Reina mendengarkan dalam diam, membiarkan Joanna mengungkapkan semua keluhannya."Waktu masih muda, aku bersaing sama kakak-kakakku. Aku sangat antusias waktu itu. Lalu, aku menikah dengan ayah mertuamu, melahirkan Maxime dan Morgan. Aku juga ingin menjadikan anakku lebih baik dari mereka.""Setelah aku berhasil, ternyata mereka masih nggak terlalu menganggapku."Joanna memijit keningnya, "Kadang aku iri sama ibu kandungmu, dia sangat kuat dan cakap.""Sekarang aku sudah tua, aku merasa lelah. Aku memutuskan mau menjalani kehidupan yang damai dan nggak akan membandingkan diriku dengan siapa pun."Reina mengangguk, "Apa pun yang terjadi, Max dan aku akan menghormati pilihanmu.""Terima kasih." Joanna berkata dengan tulus.Saat ini Joanna nggak memposisikan diri sebagai ibu mertua Reina, tetapi seperti sahabat.Reina tidak tahu bagaimana menghibur Joanna, jadi dia hanya bisa duduk diam di sampingnya.Malam ini Daniel juga nggak pulang.Reina berbaring di samping Maxime sambil merangkul l
Aarav berujar dengan tulus, "Bukannya aku nggak mau ngasih ke Maxime, tapi dari wasiat 'kan ayah ngasih ke aku. Aku nggak mau ayah yang sudah di alam baka marah sama aku."Nada bicara Aarav sungguh manis."Daniel, tolong kasih tahu Maxime, boleh nggak kita bayar dengan barang lain? Kalau tanah yang dia minta bisa kukasih, ngapain aku susah-susah mikirin cara lain? Aku juga nggak bisa apa-apa, soalnya itu pemberian ayah."Aarav sudah terlalu banyak memberi janji palsu."Kak, kamu bicarakan saja masalah ini sama Max. Aku nggak bisa membantumu."Meski Daniel peduli dengan persaudaraan, dia juga peduli dengan putranya.Kali ini, Maxime hampir saja di penjara oleh ulah kakaknya. Kali ini, Daniel tidak akan lembut hati pada Aarav.Setelah Aarav selesai bicara, dia meminta sopir untuk menjemput.Setelah sopir datang menjemputnya, Daniel langsung masuk ke dalam mobil tanpa berkata apa-apa.Aarav langsung meraih tangannya dan berlutut."Daniel, anggap saja kakakmu ini lagi memohon padamu. Aku a
Reina mengangkat tangannya dan mengusap wajah Maxime yang terlihat dingin."Cerita nggak? Aku marah lho kalau kamu nggak cerita. Lain kali kalau aku kenapa-kenapa, aku juga nggak bakal cerita ke kamu."Maxime merasa nggak berdaya dan nggak punya pilihan selain memberi tahu Reina ucapan ayahnya hari ini.Reina terkesiap."Kok bisa ya ayah kayak gitu? Padahal jelas-jelas paman salah, kenapa dia malah menutupi segampang itu?""Sekarang aku paham, ayah sama sekali nggak pernah memikirkan anak-anak, nggak pernah memikirkan keluarganya."Daniel menginginkan keharmonisan keluarga, tetapi dia tidak tahu bahwa keharmonisan yang dia inginkan itu tidak berarti.Intinya, dia hanya mau terlihat sebagai orang baik dan suci di mata semua orang.Daniel mengorbankan kepentingan keluarganya sendiri untuk menyenangkan orang lain, dia pikir hal ini bisa menjaga kerukunan keluarga. Sungguh menyedihkan dan konyol.Reina pikir keluarga Maxime adalah keluarga bahagia, tapi sekarang dia menyadari bahwa setiap
Saat ini Diego ada di perusahaan dan sedang sangat khawatir.Beberapa waktu lalu, dia berinvestasi di banyak proyek, tetapi semuanya rugi sehingga dia terlilit banyak utang.Itulah sebabnya dia memberi tahu Reina, dirinya harus menikah dengan Hanna.Tidak lama kemudian, sekretaris bergegas melapor pada Diego, "Pak Diego, Pak Maxime datang.""Pak Maxime?"Begitu tahu Maxime datang, dia langsung berdiri dari tempat duduk dan keluar untuk menyambutnya.Saat Maxime datang, orang-orang suruhannya yang membantu Diego juga langsung bergegas untuk menyambutnya.Maxime menanyakan bagaimana kondisi perusahaan dan bawahan Maxime menjawab semua baik-baik saja, tidak ada masalah.Maxime mengangguk dan berkata, "Kalau ada masalah, kalian harus laporkan padaku dengan jujur, jangan menyembunyikannya.""Ya, ya." Pria itu mengangguk berulang kali.Diego yang turun dari lift pun langsung tersenyum lebar saat melihat Maxime.Dia takut orang lain tidak tahu Maxime adalah kakak iparnya, jadi dia sengaja ber
Maxime menopang dagunya, "Oh? Proyek apa? Kenapa aku nggak mendengar laporan dari kamu?"Jika Diego ingin menandatangani sebuah proyek, tanda tangan Maxime tetap diperlukan sebagai persetujuan akhir."Ah, sebenarnya aku mau ngasih kamu kejutan. Aku baru mau lapor setelah investasinya membuahkan hasil."Maxime menatapnya dengan tajam."Kamu tahu nggak? Kamu bisa masuk penjara karena menggunakan dana perusahaan tanpa izin?"Mendengar kata "penjara", ekspresi Diego langsung berubah."Kakak ipar, nggak sampai kayak gitu kali. Ini 'kan perusahaan kita-kita sendiri.""Perusahaan sendiri?" Maxime mencibir, "Nama pemegang Grup IM itu Sunandar, bukan Andara, kenapa bisa jadi perusahaanmu?"Melihat Maxime begitu serius, kaki Diego langsung terasa lemas, "Kak Max, aku nggak bermaksud buruk.""Mulai sekarang, posisimu sebagai manajer umum akan dicabut. Silakan mengundurkan diri secara sukarela." Maxime berkata tanpa ampun.Diego terhenyak, "Ka, kakak ...."Dia juga ingin bermain emosional, "Kak, k
Diego membelalak tidak percaya, "Kok bisa? Bukannya dia sangat menyukaimu?""Kalian 'kan sama-sama pria, coba kutanya, memangnya kamu bisa terus menyukai satu wanita?"Diego terdiam.Sebagai sesama pria, dia tahu betul kelakuan pria. Mana ada pria yang bisa terus-terusan mencintai tanpa henti?""Ngomong-ngomong, Kakak sudah nyari orangtua Hanna belum?" tanya Diego saat tiba-tiba dia teringat hal ini.Saat mengungkit masalah ini, Reina berpura-pura marah, "Diego, kenapa kamu nggak ngasih tahu aku, kalau kamu banyak utang di luar?""Hah?" Diego mengernyit bingung, "Kak, kok kamu tahu?""Awalnya aku juga nggak tahu, tapi waktu aku memperkenalkanmu ke ibu Hanna, mereka bilang mereka sudah menyelidikimu dan ternyata kamu itu nggak berpendidikan, nggak bisa apa-apa, punya banyak utang lagi di luar. Benar, 'kan?" tanya Reina.Jika dari awal Reina berkata seperti ini, Diego pasti tidak bisa memaksa Reina untuk terus membantunya.Benar saja, wajah Diego seketika terlihat murung."Kenapa mereka
Sisil merasa Diego benar-benar harus bersyukur karena punya ayah yang baik. Kalau tidak, pasti dia akan hidup menyedihkan sekarang."Oke, aku urus.""Ya."Sisil pun pergi.Reina bersandar di kursi, mengeluarkan ponsel dan membuka album foto yang berisi foto dirinya dan ayahnya, Anthony."Ayah pasti mendukung keputusanku, 'kan?"Maksud Reina adalah dalam memberi pelajaran pada Diego agar dia benar-benar tumbuh dewasa. Bagaimanapun, dalam hidup kita hanya bisa mengandalkan diri sendiri.Diego yang sudah menerima uang terlihat panik, "Hahh, uang segini bisa buat apa?"Karena tidak tahu harus minta bantuan pada siapa, Diego mencari neneknya.Ibunya Treya.Saat nenek Diego mendengar cucunya membutuhkan untuk memulai sebuah perusahaan, dia mengeluarkan harta simpanannya. Tapi ternyata hanya ada puluhan miliar, untuk membayar hutang Diego saja tidak cukup."Nenek, apa uangmu cuma ada segini?" Diego bertanya.Nenek Diego mengangguk, "Segini banyaknya masih nggak cukup? Ini uang pemberian orang
Angin dingin bertiup di luar jendela."Menurutku dia nggak akan menyesal."Tatapan Liane penuh dengan rasa bersalah, "Sama kayak aku. Kalau bukan karena kamu adalah putriku, aku akan tetap mengincarmu dan membabi buta membantu Syena. Aku tetap jadi orang jahat."Ucapan Liane membuat tenggorokan Reina seperti ditusuk jarum."Bu, nggak apa-apa. Ibu nggak menyakiti orang lain. Aku nggak menyalahkanmu," sahut Reina.Sampai hari ini, dia tidak menyimpan dendam pada Liane.Mungkin ini juga keegoisannya."Nggak ada orang yang sempurna dan nggak ada di antara kita yang suci," ucap Reina dengan mata memerah.Liane menggeleng, "Kamu nggak menyalahkan aku, tapi aku menyalahkan diriku sendiri. Aku merasa dulu aku sudah seperti penjahat, jadi sekarang aku sekarat adalah karmaku.""Rizki benar. Kalau kita melakukan kesalahan, kita pasti mendapat hukuman."Dia menatap Reina dan berkata, "Rizki akan menyerahkan diri setelah aku mati. Jangan hentikan dia, itu bisa membuatnya merasa nyaman."Hati Reina
Daniel mengangguk berulang kali. "Tentu saja, Kak."Setelah mengatakan itu, sebagai orang tua yang baik, dia langsung melangkah mendekati Tommy."Tommy, kalau kamu nggak mau pakai topeng ini, kamu nggak perlu memakainya."Daniel memaafkan Tommy atas nama Riko tanpa menanyakan apa yang terjadi hari itu.Riko mengerti orang seperti apa kakeknya, dia pun tidak marah.Tommy segera melepaskan topeng Siluman Babi itu dari wajahnya. Dia menginginkan topeng Raja Kera, siapa yang menginginkan topeng Siluman Babi.Aarav pura-pura memelototinya. "Tommy, cepat bilang terima kasih sama Kakek.""Terima kasih, Kakek.""Ini bukan apa-apa, nggak perlu berterima kasih," kata Daniel sambil tertawa.Aarav memperhatikan bahwa situasi di sini begitu harmonis dan bahagia, jadi dia mengutarakan tujuan kedatangannya."Max, karena kita keluarga, aku nggak akan basa-basi. Aku dengar IM Grup memiliki proyek di luar negeri yang membutuhkan penghubung? Bagaimana pendapatmu tentang perusahaan kita?"Maxime tahu bahw
"Ayah, kalau Ayah benar-benar ingin berubah, lebih baik bersikap baik pada Ibu dulu, itu yang utama." Maxime mengatakan ini dari lubuk hatinya yang terdalam. "Apa Ayah ingat, saat aku dan Reina ingin bercerai, bukankah Ayah menasihatiku biar nggak cerai dengannya atau aku akan menyesal nantinya.""Saat ini, apa Ayah menyesal?" tanya Maxime.Wajah Daniel sedikit menegang.Dalam hal hubungan dan perasaan, pihak yang menyaksikanlah yang akan sadar lebih jelas.Pada awalnya, dia bisa melihat sekilas bahwa Reina adalah menantu yang baik, dia pun memperlakukan Maxime dengan baik. Jika Maxime menceraikannya, dia pasti tidak akan bisa menemukan orang lain yang akan memperlakukannya dengan baik.Demikian pula, Maxime juga menerapkan situasi ini kepada ayahnya."Sayangnya, aku dan ibumu sudah tua dan berbeda darimu saat itu. Kamu nggak ngerti."Daniel masih tidak bisa melepaskan harga dirinya dengan meminta rujuk.Maxime sadar akan hal ini dan tidak mencoba membujuknya lebih jauh."Oh ya, bagaim
Hidup memang tidak bisa diprediksi.Diego memandang Sophia yang terbaring tidak jauh dari sana melalui cahaya yang redup, tiba-tiba merasa bahwa kehidupan seperti ini tampaknya menyenangkan.Dia memejamkan mata dan memasuki alam mimpi.Pada hari pertama tahun ini, ada kegembiraan di mana-mana.Reina mengajak keempat anaknya membuat boneka salju di halaman rumah, sementara Maxime mengawasi mereka dari jauh.Mereka tampak harmonis.Pada saat itu, sebuah mobil melaju di luar rumah.Morgan duduk di dalam mobil mewah, menyaksikan pemandangan ini dari jauh. Dia tidak merasakan apa pun di dalam hatinya.Simpul di tenggorokannya bergulir pelan saat dia memberi isyarat kepada pengemudi untuk menepi.Saat Morgan turun, Reina juga memperhatikannya.Baru satu atau dua bulan sejak terakhir kali Reina melihatnya, tetapi Morgan terlihat kehilangan sebagian besar berat badannya. Bahkan wajahnya terlihat sangat tirus.Dia dan Maxime adalah saudara kembar, dulu mereka terlihat persis sama. Namun, sekara
Sophia bisa memahami pemikiran keduanya.Di masa lalu, semua orang biasanya pulang ke pedesaan untuk merayakan malam Tahun Baru, di mana kerabat dan tetangga tinggal bersama, berbicara dan mengobrol dengan gembira.Namun, Tahun Baru kali ini mereka harus tinggal di kota karena khawatir penyakit kedua orang tuanya kambuh dan tidak bisa sampai ke rumah sakit tepat waktu."Ya, kalau sudah selesai, kalian harus tidur." Sophia membujuk keduanya, seakan mereka adalah anak kecil.Erna dan Robi pun bersimpati padanya. Mereka menganggukkan kepala tanda setuju. "Ya."Diego juga menemani di samping, membicarakan tentang acara yang mereka saksikan kepada keduanya."Program-program sekarang nggak sebagus dulu. Sayang sekali, Tahun Baru sudah nggak semeriah dulu," kata Robi pelan.Dia juga tahu bahwa di pedesaan pun demikian. Semua orang bermain dengan ponsel mereka, jadi komunikasi secara langsung pun jadi berkurang."Kalau tahun depan kita pulang kampung, pasti akan lebih meriah," kata Sophia samb
Tahun Baru hampir tiba.Reina menyiapkan banyak kebutuhan Tahun Baru, mengirimkan sebagian untuk kakek dan neneknya.Sebagian lagi, dia tetap menyimpannya di rumah sendiri.Pada malam Tahun Baru.Reina dan Maxime membawa anak-anak mereka kembali ke kediaman Keluarga Sunandar. Pertemuan ini membuat suasana menjadi sangat meriah.Namun, di meja makan, hubungan Joanna dan Daniel agak renggang.Daniel menunjukkan wajah muram. "Max, tolong hubungi Morgan. Katakan padanya bahwa hari ini, di malam Tahun Baru, dia harus kembali."Morgan sudah lama tidak kembali ke kediaman Keluarga Sunandar.Daniel menghubunginya beberapa kali, tetapi panggilannya selalu ditolak."Ayah, Morgan bukan anak kecil lagi, dia akan pulang kalau memang ingin pulang. Kalau nggak, jangan diambil pusing," kata Maxime dengan tenang."Bicara apa kamu ini. Malam Tahun Baru harusnya jadi reuni keluarga, mana bisa dibenarkan kalau Morgan nggak pulang?" tegur Daniel.Di sampingnya, Joanna menyuapi Leo makanan pendamping ASI de
Setelah makan sampai kenyang, semua orang duduk bersama dan mengobrol cukup lama.Ketika tiba waktunya untuk tidur di malam hari, Sophia dan Diego tidur secara terpisah.Namun, Erna berpikiran sangat terbuka. "Kalian berdua akan menikah, nggak masalah kalau tidur di satu kamar.""Apa boleh begini?" Sophia sedikit tidak percaya.Dia pernah menjalin hubungan, tetapi Erna selalu menyuruhnya untuk menjaga diri dan tidak melakukan hubungan badan atau apa pun sebelum mereka menikah.Sekarang, ibunya ini malah menawarinya tidur dengan Diego?"Tentu saja boleh, masyarakat sekarang sudah nggak seperti dulu lagi," kata Erna sambil tersenyum.Zaman sudah berbeda. Sekarang, kondisinya dan suaminya sudah seperti ini, jadi Sophia harus mempertahankan pria sebaik Diego."Tapi ...." Sophia masih ragu, merasa ada yang aneh dengan kedua orang tuanya.Erna mendorongnya ke kamar Diego. "Sudah, masuk sana. Ayahmu sudah ingin menggendong cucu."Kata-kata itu membuat Sophia makin tidak percaya.Dia didorong
"Apa kakakmu sudah menikah?" Erna bertanya, mengambil alih pembicaraan.Para wanita biasanya khawatir akan memiliki seorang kakak ipar yang terlalu mendominasi di dalam keluarga mertua."Sudah menikah dan punya beberapa anak," kata Diego dengan jujur."Oh, begitu rupanya." Mata Erna tertuju pada Robi.Robi tidak basa-basi lagi dan bicara langsung pada intinya, "Diego, sejujurnya sejak bertemu denganmu, kami merasa kamu anak yang baik.""Hanya saja, kami nggak tahu bagaimana pendapatmu tentang Sophia ...."Sebelum Robi sempat menyelesaikan kalimatnya, Diego mengambil alih pembicaraan, "Aku sangat menyukai Sophia dan aku pasti akan memperlakukannya dengan baik di masa depan."Sophia menyantap makanannya dengan menunduk tanpa berkata apa-apa.Meskipun ini adalah kalimat yang telah mereka bicarakan dan sepakati, dia masih agak malu ketika mendengar ada seorang pria mengatakan bahwa dia mencintainya dan akan memperlakukannya dengan baik.Melihat Sophia bersikap seperti itu, Robi dan Erna ma
Ketika Robi dan Erna mendengar bahwa orang tua Diego sudah meninggal dunia, mereka menatapnya dengan kesedihan di matanya."Orang tuamu seharusnya belum terlalu tua, kenapa mereka bisa meninggal?"Diego berkata dengan jujur, "Ayah mengalami kecelakaan mobil dan ibu meninggal karena kanker."Mendengar ini, Erna makin merasa tidak tega kepada Diego."Anak baik, jangan sedih. Mulai sekarang, kami akan jadi keluargamu."Diego mengangguk berulang kali. "Ya."Sophia berdiri di samping, melihat keakraban Diego dan kedua orang tuanya. Pembicaraan ini seakan dia dan Diego benar-benar bersama."Ayah dan Ibu, kalian bicara dulu saja, aku akan menyiapkan makanan," kata Sophia.Diego langsung berdiri. "Sophia, aku akan membantumu. Om, Tante, kalian istirahat dulu saja.""Ya."Senyum di wajah Erna dan Robi belum hilang sejak mereka melihat Diego.Ketika putri mereka dan Diego pergi ke dapur untuk memasak bersama ....Erna tidak bisa menahan diri lagi dan berkata, "Diego anak yang sangat baik, tampan
Robi langsung bertingkah seperti orang yang sangat bersemangat. "Aku dan Ibumu merasa makin bersemangat akhir-akhir ini. Sepertinya setelah kita kembali untuk merayakan Tahun Baru, kita nggak perlu lagi dirawat di rumah sakit."Melihat wajah pucat kedua orang tuanya, Sophia tahu bahwa mereka hanya ingin menghibur dan membohonginya.Namun, dengan momen hangat seperti ini, tentu saja dia tidak akan merusaknya."Hmm, baguslah."Robi berencana untuk menanyakan identitas Diego.Sophia berdiri. "Kita kembali dulu saja dan lanjutkan pembicaraan di sana. Tempat ini terlalu kecil dan nggak ada tempat istirahat. Setelah pulang nanti, aku akan memasak makanan untuk kalian. Kalian bisa bicara dengan Diego pelan-pelan.""Ya, ya, ya."Keduanya mengangguk berkali-kali.Sejujurnya, mereka sangat ingin keluar, tidak ingin terus tinggal di rumah sakit.Namun, penyakit mereka sangat serius. Jika mereka meninggalkan rumah sakit terlalu lama, nyawa mereka mungkin akan jadi taruhannya.Sophia juga mengetahu