Selama ini, di dalam penjara Syena tersiksa karena bawahan yang di perintah Vior.Dia tidak bisa makan atau tidur nyenyak setiap hari."Urusan apa?" tanya Sisca."Aku cuma mau ngasih tahu sesuatu ke Reina, suruh dia ke sini." Syena tidak rela Reina bisa hidup enak di luar.Sisca mengernyit, "Oke aku sampaikan, tapi aku nggak jamin dia akan datang."Setelah itu Sisca langsung keluar.Di luar, Sisca menceritakan semua yang dikatakan Syena pada Reina.Reina sudah menduga Syena tidak akan memberikan hak asuh Talitha pada orang lain."Sepertinya kamu Cuma bisa minta sama Morgan.""Ya." Sisca pun berkata pada Reina, "Ngomong-ngomong, Syena bilang dia mau ketemu kamu, katanya ada yang mau dia kasih tahu.""Apa?" tanya Reina spontan."Aku sudah tanya, tapi dia menolak memberitahuku dan minta kamu langsung ke sana," jawab Sisca.Reina terdiam sejenak.Sisca menambahkan, "Kayaknya sih dia nggak mungkin punya niat baik ya. Reina, kamu harus hati-hati kalau ketemu dia.""Ya jangan khawatir, aku ta
Keesokan harinya.Maxime dan Reina menemui Syena.Reina minta Maxime menunggunya di luar, dia masuk sendirian.Reina sangat terkejut melihat rupa Syena saat ini.Wajah Syena penuh memar dan bekas luka. Rambut panjangnya berantakan bahkan ada bagian yang pitak.Ketika melihat Reina, tatapan Syena penuh kebencian.Reina juga tidak mengerti apa yang terjadi pada Syena. Reina duduk di hadapan Syena, menatapnya dan bertanya, "Kamu bilang mau ngasih tahu sesuatu ke aku? Apa?"Syena menatap Reina, wanita yang dari dulu sampai sekarang tidak berubah. Syena pun mengepalkan tinjunya.Syena menarik napas dalam-dalam lalu berkata, "Kamu tahu nggak asal usul Talitha?"Reina tercengang.Apa maksud Syena?"Apa maksudmu?""Kukasih tahu ya, ini semua ulah kejam Morgan demi balas dendam buat kamu."Syena tahu hubungan antara Reina dan Morgan tidak biasa.Sekarang hidup Syena bagai neraka, tentu dia tidak rela kalau Reina bisa hidup dengan baik, apalagi Morgan.Bukannya Morgan sangat peduli pada Reina?S
Vior berdiri tidak jauh dari Maxime. Ketika melihat Reina, dia buru-buru berlari menghampiri Reina."Kak Nana, kamu nggak diapa-apain Syena 'kan, ngomong apa dia?"Melihat Vior panik, Reina pun langsung mengerti.Namun Reina tidak bertanya, apalagi mengungkit masalah itu."Nggak, dia cuma minta aku melepaskannya."Vior adalah sepupu Reina dan hampir dibunuh oleh Syena.Jadi wajar kalau Syena disiksa Vior. Vior hanya balas dendam demi Reina.Reina tidak akan marah pada Vior karena sudah mengambil tindakan terhadap Syena.Vior menghela napas lega, tadinya dia khawatir Reina akan marah karena dia sudah menyerang Syena."Kalau nggak ada yang penting, nanti lagi nggak usah ke sini. Orang kayak dia bisa saja punya niat jahat."Reina mengangguk, "Aku tahu, jangan khawatir, dia nggak akan nyakitin aku."Setelah itu, Reina menambahkan, "Kamu balik ke kantor ya, sekarang masih jam kerja lho."Vior tersipu dan menggaruk kepalanya."Oke, aku balik sekarang. Nanti aku lembur deh buat gantiin."Vior
"Nana, terima kasih banyak ya." Sisca berterima kasih dengan tulus."Nggak apa-apa. Jangan buru-buru bilang terima kasih, 'kan belum tahu bakal berhasil apa nggak."Reina penasaran kenapa Morgan ingin bertemu dan bicara dengannya.Setelah menutup telepon, dia menceritakan hal ini pada Maxime.Maxime tahu, kalau Reina sudah ambil keputusan, tidak bisa diganggu gugat."Kalau gitu aku temenin.""Oke."Reina menghubungi Morgan.Lalu, Morgan mengiriminya alamat.Ketika Reina melihat alamatnya, matanya sedikit bergetar.Tempat ketemu yang dipilih Morgan berada di tepi danau kecil dekat kediaman utama Keluarga Sunandar. Reina masih ingat waktu masih kecil, saat dia akan menyelinap keluar, dia akan menemui Morgan di sini."Oke," balas Reina.Di sisi lain, Morgan sedang duduk di kantor sambil mengetukkan jarinya pelan ke meja.Jess yang sedang bekerja, saat ini juga mengernyit bingung kenapa Morgan menolak permintaan Sisca.Padahal jelas-jelas Morgan tidak menyukai Talitha, kenapa Morgan tidak
Di tepi danau.Reina dan Maxime sampai lebih dulu dan berteduh di sebuah paviliun kecil karena hujan.Maxime berdiri, melihat pemandangan yang familiar dan berkata, "Sebelumnya aku pernah ke sini sama kamu.""Masa?" Reina mengernyit bingung, "Kamu juga pernah ke sini sama aku?""Lupa?" Maxime menoleh menatap Reina dan merasa kecewa.Reina ingin bilang, dia bukan lupa tapi salah ingat orang.Maxime dan Morgan terlihat sama persis. Mungkin waktu itu Reina tidak tahu mana yang Morgan dan mana yang Maxime.Maxime sadar kebingunan Reina, dia tersenyum dan berkata, "Waktu itu kamu dipukul sama teman sekelasmu dan menangis sepanjang jalan. Kebetulan kita bertemu, terus kamu jatuh ke dalam pelukanku dan cerita kalau kamu habis ditindas.""Aku bahkan mukul balik teman-teman kamu itu dan membuat mereka pindah ke sekolah lain."Reina perlahan ingat masalah ini setelah diungkit Maxime."Jadi itu kamu ...."Pantas saja, Reina merasa Maxime agak aneh hari itu.Maxime yang Reina temui biasanya selalu
"Kak Maxime, Nana."Morgan yang sudah berjalan sampai di dekat paviliun pun memanggil mereka berdua.Reina dan Maxime menoleh menatap Morgan."Ya," sahut Maxime, lalu dia berbisik pada Reina, "Kalau terjadi sesuatu, langsung kasih tahu aku ya. Aku tungguin kamu di sini.""Oke."Maxime berjalan keluar dari paviliun.Morgan memegangi payung Reina."Terima kasih." Reina mengucapkan terima kasih dengan sopan, lalu mundur selangkah dan menjauh dari Morgan.Morgan melihat semua gerakan kecil Reina dan tidak berkata apa-apa.Reina langsung berkata, "Sisca itu teman baikku. Dia nggak bisa hamil dan sangat ingin mengadopsi Talitha. Kamu setuju saja ya, Talitha dia adopsi dia?"Morgan mengencangkan cengkeramannya pada payung di tangannya saat melihat Reina begitu tidak sabar berhadapan dengannya. Morgan tidak menjawab Reina dan malah melihat sekeliling."Kita sudah lama nggak ke sini, 'kan?"Reina mengangguk, "Ya.""Kamu tahu nggak belakangan ini aku sering mimpiin masa kecil kita?" Morgan menam
Reina menoleh menatapnya, "Jess?"Jess langsung mendatanginya, "Apa Pak Morgan menolak permintaanmu?"Reina mengangguk, "Ya."Jess juga tidak menyangka, "Kenapa dia begitu ya? Sebenarnya apa salah Talitha ke dia?""Begitulah, kita nggak tahu isi hati seseorang," sahut Reina.Jess menggenggam tangan Reina dan berkata, "Menurutku Pak Morgan punya pertimbangan sendiri, Nona Reina jangan salahkan dia. Nanti aku ngomong sama dia dan pasti cari cara agar Nona Sisca bisa mengadopsi Talitha."Jess juga sering menjenguk Talitha.Talitha sangat lucu dan bijaksana, tidak seharusnya anak seperti Talitha jadi anak yatim piatu tanpa ada yang mencintainya."Terima kasih ya."Kemudian Reina berkata pada Jess, "Tapi sepertinya dia nggak punya pertimbangan lain sih. Jess, aku ingetin ya, jangan sampai tertipu sama dia."Wajah Jess mematung, dia tidak mengerti."Pak Morgan memang agak keras kepala, tapi dia bukan orang jahat."Dulu, Reina juga berpikiran sama.Jess masih ingin mengucapkan sesuatu, tetapi
Jess baru ingat, sekarang adalah waktu kerja.Dia langsung memesan makanan untuk Erik, lalu menatap Erik dengan sungkan, "Aku harus balik ke kantor."Erik menatap Jess dengan sedih, "Kamu mau ninggalin aku sendirian di rumah sakit? Dokter bilang, aku harus dirawat di rumah sakit untuk observasi selama dua tiga hari, takut ada luka dalam yang belum ketahuan."Jess pun mengatur jadwalnya."Nanti abis kerja, aku ke sini.""Terus aku makan dan mandinya gimana?" tanya Erik.Jess berpikir sejenak, "Bisa, nanti aku ambil cuti dua hari buat jagain kamu."Baru akhirnya Erik merasa puas, tapi dia masih bertanya, "Terus nanti si Morgan bakalan marah nggak?"Jess menggeleng, "Harusnya sih nggak, aku belum pernah cuti kok dari dulu. Lagian, aku 'kan cuti karena kamu kecelakaan, ini masalah besar."Tadi sebelum ke sini, Jess sudah berniat ambil cuti untuk mengurus Erik.Erik adalah tunangannya, selain keluarganya sendiri, mulai sekarang Erik adalah orang paling penting bagi Jess."Jess, kamu baik ba
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba