zaman sekarang itu pintar. Bisa aja mereka habiskan uang tanpa bukti." Nenek Diego menarik pakaian Reina, " Cepat minta ibu mertuamu balikin uangnya ke aku, atau aku akan sebarkan berita ini ke awak media.""Ternyata harta Keluarga Sunandar dari hasil p
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba