"Ngawur, mana mungkin aku suka sama wanita kayak dia?" Jovan menyangkal. "Dia itu kekanak-kanakkan, aku nggak akan suka sama dia. Aku cuma takut dia sendirian di tempat asing, nanti malah ditindas orang pula.""Gimana pun juga dia itu istriku, gimana kalau dia sampai ditindas orang lain?"Riko bisa melihat Jovan yang berbohong, tapi dia diam dan tidak mempermalukan Jovan."Oh, kalau gitu Om nggak perlu khawatir. Katanya si Om Ari ikut pergi sama Tante Alana.""Ari?" Jovan memicingkan matanya, "Si aktor itu?""Ya, aktor yang sangat tampan dan sekarang lagi jadi idola," jawab Riko.Suasana hati Jovan tiba-tiba berubah buruk, "Kok mereka pergi bareng? Dari mana Alana bisa kenal dia?""Om Ari itu artis di perusahaan mama. Jadi wajar 'kan kalau Tante Alana kenal? Lagian, kita berdua tahu sifat si Tante Alana, dia paling suka pria ganteng."Kelicikan muncul di mata Riko, "Tante Alana dengar Om Ari pergi ke ibu kota buat syuting video iklan, makanya Tante Alana usul buat pergi duluan.""Om Ar
Melisha masih berpura-pura baik dan membujuk, "Nana jangan khawatir, kami nggak akan mempersulitmu. Kami pasti akan bekerja sama dengan baik dengan Grup Yinandar."Reina langsung berdiri, "Nggak usah bertele-tele, kalau kalian mau mengajukan tuntutan hukum padaku, silakan."Saat hendak pergi, Reina menoleh menatap mereka berdua."Departemen hukum Grup Yinandar akan menghubungi kalian."Setelah itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Reina langsung pergi tanpa menoleh ke belakang.Di ruang rapat, Aarav dan Melisha terlihat sangat kesal.Awalnya mereka pikir kalau mereka menakuti Reina, Reina akan berkompromi, tidak disangka Reina akan begitu tangguh."Ayah, terus sekarang kita harus apa?""Ya kita bisa gimana lagi? Kontrak ini nggak berlaku kok." Aarav mengepalkan tangannya dan menggebrak meja.Dulu dia pikir tanpa ada kehadiran Liane, mereka akan bisa dengan mudah menipu Reina, ternyata semuanya tidak sesederhana itu."Bukannya kita bisa menuntut dia?" tanya Melisha.Aarav memelototiny
Riki tampak bingung dan menarik lengan baju Riko.Riko memberinya tatapan meyakinkan.Mungkin karena kembar, mereka punya hubungan spiritual. Riki membaca sesuatu di mata Riko, lalu menatap Rendy."Om Rendy, aku juga mau."Rendy tidak menyangka segalanya begitu mudah. Dia pun tersenyum lebar."Oke, bawa kedua adikmu sekalian ya.""Nggak usah, adikku masih terlalu kecil untuk makan makanan dingin." Riko langsung menolak.Rendy mengerutkan kening, "Nggak apa-apa, bukannya mereka sudah berumur lebih dari satu tahun?""Masih nggak boleh." Riko berkata dengan wajah serius, "Nanti mama nyalahin kami kalau ngasih mereka makan es krim."Riko tahu Rendy tidak punya niat baik, jadi dia berpura-pura tidak mau pergi, "Kalau kamu ngotot minta adikku ikut, aku minta ijin mama dulu. Kalau mama setuju kita baru boleh bawa mereka.""Ah, nggak usah!" Rendy yang terlalu bersemangat hampir saja membuka kedoknya. Dia langsung menutup mulutnya, "Ya sudah kalian aja yang ikut aku. Mereka memang masih terlalu
Rendy bergegas kembali dengan membawa banyak tisu dan menyerahkannya pada Riko dengan jijik."Nih tisunya, jangan lama-lama ya. Habis itu kita makan es krim.""I ... yaa ...." Riko sepertinya sedang mengejan, lalu berkata, "Oke."Riko mengulurkan tangan untuk mengambilnya.Rendy tiba-tiba merasa tangannya sudah menyentuh sesuatu.Riko langsung memekik, "Oh Om Rendy, maaf! Aku nggak sengaja! Tanganmu jadi kena kotoranku deh."Meski Rendy bukan orang yang menderita mysophobia yang parah, dia tidak terbiasa dengan hal-hal kotor seperti itu sejak kecil.Dia langsung melompat! Menyingkirkan kotoran itu dari tangannya!"Ah!" Rendy langsung berteriak dengan sangat jijik.Riko menahan tawa.Riki menutup mulutnya."Huhuhuhu Om Rendy marah ya sama aku? Maaf, aku benar-benar nggak sengaja." Riko pura-pura minta maaf.Rendy hampir menangis, tetapi dia tidak bisa kehilangan kesabarannya di depan kedua anak itu."Hei, lain kali hati-hati dong! Cepat bersihkan!"Rendy pergi ke mobil, sepertinya dia i
"Brak!" Terdengar suara keras.Tubuh Rendy jatuh ke dalam got di pinggir jalan.Untung mobil Rendy cukup bagus. Meski menabrak tembok, Riko dan Riki selamat dan tidak terluka sedikit pun.Namun Rendy sangat menderita, samar-samar dia bisa melihat cairan keluar dari selangkangannya."Om Rendy ... nggak apa-apa?" Senyuman licik terlihat di wajah tampan Riko, tapi ucapannya penuh perhatian.Rendy bukan hanya ketakutan, dia juga merasa kakinya yang dulu patah dan sudah sembuh, sekarang patah lagi.Keributan ini menarik perhatian para pelayan dan satpam di vila.Satpam langsung menghampiri dan melihat rupa Rendy yang memalukan.Rendy, seorang tuan muda begitu ketakutan sampai kencing di celana?Ya ampun!Untung saja mereka semua bisa bersikap profesional. Mereka menahan tawa dan berlari menghampiri Rendy, "Tuan Rendy, Anda baik-baik saja?"Rendy mengernyit menahan sakit dan keringat membasahi dahinya. Dia melihat ke para satpam yang datang dan berteriak, "Kalian buta ya! Memang aku kelihata
Saat Riki melihat kakaknya mengaku, dia takut Maxime akan menghukum mereka, jadi dia langsung memohon belas kasihan, "Maaf Pa, kami nggak akan ulangi lagi. Jangan salahkan kakak. "Maxime menatap si kembar dengan santai."Kalian nggak perlu minta maaf sama sekali."Kedua anak itu tercengang."Yang kalian lakukan sudah benar. Saat orang lain mau menindasmu, kamu harus melawan. Tapi ..." Maxime terdiam sesaat lalu berkata, "Pertama, kalian masih terlalu kecil. Kalau kalian ketemu hal kayak gitu, harusnya langsung lapor ke aku. Kedua, kalian itu masih terlalu ceroboh dalam bertindak, orang lain bisa melihat maksud kalian."Riko hanya bisa mengangguk, "Kamu benar, kami kurang matang memikirkannya.""Lain kali hati-hati," ucap Maxime.Kedua anak itu serentak mengangguk.Kepercayaan mereka terhadap Maxime kini sudah meningkat ke tingkat yang lebih tinggi.Maxime melihat si kembar yang seperti versi mini dirinya, lalu bertanya, "Memangnya Rendy mau ngapain kalian?"Riko menggeleng, "Sebenarny
"Melisha, maaf, ini semua salahku." Rendy duduk di kursi roda dan keluar dari kamarnya.Melisha kembali menatapnya.Kali ini Rendy merasa sangat bersalah. Sebagai seorang suami dan ayah, dia tidak dapat membantu istri dan anaknya.Melisha sangat membenci Rendy, tapi dia tidak menunjukkannya."Kenapa kamu keluar?" Melisha menghampiri Rendy."Kamu nggak balik-balik ke kamar sih, jadi aku keluar, takut terjadi sesuatu padamu," jawab Rendy.Setelah itu, Rendy meraih tangan Melisha, "Melisha, kayaknya kita harus menyerah.""Hah? Menyerah apa?"Kata 'menyerah' membuat Melisha kembali mengernyit."Sekarang kita sudah punya semua yang kita inginkan. Nggak perlu lah rebutan sama Maxime dan yang lain. Lagian Grup Rajawali 'kan memang dibangun Maxime. Kita 'kan punya warisan dari kakek, cukuplah."Sebagai keluarga kaya, Keluarga Sunandar tentu tidak bergantung pada satu perusahaan saja.Tuan Besar Latief punya banyak uang dan berbagai koneksi.Ekspresi Melisha terlihat dingin, "Kenapa sih kamu ng
"Hahh, aku benar-benar nggak nyangka kamu bakal jadi kayak gini."Kata-kata Melisha mengandung banyak maksud tersembunyi.Dia masih ingat cara Marshanda memamerkan kekuatannya di depan Reina."Marshanda, kamu masih ingat nggak ucapanmu di depan teman-teman Reina dan Maxime, juga di depan wartawan? Bukannya kamu bilang kamu mau merebut Maxime kembali?"Wajah Marshanda langsung memucat."A, aku salah. Aku nggak berani berpikir atau bicara sembarangan lagi."Setelah itu, Marshanda menatap Melisha dengan penuh harap, "Nona Melisha, tolong bantu aku, aku cuma mau hidup kayak orang normal."Melisha sangat kecewa pada Marshanda dan berbalik untuk pergi."Nona Melisha!" Marshanda menyusul Melisha.Melisha berbalik dan membentaknya, "Jangan ikuti aku, atau aku akan kasih kamu pelajaran!"Langkah kaki Marshanda terhenti.Saat Melisha pergi dari rumah Marshanda, perasaannya makin nggak karuan.Kalau Marshanda masih punya semangat juang, dia masih bisa membantu, tapi sekarang sepertinya wanita itu
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba