Keesokan harinya.Setelah Reina bangun, dia membuat janji dengan Hanna untuk memperjelas semuanya agar dia tidak tertipu lagi.Hanna sudah benar-benar sadar, tapi wajahnya masih pucat.Saat bangun, Hanna menerima pesan dari Diego yang mengkhawatirkannya. Dia ragu-ragu untuk waktu yang lama dan tidak membalasnya.Saat waktu yang disepakati dengan Reina tiba, Hanna keluar menemuinya.Di dalam kedai kopi yang tenang.Mereka berdua sama-sama memesan kopi.Sebelum Reina mulai bicara, Hanna sudah angkat bicara lebih dulu, "Kak, maaf. Orangtuaku meneleponmu larut malam dan mereka salah paham tentang adikmu."Reina tidak menyangka Hanna sepolos ini sampai masih menyalahkan dirinya sendiri atas kesalahan ini."Hanna, kamu kepikir nggak, mungkin ini semua bukan kesalahpahaman?" kata Reina.Hanna tertegun sejenak , lalu tersenyum, "Mana mungkin? Menurutku Diego itu orang baik, lagian dia itu adimu, mana mungkin dia menyakitiku.""Kita harus waspada sama orang lain, siapa pun orangnya. Bahkan kamu
Setelah Hanna menolak, dia menambahkan, "Diego, sebaiknya kita nggak sering ketemu. Aku nggak berniat punya teman laki-laki, lagian nggak seharusnya pria dan wanita yang cuma teman begitu intim."Hanna tidak memberi Diego kesempatan menyahut."Jangan meneleponku lagi, aku akan memblokir nomor teleponmu."Hanna menutup telepon dan memblokir nomor Diego.Diego benar-benar panik.Dia menelepon Hanna lagi, tetapi tidak bisa tersambung ...."Kok jadi begini?"Dalam satu malam, Hanna berubah jadi orang yang sama sekali berbeda, padahal kemarin dia masih baik-baik saja.Diego sekarang berada di rumah neneknya. Neneknya mengernyit bingung, "Cucuku sayang, ada apa? Apa gadis itu marah sama kamu?""Dia menolakku." Diego menunduk."Gadis sialan! Kenapa dia menolakmu? Kamu sangat baik dan tampan, mana ada yang bisa menandingi kamu?"Diego sekarang sakit kepala dan kesal saat mendengar omelan neneknya."Nenek, berhentilah ngomel, aku sangat kesal sekarang.""Cucuku sayang, jangan khawatir. Kamu san
Diego benar-benar ketakutan, "Aku ngerti Kak. Kak, bantuin aku supaya Keluarga Sunandar nggak mempermasalahkan hal ini."Dia telah menyinggung dan berutang pada banyak orang. Jika masih menyinggung Keluarga Sunandar yang lain, bukannya sama saja dia mencari mati?Reina tidak menanggapi Diego dan menutup telepon.Setelah menutup telepon, dia bertanya pada Deron."Gimana kabar Diego sekarang?""Kayaknya dia tahu dia nggak bisa menikahi Hanna, jadi dia berencana untuk melarikan diri." Deron mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan pada Reina posisi Diego saat ini.Reina memperhatikan dalam diam, "Ikuti diam-diam dan pastikan dia lebih menderita."Sejak masih muda, Diego sangat dimanja sehingga memanfaatkan orang lain sembarangan tanpa rasa bersalah."Oke." Deron mengangguk.Reina mengenal Diego. Jika dia berani melarikan diri, berarti dia masih punya sisa uang.Reina memberi tahu buah pemikirannya pada Deron.Deron tahu apa yang harus dilakukan.Setelah Deron pergi, Reina bersandar di kursi
"Kamu tertohok ya sama kata-kataku?" Melihat Joanna kesal, nenek Diego malah makin menyerang."Semua orang juga tahu suamimu nggak pernah pulang, bisa jadi dia punya banyak anak haram di luar!"Joanna terdidik dengan baik sejak kecil. Dia mengepalkan tangannya erat-erat dan berusaha untuk tidak membalas ucapan nenek Diego.Reina langsung melangkah maju ke hadapan nenek Diego."Kamu bilang Diego menghabiskan banyak uang untuk putri Keluarga Sunandar? Siapa? Mana buktinya?"Nenek Diego terdiam.Sebelum dia sempat berpikir, Reina melanjutkan, "Kalau nggak bisa ngasih bukti, aku bisa menuntutmu karena sudah memfitnah."Nenek Diego tersadar."Dasar gadis sialan! Hanna nama gadis itu! Dia dari Keluarga Sunandar, 'kan?""Mengenai bukti, wanita zaman sekarang itu pintar. Bisa aja mereka habiskan uang tanpa bukti." Nenek Diego menarik pakaian Reina, " Cepat minta ibu mertuamu balikin uangnya ke aku, atau aku akan sebarkan berita ini ke awak media.""Ternyata harta Keluarga Sunandar dari hasil p
Reina tahu betul seperti apa sikap orang penghisap darah seperti nenek Diego. Begitu dikasih sekali, pasti akan minta lagi lain kali.Joanna juga tahu, tapi dia tidak bisa apa-apa."Iya tapi kalau nggak dia malah bikin ribut di sini.""Kalau begitu panggil polisi."Joanna membelalak tidak percaya.Nenek Diego bahkan lebih terkejut, "Kurang ajar! Apa katamu? Aku ini nenekmu.""Treya dan aku nggak punya hubungan darah. Kamu bukan nenekku dan kamu nggak pernah sayang sama aku."Nenek Diego sangat marah dan menuding Reina, dia sangat marah sampai tidak bisa bicara.Reina juga tidak memberinya muka."Ucapanmu barusan sudah kurekam. Jadi kalau kamu mau memeras kami 100 miliar, kamu tunggu saja akan mendekam di penjara!" ucap Reina sambil mengangkat ponselnya.Nenek Diego tidak menyangka Reina akan merekam ucapannya barusan, "Dasar kurang ajar! Percuma putriku membesarkanmu, kamu malah berdiri di pihak orang lain!""Justru kamu yang orang luar, dia ini ibu mertuaku. Aku sudah menghargai Treya
Nenek Diego tidak merasa malu, malahan merasa sombong."Terus kenapa? Memangnya salah Diego minta uang ke kakak iparnya?"Reina benar-benar tidak ingin terus berdebat konyol dengan nenek Diego yang tidak masuk akal itu, "Aku sudah panggil polisi, sebentar lagi mereka datang. Kamu bicara langsung sama mereka.""A ... apa?" Mata nenek Diego membelalak.Reina mengangkat ponselnya, "Mungkin kamu nggak sampai di penjara sih, tetapi bisnis putramu pasti akan terpengaruh. Yah, soalnya ibunya dia memeras orang lain."Saat bicara tentang putranya, kesombongan nenek Diego pun sirna."Bagus sekali kamu Reina!"Nenek Diego tidak akan membiarkan dirinya dibawa polisi.nenek Diego langsung bangkit dari tanah dan berjalan keluar.Reina akhirnya menghela napas lega.Sebenarnya keluarga Treya adalah keluarga biasa dari pedesaan.Setelah Treya menikah dengan Anthony, Anthony membantu adik Treya membuka perusahaan kecil.Namun meski begitu, keluarga Treya masih belum puas. Waktu Treya masih hidup, mereka
Reina menarik Maxime masuk ke mobil.Maxime tidak berdaya, Reina hanya memedulikannya karena pekerjaan. Hahh ....Sesampainya di Grup Yinandar.Reina merasa ada yang tidak beres dengan suasana di perusahaan hari ini dan para karyawan membuang muka saat melihatnya.Maxime juga menyadarinya.Reina menelepon Sisil, sayangnya Sisil juga tidak tahu karena dia sedang ada di luar.Jadi Reina menelepon sekretaris."Apa terjadi sesuatu di perusahaan?"Sekretaris ragu-ragu sejenak, lalu berkata, "Manajemen senior perusahaan mendengar kesehatan Bu Liane semakin memburuk akhir-akhir ini dan mereka ingin membentuk dewan direksi untuk memutuskan arah masa depan perusahaan."Perusahaan mengadakan rapat dewan dan tidak memberitahunya? Dia 'kan manajer umum?"Di mana mereka sekarang?"Dari dulu Liane sudah khawatir karena dia sakit dan tidak bisa mengurus perusahaan, manajemen senior akan mengambil tindakan terhadap Reina.nggak, sekarang mereka mulai mencari masalah secara pribadi.Sebenarnya, mereka
"Yah, aku tahu." Reina pun menatap para eksekutif senior yang hadir.Hanya ada sekitar tujuh orang eksekutif senior di perusahaan cabang tersebut dan setengahnya sudah ada di sini.Mereka sadar Reina sedang memperhatikan mereka, jadi semuanya buang muka karena sungkan."Ayo, kita lanjut rapat."Tak satu pun dari mereka mengucapkan sepatah kata pun.Raihan terbatuk sebelum memecah kesunyian.Rapat tetap dilanjutkan, namun kali ini benar-benar membahas perkembangan perusahaan ke depan.Pertemuan itu bubar tanpa diskusi panjang.Raihan berlagak seperti pimpinan perusahaan yang mengantar mereka keluar ruangan satu per satu.Reina memperhatikan dalam diam, merasa sangat khawatir.Reina kembali ke kantornya dan melihat Maxime duduk di kursinya dengan sebagian besar tumpukan dokumen di depannya sudah terbaca.Sisil menarik tangan Reina, "Bos.""Ada apa?""Pak Maxime benar-benar hebat. Pas Bos pergi, dia duduk di sini tanpa bergerak, membaca banyak dokumen dan menandai semua masalah," bisik Si
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba