Setelah mendengar perkataan ini, Reina pun menggandeng Maxime, memeluknya sambil mengecup bibir Maxime dengan lembut.Reina pikir seperti ini cukup, ternyata Maxime menyambut tindakan Reina. Dia langsung meletakkan sarapan yang tadi dibelinya, menopang kepala Reina dan memperdalam ciumannya.Maxime tidak paham, mengapa di saat mereka berdua melakukan hal seintim ini, dia tidak melihat gejolak emosi di mata Reina.Maxime yang gemas pun menggigit bibir Reina.Reina mengernyit kesakitan dan mencoba mendorong Maxime menjauh. Sayang, Maxime malah mempererat pelukannya.Reina pun balas menggigit Maxime, keduanya baru berhenti setelah merasa rasa darah.Dengan napas yang tersengal-sengal, Maxime meletakkan telapak tangannya yang besar di wajah mungil Reina sembari berkata, "Tatap aku dan panggil namaku."Reina mendongak, dia menatap bibir merah merona Maxime yang digigitnya tadi."Max."Tatapan Reina terlihat sangat tenang, tidak lagi penuh gairah dan devosi seperti Reina yang dulu.Hati Maxi
Di dalam kamar itu ada banyak sekali barang peninggalan ayah Reina. Salah satunya ada sebuah lukisan yang dilukis ayah Reina sendiri untuknya.Setelah ayahnya meninggal tahun itu, ibunya, Treya dan adik laki-lakinya tidak bisa mengelola perusahaan dengan baik. Pada akhirnya mereka harus melelang semua barang berharga milik keluarga.Dalam kepulangannya kali ini, Reina juga berusaha sekuat tenaga untuk menemukan barang peninggalan ayahnya, terutama lukisan ini.Dalam lukisan itu ada sosok Reina yang masih berusia 10 tahun. Reina mengenakan gaun putih dan duduk di balkon sambil memegang karangan bunga besar dan tersenyum begitu cerah.Reina berjalan selangkah demi selangkah sambil mengingat sosok ayahnya, tatapannya tidak pernah lepas dari lukisan itu.Reina mengingat wajah ayahnya yang begitu lembut saat melukis dirinya.Reina mengulurkan tangan dan menyentuh lukisan itu dengan lembut, lalu berujar dengan tercekat, "Kukira nggak bisa ketemu lukisan ini lagi selamanya."Karena lukisan in
"Duar!" Kembang api yang begitu terang menghiasi langit.Di samping Reina ada sepasang kekasih, di saat ini si gadis itu meraih tangan pacarnya dan berkata, "Kita harus bersama selamanya ya."Reina yang berada di belakang mereka tiba-tiba ingin pacaran.Sejak dia jatuh cinta pada Maxime, Reina menolak semua cinta pria di sekitarnya. Reina yang belum pernah pacaran langsung menikah dengan Maxime, jadi dia tidak tahu rasanya pacaran.Sambil menatap langit yang gelap, mata Reina tertutup kabut air mata dan dia berkata dalam hati, "Ayah, aku menyesal.""Aku menyesal menikahi Maxime, kenapa waktu itu aku bersikeras memilih seseorang yang nggak cinta sama aku."Pukul setengah sembilan, pertunjukan kembang api berakhir.Kerumunan pun bubar.Ketika Ekki pergi untuk menjemput Reina, Ekki melihat Reina berdiri sendirian di tepi sungai. Reina terlihat sangat kesepian.Ekki teringat dengan kata-kata tunangannya kemarin lusa, "Kalau kamu mencintai seseorang, harusnya kamu harus memberinya rasa aman
Di Vila Magenta.Setelah Reina menutup telepon dengan Alana, giliran Revin yang meneleponnya.Reina langsung mengangkatnya dan mendengar Revin berkata, "Hari ini aku menyuruh orang membawa Roy menemui Marshanda lagi."Jantung Reina berdetak kencang, jangan-jangan Marshanda memang benar-benar disakiti Roy?"Kamu tahu nggak ternyata Marshanda mau membunuh Roy. Kalau bukan karena anak buahku, Roy pasti sudah mati."Revin memberi tahu Reina bahwa dia membuat rencana supaya Roy mengetahui sifat asli Marshanda.Tapi pria bodoh itu tidak pernah mau memercayainya, bahkan hari ini Roy sengaja pergi ke rumah Marshanda.Awalnya Marshanda berpura-pura menyambut Roy dengan tulus, lalu wanita itu diam-diam memberinya obat tidur. Setelah Roy tertidur, Marshanda menyalakan gas supaya penyebab kematian Roy dianggap sebagai kecelakaan yang tidak disengaja.Sayangnya, Roy ditemukan dan ditolong oleh anak buah Revin.Marshanda sangat ketakutan sehingga dia mulai melukai dirinya sendiri. Marshanda bahkan m
"Jangan khawatir, biar aku yang urus," kata Revin.Erik tahu tindakannya ini percuma, jadi dia tidak terus membujuk Revin. "Hei, aku mau gosip. Tahu nggak si pacar Maxime itu lagi terluka. Kamu heran nggak sih, Maxime itu hebat banget dalam berbisnis, tapi kalau dalam urusan cinta mah, ah payah. Masa dia malah milih perempuan murahan begitu?""Aku nggak tertarik." Revin menjawab acuh tak acuh.Erik sadar dia sudah salah bicara, karena wanita pilihan Maxime bukan hanya Marshanda sebagai pacarnya, tetapi ada Reina juga, wanita yang dicintai Revin.Erik langsung mengubah topik, "Rencananya kamu mau pulang kapan?"Revin menatap ke luar jendela dengan tatapan yang dalam, "Nanti."Erik makin khawatir. Anggota Keluarga Lander lainnya yang tamak sedang mengawasi pergerakan Revin. Kalau Revin terlalu lama berada di Kota Simaliki, takutnya hak waris Keluarga Lander jatuh ke tangan orang lain....Di rumah sakit.Marshanda terbaring lemah dengan perban melilit lehernya dan wajahnya terlihat pucat
Dengan mata yang memerah, Maxime menggeledah seisi rumah seperti orang gila.Setelah membuka beberapa kamar dan tidak menemukan Reina, Maxime pun mengambil ponselnya dan hendak menyuruh orang untuk pergi menghalangi Reina yang mungkin ada di bandara. Untung saja Maxime pergi ke halaman belakang, dia mendapati Reina sedang duduk di kursi kosong. Hatinya yang tadi terasa sangat tegang pun langsung rileks.Reina menikmati angin sepoi-sepoi di luar karena tidak bisa tidur. Saat ini dia juga melihat sosok Maxime yang datang dengan sedikit panik.Reina pikir malam ini Maxime tidak akan pulang.Setelah saling bertatapan beberapa saat, Maxime berjalan menghampiri Reina dan memeluknya.Di bawah cahaya redup, Reina tidak sadar kalau mata Maxime saat ini memerah dan tidak tahu betapa cemasnya Maxime."Kenapa jam segini nggak ada di kamar?" tanya Maxime dengan suara serak.Reina merasa pertanyaan Maxime aneh."Kenapa jam segini aku harus ada di kamar?"Maxime tercekat.Maxime tidak tahu harus menj
Maxime membuang gengsinya jauh-jauh, lalu menangkup wajah Reina dan langsung menciumnya.Saat ini baru Reina sadar tangan Maxime terluka dan masih mengeluarkan darah.Reina tidak merasa bersalah, malah berusaha menghindarinya."Kamu lupa tadi aku bilang apa? Janji di antara kita nggak berlaku lagi."Bibir Maxime jatuh ke sisi wajah Reina, napasnya sudah terengah-engah.Maxime berusaha menjelaskan, "Aku berutang pada Marshanda dan aku harus membayarnya kembali."Berutang pada Marshanda ....Reina tercekat dan membalas, "Kalau gitu, memangnya kamu nggak merasa utang sama aku?"Marshanda menyelamatkan nyawa ibu Maxime.Sedangkan Reina juga telah menyelamatkan Maxime, kenapa Maxime berlaku tidak adil padanya?Maxime tidak tahu maksud Reina yang sebenarnya. Dia pikir utang yang Reina maksud adalah tentang sikap dinginnya selama pernikahan mereka."Aku janji mulai sekarang akan membangun hidup yang lebih baik sama kamu."Ini adalah pertama kalinya Maxime berkompromi dengan orang lain.Kalau
Akun Maxime diblokir? Ini pertama kalinya dalam sejarah.Ekki tidak menyangka Maxime akan langsung mengangkat telepon pagi-pagi buta begini."Sudah tahu siapa pelakunya?" Maxime hanya terkejut sesaat."Belum."Ekki terdiam sejenak, lalu berkata, "Ini terlalu tiba-tiba, kita tidak ada persiapan jadi waktu ketahuan, uangmu sudah hilang."Anehnya, orang yang memblokir akun Maxime hanya mengambil 7 triliun.Dengan keberanian dan keterampilan seperti itu, kenapa si pencuri tidak langsung meretas bank? Kenapa dia hanya memblokir akun Maxime? Kejadian ini seolah-olah menunjukkan pelakunya sengaja mengincar Maxime."Aku beri kamu satu hari untuk membereskan masalah ini."Maxime langsung menutup telepon.Sebenarnya tidak sulit untuk meretas akun seseorang, yang sulit adalah bagaimana cara mentransfer uangnya.Yang hilang dari rekening Maxime hanya berupa saldo, bukan berarti uang sebanyak itu berhasil ditransfer.Meski benar-benar hilang sekalipun, uang itu hanya seperti setetes air bagi Maxime
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba