Jess langsung kembali ke rumah sakit, tetapi sebelum sempat masuk ke kamar rawat Erik, dia mendengar percakapan dari dalam.Jess tidak bermaksud menguping, tapi dia mendengar nama Morgan.Jess spontan terpaku dan tidak jadi mengetuk pintu."Apa Morgan melakukan hal ini buat balas dendamnya si Maxime?""Nggak mungkin, hubungan si Morgan itu nggak baik sama si Maxime," ucap Erik pada lawan bicaranya, "Kali ini aku lengah sih, aku nggak nyangka bakal ketemu penjahat licik kayak dia yang bakal nyuruh orang buat nabrak aku."Jess langsung tercengang saat mendengar ucapan Erik.Sopir taksi yang menabrak Erik ... orang suruhan Morgan?Benarkah Morgan yang melakukannya?Tapi kenapa?"Ya ... kayaknya kita juga nggak bisa ngapa-ngapain sih kali ini. Ya sudah aku pulang dulu ya, kalau ada apa-apa langsung kabarin aku ya."Orang yang bicara dengan Erik adalah temannya.Saat Jess mendengar teman Erik akan keluar kamar, dia langsung mencari tempat untuk sembunyi.Setelah orang itu pergi, Jess menung
Jess tahu Erik berkata seperti ini untuk menghiburnya."Ya." Jess mengangguk. Meski begitu, dia langsung teringat ucapan Reina hari ini juga sikap buruk Morgan.Mungkin karena dulu Jess terlalu terobsesi dengan Morgan, atau karena selama mereka di luar negeri Morgan selalu dalam keadaan sakit.Jadi, selama ini Jess hanya melihat sisi baik Morgan, tetapi sekarang, dia perlahan-lahan menyadari Morgan berbeda dan itu tidak sesederhana yang terlihat di permukaan."Sudah, nggak usah dibahas lagi." Erik bisa melihat Jess sedikit tidak senang, jadi dia langsung mencari topik lain.Jess pun tidak lanjut membicarakan masalah ini....Di sisi lain, Sisca juga tahu negosiasi Reina tidak berhasil.Sisca kecewa, tapi dia berkata, "Kalau aku nggak bisa mengadopsi Talitha, aku tetap bakal sering mengunjunginya."Reina tidak tahu harus berkata apa.Sisca berkata, "Eh, Nana kamu tahu nggak? Aku tahu si Cath ada dimana.""Cepat banget?" tanya Reina."Menurut aku malah lama banget aku baru tahu." Saat in
Ibu Carlos masih bisa berpikir jernih. Waktu melihat Cath hampir kehabisan napas, dia langsung membujuk putranya."Carlos, cepat lepaskan dia, jangan sampai dia mati di tanganmu."Carlos tersadar dan langsung menghempaskan Cath.Cath terhempas ke lantai dengan keras hingga terbatuk berulang kali.Carlos sudah tidak punya rasa kasihan pada Cath. Dia menghampiri Cath dan menendangnya, "Aku tanya sekali lagi, di mana uangnya?"Cath terbatuk sambil menggeleng, "Beneran ... Uhuk! Uhuk! Sudah ... dicuri."Carlos terlalu malas terus bicara dengan Cath, jadi dia minta bantuan ibunya untuk menggeledah seluruh ruangan untuk memastikan apa Cath membohonginya atau tidak.Sayangnya, setelah mencari lebih dari setengah jam mereka tidak menemukan apa pun.Saat ini Cath sudah lebih tenang, wajahnya berlinang air mata."Aku nggak bohong, benar-benar sudah dicuri, kalau nggak aku sudah terbang ke luar negeri.""Kurang ajar!" Carlos menendangnya lagi.Ibu Carlos hanya bisa menuding Cath, "Bahkan meski ka
Sisca menutup telepon dan bersiap untuk istirahat.Namun ponselnya berdering lagi, telepon masuk dari nomor yang tidak dikenalnya.Sisca mengangkat telepon itu sambil mengernyit bingung."Sisca? Ini Sisca bukan?"Suara Ibu Carlos terdengar.Ibu Carlos sudah memblokir kontak Sisca setelah Sisca dan Carlos bercerai.Sekarang dia meminjam ponsel orang lain untuk menelepon Sisca.Supaya Sisca tidak langsung menutup telepon, ibu Carlos-lah yang menghubungi Sisca.Sisca mengernyit, "Ya.""Oh syukurlah, akhirnya Ibu bisa menghubungimu. Sisca, kapan kamu punya waktu? Ayo main ke rumah kami, nengok Ibu." Ibu Carlos berusaha sekuat tenaga untuk terdengar baik.Sisca merasa geli, "Nyonya, apa Anda lupa kalau aku dan anakmu sudah cerai? Ibuku bukan kamu."Ucapan sinis Sisca membuat ekspresi ibu Carlos berubah.Namun kini, nasib Keluarga Winston bergantung pada Sisca.Ibu Carlos hanya bisa menahan rasa malu dan berujar dengan sabar yang dibuat-buat, "Sisca, Carlos-lah yang duluan mau selingkuh, dar
Ibu Carlos menelepon lagi, tetapi tidak dapat tersambung.Carlos langsung bertanya, "Gimana?""Sisca ini mau mutusin hubungan dengan kita." Ibu Carlos terlihat sangat kesal.Cosco ikut terlihat kesal, "Papa, Nenek, aku mau pulang. Aku mau mainan pesawat, kapan kita bisa pulang?"Carlos juga terlihat tidak sabar, "Jangan bikin masalah, emangnya kamu nggak lihat di rumah sekarang lagi ada masalah?"Cosco tidak terlalu peduli."Aku mau makan kue coklat buatan Bibi Indah, cepat suruh Bibi Endah balik."Setelah Keluarga Winston bangkrut, Carlos memecat Indah, pembantu mereka.Ibu Carlos langsung membujuk cucu kesayangannya, "Cucuku sayang, tunggu sebentar lagi ya. Nanti kami minta Bibi Endah buat balik dan bikinin kue coklat untukmu.""Nggak, aku maunya sekarang ... " Karena sudah terbiasa dimanja, Carlos pun terus merengek."Makan! Makan! Makan! Kamu cuma tahunya makan aja, mau kupukul?" bentak Carlos.Ini adalah pertama kalinya Cosco dimarahi oleh ayahnya, dia langsung berhenti menangis,
Begitu masalah Syena terungkap, banyak orang mengetahuinya termasuk Marshanda yang sedang bersembunyi di rumah.Selama ini Marshanda hidup seperti tahanan karena takut dituntut. Hati kecilnya juga sedang menyiapkan diri, dia takut sekali suatu hari Reina dan Maxime akan memberikan pelajaran padanya.Marshanda tidak sadar, Reina memang sengaja melakukan ini untuk membuatnya ketakutan setiap hari.Setelah Reina selesai menyelesaikan masalah Syena, dia juga bertanya pada Deron bagaimana keadaan Marshanda akhir-akhir ini.Deron memberitahunya bahwa Marshanda bersembunyi di rumah kontrakan dan tidak berani keluar kecuali untuk mengambil makanan untuk dibawa pulang setiap hari."Sepertinya sekarang dia cukup baik-baik saja," ucap Reina.Marshanda sudah mencelakai Reina dengan kejam dan hampir melukai Alana.Reina tidak akan melepaskan Marshanda begitu saja."Sudah waktunya membiarkan dia menjalani kehidupan yang sesungguhnya. Nggak bisa aman damai lagi," ucap Reina.Deron mengerti maksud Rei
"Nana, aku sadar aku sudah salah. Tolong bantu aku." Marshanda meraih tangan Reina dan menatap Reina penuh harap, "Benar-benar nggak ada yang bisa bantu aku lagi. Setelah aku diboikot dari dunia entertainment, aku banyak utang dan seumur hidup aku nggak bisa lunasin itu semua."Reina menatap Marshanda dengan tenang, "Kenapa kamu mikir aku mau bantuin kamu lunasin utang?"Marshanda tercengang.Selama ini, Marshanda terus bermimpi tentang masa lalu.Dia bermimpi ketika hubungannya dengan Reina masih sangat baik. Waktu itu Reina begitu baik padanya, Reina akan melindungi Marshanda dari orang-orang yang menindasnya dan selalu membantu Marshanda tanpa syarat.Ayah Reina juga sangat baik padanya. Bukan hanya membiayai studinya, tetapi juga mengizinkannya bersekolah di sekolah yang sama dengan putrinya, Reina.Terkadang saat terbangun dari mimpi, Marshanda merasa segala sesuatunya sekarang terasa aneh."Nana, aku sangat menyesal. Seharusnya aku nggak melakukan begitu banyak hal yang menyakiti
Saat ini ada seseorang yang menatap Marshanda dengan tajam.Marshanda juga bisa merasakan tatapan tajam itu. Dia menoleh dan beradu pandang dengan mata gelap Jovan.Jovan tidak ada pekerjaan hari ini, jadi dia membawa beberapa kliennya untuk makan malam.Saat melihat ketidakberdayaan Marshanda, sorot mata Jovan terlihat angkuh.Marshanda sendiri malah melihat Jovan seperti seorang penyelamatnya. Dia buru-buru merangkak menghampiri Jovan dan menangis tersedu-sedu, "Jovan!"Marshanda bergegas menghampiri Jovan.Tapi pengawal di sekitar Jovan langsung menghentikan Marshanda.Wajah Marshanda basah karena air mata, dia masih berteriak, "Jovan! Jovan! Tolong dengarkan aku dulu."Jovan mengernyit.Klien di sampingnya bertanya, "Tuan Jovan, kamu kenal dia?"Jovan mengalihkan pandangannya."Mana mungkin aku kenal wanita kayak itu?""Ya, benar juga." Klien itu langsung tertawa dan minta maaf, "Aku salah ngomong. Sekali lihat kita juga tahu, wanita ini bukan orang baik. Dia pasti mau menjilatmu."
Daniel mengangguk berulang kali. "Tentu saja, Kak."Setelah mengatakan itu, sebagai orang tua yang baik, dia langsung melangkah mendekati Tommy."Tommy, kalau kamu nggak mau pakai topeng ini, kamu nggak perlu memakainya."Daniel memaafkan Tommy atas nama Riko tanpa menanyakan apa yang terjadi hari itu.Riko mengerti orang seperti apa kakeknya, dia pun tidak marah.Tommy segera melepaskan topeng Siluman Babi itu dari wajahnya. Dia menginginkan topeng Raja Kera, siapa yang menginginkan topeng Siluman Babi.Aarav pura-pura memelototinya. "Tommy, cepat bilang terima kasih sama Kakek.""Terima kasih, Kakek.""Ini bukan apa-apa, nggak perlu berterima kasih," kata Daniel sambil tertawa.Aarav memperhatikan bahwa situasi di sini begitu harmonis dan bahagia, jadi dia mengutarakan tujuan kedatangannya."Max, karena kita keluarga, aku nggak akan basa-basi. Aku dengar IM Grup memiliki proyek di luar negeri yang membutuhkan penghubung? Bagaimana pendapatmu tentang perusahaan kita?"Maxime tahu bahw
"Ayah, kalau Ayah benar-benar ingin berubah, lebih baik bersikap baik pada Ibu dulu, itu yang utama." Maxime mengatakan ini dari lubuk hatinya yang terdalam. "Apa Ayah ingat, saat aku dan Reina ingin bercerai, bukankah Ayah menasihatiku biar nggak cerai dengannya atau aku akan menyesal nantinya.""Saat ini, apa Ayah menyesal?" tanya Maxime.Wajah Daniel sedikit menegang.Dalam hal hubungan dan perasaan, pihak yang menyaksikanlah yang akan sadar lebih jelas.Pada awalnya, dia bisa melihat sekilas bahwa Reina adalah menantu yang baik, dia pun memperlakukan Maxime dengan baik. Jika Maxime menceraikannya, dia pasti tidak akan bisa menemukan orang lain yang akan memperlakukannya dengan baik.Demikian pula, Maxime juga menerapkan situasi ini kepada ayahnya."Sayangnya, aku dan ibumu sudah tua dan berbeda darimu saat itu. Kamu nggak ngerti."Daniel masih tidak bisa melepaskan harga dirinya dengan meminta rujuk.Maxime sadar akan hal ini dan tidak mencoba membujuknya lebih jauh."Oh ya, bagaim
Hidup memang tidak bisa diprediksi.Diego memandang Sophia yang terbaring tidak jauh dari sana melalui cahaya yang redup, tiba-tiba merasa bahwa kehidupan seperti ini tampaknya menyenangkan.Dia memejamkan mata dan memasuki alam mimpi.Pada hari pertama tahun ini, ada kegembiraan di mana-mana.Reina mengajak keempat anaknya membuat boneka salju di halaman rumah, sementara Maxime mengawasi mereka dari jauh.Mereka tampak harmonis.Pada saat itu, sebuah mobil melaju di luar rumah.Morgan duduk di dalam mobil mewah, menyaksikan pemandangan ini dari jauh. Dia tidak merasakan apa pun di dalam hatinya.Simpul di tenggorokannya bergulir pelan saat dia memberi isyarat kepada pengemudi untuk menepi.Saat Morgan turun, Reina juga memperhatikannya.Baru satu atau dua bulan sejak terakhir kali Reina melihatnya, tetapi Morgan terlihat kehilangan sebagian besar berat badannya. Bahkan wajahnya terlihat sangat tirus.Dia dan Maxime adalah saudara kembar, dulu mereka terlihat persis sama. Namun, sekara
Sophia bisa memahami pemikiran keduanya.Di masa lalu, semua orang biasanya pulang ke pedesaan untuk merayakan malam Tahun Baru, di mana kerabat dan tetangga tinggal bersama, berbicara dan mengobrol dengan gembira.Namun, Tahun Baru kali ini mereka harus tinggal di kota karena khawatir penyakit kedua orang tuanya kambuh dan tidak bisa sampai ke rumah sakit tepat waktu."Ya, kalau sudah selesai, kalian harus tidur." Sophia membujuk keduanya, seakan mereka adalah anak kecil.Erna dan Robi pun bersimpati padanya. Mereka menganggukkan kepala tanda setuju. "Ya."Diego juga menemani di samping, membicarakan tentang acara yang mereka saksikan kepada keduanya."Program-program sekarang nggak sebagus dulu. Sayang sekali, Tahun Baru sudah nggak semeriah dulu," kata Robi pelan.Dia juga tahu bahwa di pedesaan pun demikian. Semua orang bermain dengan ponsel mereka, jadi komunikasi secara langsung pun jadi berkurang."Kalau tahun depan kita pulang kampung, pasti akan lebih meriah," kata Sophia samb
Tahun Baru hampir tiba.Reina menyiapkan banyak kebutuhan Tahun Baru, mengirimkan sebagian untuk kakek dan neneknya.Sebagian lagi, dia tetap menyimpannya di rumah sendiri.Pada malam Tahun Baru.Reina dan Maxime membawa anak-anak mereka kembali ke kediaman Keluarga Sunandar. Pertemuan ini membuat suasana menjadi sangat meriah.Namun, di meja makan, hubungan Joanna dan Daniel agak renggang.Daniel menunjukkan wajah muram. "Max, tolong hubungi Morgan. Katakan padanya bahwa hari ini, di malam Tahun Baru, dia harus kembali."Morgan sudah lama tidak kembali ke kediaman Keluarga Sunandar.Daniel menghubunginya beberapa kali, tetapi panggilannya selalu ditolak."Ayah, Morgan bukan anak kecil lagi, dia akan pulang kalau memang ingin pulang. Kalau nggak, jangan diambil pusing," kata Maxime dengan tenang."Bicara apa kamu ini. Malam Tahun Baru harusnya jadi reuni keluarga, mana bisa dibenarkan kalau Morgan nggak pulang?" tegur Daniel.Di sampingnya, Joanna menyuapi Leo makanan pendamping ASI de
Setelah makan sampai kenyang, semua orang duduk bersama dan mengobrol cukup lama.Ketika tiba waktunya untuk tidur di malam hari, Sophia dan Diego tidur secara terpisah.Namun, Erna berpikiran sangat terbuka. "Kalian berdua akan menikah, nggak masalah kalau tidur di satu kamar.""Apa boleh begini?" Sophia sedikit tidak percaya.Dia pernah menjalin hubungan, tetapi Erna selalu menyuruhnya untuk menjaga diri dan tidak melakukan hubungan badan atau apa pun sebelum mereka menikah.Sekarang, ibunya ini malah menawarinya tidur dengan Diego?"Tentu saja boleh, masyarakat sekarang sudah nggak seperti dulu lagi," kata Erna sambil tersenyum.Zaman sudah berbeda. Sekarang, kondisinya dan suaminya sudah seperti ini, jadi Sophia harus mempertahankan pria sebaik Diego."Tapi ...." Sophia masih ragu, merasa ada yang aneh dengan kedua orang tuanya.Erna mendorongnya ke kamar Diego. "Sudah, masuk sana. Ayahmu sudah ingin menggendong cucu."Kata-kata itu membuat Sophia makin tidak percaya.Dia didorong
"Apa kakakmu sudah menikah?" Erna bertanya, mengambil alih pembicaraan.Para wanita biasanya khawatir akan memiliki seorang kakak ipar yang terlalu mendominasi di dalam keluarga mertua."Sudah menikah dan punya beberapa anak," kata Diego dengan jujur."Oh, begitu rupanya." Mata Erna tertuju pada Robi.Robi tidak basa-basi lagi dan bicara langsung pada intinya, "Diego, sejujurnya sejak bertemu denganmu, kami merasa kamu anak yang baik.""Hanya saja, kami nggak tahu bagaimana pendapatmu tentang Sophia ...."Sebelum Robi sempat menyelesaikan kalimatnya, Diego mengambil alih pembicaraan, "Aku sangat menyukai Sophia dan aku pasti akan memperlakukannya dengan baik di masa depan."Sophia menyantap makanannya dengan menunduk tanpa berkata apa-apa.Meskipun ini adalah kalimat yang telah mereka bicarakan dan sepakati, dia masih agak malu ketika mendengar ada seorang pria mengatakan bahwa dia mencintainya dan akan memperlakukannya dengan baik.Melihat Sophia bersikap seperti itu, Robi dan Erna ma
Ketika Robi dan Erna mendengar bahwa orang tua Diego sudah meninggal dunia, mereka menatapnya dengan kesedihan di matanya."Orang tuamu seharusnya belum terlalu tua, kenapa mereka bisa meninggal?"Diego berkata dengan jujur, "Ayah mengalami kecelakaan mobil dan ibu meninggal karena kanker."Mendengar ini, Erna makin merasa tidak tega kepada Diego."Anak baik, jangan sedih. Mulai sekarang, kami akan jadi keluargamu."Diego mengangguk berulang kali. "Ya."Sophia berdiri di samping, melihat keakraban Diego dan kedua orang tuanya. Pembicaraan ini seakan dia dan Diego benar-benar bersama."Ayah dan Ibu, kalian bicara dulu saja, aku akan menyiapkan makanan," kata Sophia.Diego langsung berdiri. "Sophia, aku akan membantumu. Om, Tante, kalian istirahat dulu saja.""Ya."Senyum di wajah Erna dan Robi belum hilang sejak mereka melihat Diego.Ketika putri mereka dan Diego pergi ke dapur untuk memasak bersama ....Erna tidak bisa menahan diri lagi dan berkata, "Diego anak yang sangat baik, tampan
Robi langsung bertingkah seperti orang yang sangat bersemangat. "Aku dan Ibumu merasa makin bersemangat akhir-akhir ini. Sepertinya setelah kita kembali untuk merayakan Tahun Baru, kita nggak perlu lagi dirawat di rumah sakit."Melihat wajah pucat kedua orang tuanya, Sophia tahu bahwa mereka hanya ingin menghibur dan membohonginya.Namun, dengan momen hangat seperti ini, tentu saja dia tidak akan merusaknya."Hmm, baguslah."Robi berencana untuk menanyakan identitas Diego.Sophia berdiri. "Kita kembali dulu saja dan lanjutkan pembicaraan di sana. Tempat ini terlalu kecil dan nggak ada tempat istirahat. Setelah pulang nanti, aku akan memasak makanan untuk kalian. Kalian bisa bicara dengan Diego pelan-pelan.""Ya, ya, ya."Keduanya mengangguk berkali-kali.Sejujurnya, mereka sangat ingin keluar, tidak ingin terus tinggal di rumah sakit.Namun, penyakit mereka sangat serius. Jika mereka meninggalkan rumah sakit terlalu lama, nyawa mereka mungkin akan jadi taruhannya.Sophia juga mengetahu