"Bos, perusahaan besar memang beda banget ya sama perusahaan kecil. Coba lihat peserta rapat tadi, sudah sesepuh semua," kata Sisil yang kaget.Reina juga gugup, "Ya, masih banyak hal yang harus kupelajari.""Iya, tapi hari ini Syena lucu banget."Sisil sangat membenci Syena yang arogan.Reina pulang dan mulai membaca notulensi rapat hari ini.Betapa terkejutnya Reina melihat perubahan besar yang dilakukan Syena di perusahaan dalam beberapa hari terakhir.Syena sudah merombak total perusahaan.Reina diam-diam membuat rencananya sendiri.Meski sudah sangat malam, Sisil tidak ingin pulang."Sisil, sana pulang dan istirahat dulu.""Nggak usah Bos."Sisil tidak ingin pulang begitu teringat sekarang dia masih serumah dengan Deron.Sekarang setiap kali melihat wajah Deron, hati Sisil terasa sangat pedih.Hanya dengan kerja Sisil bisa melupakan semuanya.Barulah Reina ingat sepertinya ada salah paham antara kedua orang ini."Bos, tiap kali ingat Deron, hatiku rasanya sesak." Sisil mengusap uj
Tidak penting?Sisil menjadi semakin sedih, "Kok nggak penting, menurutku penting. Jawab aku, sebenarnya kamu suka aku atau nggak?"Kalau Deron tidak segera menjawab, amarah Sisil pasti meledak.Kalau suka ya suka saja, kalau tidak ya tidak.Pakaian Deron kusut karena terus ditarik Sisil, Deron pun mulai tidak sabar menghadapinya."Nggak."Dulu Deron tidak bisa lihat pribadi orang dengan jelas, tapi sekarang dia yakin Sisil sama dengan tunangannya dulu, jadi mana mungkin Deron menyukainya.Ucapan ini membuat hati Sisil yang tadi terasa hangat, seketika jadi sedingin es."Serius?" Suara Sisil gemetar."Boleh pergi aja nggak sana?" Deron mengusirnya.Sisil berdiri diam, tidak ingin pergi begitu saja."Kamu benar-benar nggak pernah suka sama aku? Terus kenapa kamu mau pacaran sama aku?" Sisil tidak terima."Memangnya kalau pacaran, harus terus bersama? Sebelum pacaran, mungkin kita nggak kenal jelas pasangan kita. Sekarang setelah tahu jelas, aku yakin kita nggak cocok." Setelah menjelask
Perkataan Riki menarik perhatian Deron."Tante Sisil kenapa?""Tante Sisil hebat banget," puji Riki. "Dia itu manis dan pintar berkelahi, pasti banyak pria suka sama dia."Riki sengaja berkata seperti itu.Deron jelas cemburu, terkadang laju mobil mereka terlalu cepat, kadang selambat kura-kura."Serius?""Iya lah. Dulu waktu dia ketemu klien di luar, banyak lho yang suka sama dia." Riki berkata sambil menopang dagunya. "Jadi kalau dibanding Tante Sisil, Om Deron harus berusaha lebih keras. Coba lihat wajah Om Deron yang dingin kayak kulkas gitu, mana ada wanita yang berani deketin Om?""Om 'kan sudah nggak muda, orangtua Om juga mulai mendesak untuk menikah, 'kan?"Bicara tentang orang tuanya, Deron merasa gelisah.Dia menghentikan Riki bergosip, "PR-mu sudah selesai semua belum? Kalau belum, cepat selesaikan."Awalnya Riki masih ingin menggoda Deron, tetapi begitu diingatkan tentang PR, dia langsung mengeluarkan bukunya.Setelah Deron mengantar Riki ke TK, dalam perjalanan pulang dia
Reina juga sangat terkejut. Sisil di toilet selama satu jam lho, kenapa belum keluar juga?Melihat Deron masih menunggu Sisil, Reina pun menelepon Sisil."Sisil, ngapain kamu di toilet? Lama banget?"Sisil menjawab ragu-ragu, "Apa Deron sudah pergi?"Reina tidak mengerti maksudnya, "Belum, kenapa?""Kalau gitu mendingan aku tetap di toilet deh. Nanti aku keluar kalau dia sudah pergi." Sisil benar-benar tidak ingin menghadapi pria yang disukainya.Akhirnya Reina paham kenapa Sisil tidak kunjung keluar dari toilet."Sisil, justru dia di sini buat nungguin kamu. Cepat keluar," kata Reina."Dia nungguin aku?" Sisil mengernyit bingung, lalu menggeleng, "Nggak usah deh, suruh dia pergi aja."Sisil tidak ingin terluka lagi."Kamu nggak mau nanya kenapa dia mau ketemu kamu?" Reina bertanya."Nggak usah, aku nggak mau mikir apa-apa sekarang." Sisil menghela napas dan bersembunyi di pojok sendirian.Reina juga sudah mendengar cerita mereka kemarin."Mau aku tanyakan nggak?"Reina merasa, seperti
Dalam rekaman yang dibawakan Deron, terdengar jelas Syena akan bergabung dengan rival bisnis untuk memfitnah Grup Yinandar, bahkan merusak saham Grup Yinandar.Reina benar-benar tidak menyangka Syena akan begitu kejam.Reina tentu saja harus menemukan cara untuk mencegah hal ini.Kantor Rizki ada di sebelah kantornya, Rizki sering masuk ke kantor Reina untuk menanyakan apa ada yang bisa dia bantu, dia khawatir Reina diintimidasi para eksekutif senior perusahaan.Reina sudah tahu perbuatan Rizki padanya dan Riko, jadi Reina bersikap dingin padanya.Rizki bisa melihat dendam Reina terhadapnya. Alasan kenapa dia bisa bertahan di perusahaan adalah berkat toleransi Reina.Rizki tidak meminta lebih, dia hanya ingin melindungi Liane sekeluarga dari balik layar.Saat ini, di rumah sakit.Kondisi Liane tidak terlalu optimis, dia hanya bangun beberapa jam saja dalam sehari, sisanya dia hanya bisa tidur.Sesekali dia juga menjenguk putri Syena, dia merasa kasihan pada anak itu."Syena nggak jengu
"Syena, tolong urus administrasi biar Ibu bisa pulang dari rumah sakit," ucap Liane.Syena adalah putri yang sudah dia besarkan selama ini, meski bukan putri kandung, tetap saja ada perasaan yang terjalin antara keduanya. Liane ingin melihat, apa Syena sungguh sekejam itu padanya?Ekspresi Syena langsung berubah, "Oke, aku urus sekarang."Setelah itu, Syena menatap sekretaris Liane dengan bangga."Bu Lisia, aku itu lebih memperhatikan pada kesehatan ibu daripada kamu. Kalau ibu ikut aku pulang, dia pasti lebih cepat sembuh."Ekspresi Lisia berubah dan hanya bisa menatap Syena yang pergi dengan bangga.Setelah Syena pergi, Lisia pun bertanya pada Liane, "Bu Liane, Anda belum boleh pulang."Entah mengapa Lisia merasa pasti ada hal buruk yang terjadi jika Liane pulang.Jelas-jelas Liane sudah rutin melakukan pemeriksaan dan mendapat perawatan terbaik, tapi kondisi Liane terus memburuk. Apalagi dokter bilang kemungkinan dari makanan, Lisia pun curiga.Liane tahu kekhawatiran Lisia, dia men
Ternyata tidak semua karyawan Grup Yinandar itu orang biasa. Ada seorang perempuan yang jumlah pengikutnya di media sosial mencapai jutaan orang.Perempuan itulah yang merekam dan mengunggah semua perkataan Syena."Padahal kami juga nggak mengobrol sama sekali waktu jam kerja," lanjut perempuan itu tanpa rasa takut. "Paling pas jam makan siang.""Status kami di sini 'kan karyawan, bukan budak. Masa kami nggak berhak mengobrol?""Pemimpin perusahaan saat ini benar-benar nyeremin."Sementara itu, kedua rekannya yang lain hanya memiliki beberapa orang pengikut, tetapi mereka tetap mengunggah video pernyataan Syena.Amarah para pengguna media sosial langsung tersulut."Wah, ternyata ada juga kejadian kayak gitu di perusahaan sebesar itu!""Bukannya sudah ada kontrak yang mengikat? Masa mereka main dipecat sepihak cuma gara-gara ngobrol?""Di dunia ini memang ada orang yang meremehkan hukum! Lebih baik si pelapor mengajukan tuntutan atau melaporkan perusahaan itu."Saat melihat komentar itu
"Kalau kamu nggak mau minta maaf, Tante juga nggak bisa apa-apa," kata Naria dengan dingin. "Biar Tante telepon Nana dan memintanya menyuruh departmen personalia untuk minta maaf atas namamu. Tapi, kamu nggak boleh kembali ke perusahaan untuk sementara waktu."Pernyataan Naria ini sangat jelas menyatakan bahwa perusahaan akan mengorbankan Syena demi membungkam opini publik dan menyelamatkan nama baik perusahaan.Syena sontak tertegun, "Tante, bisa-bisanya Tante memperlakukanku begini?""Kamu pikir saja baik-baik. Tante kasih waktu satu hari, besok berikan jawabanmu pada Tante."Naria pun menutup telepon dan menelepon Reina.Reina sudah tahu tentang berita yang viral itu. Dia juga tahu bahwa solusi terbaik saat ini adalah dengan meminta maaf dan berdamai dengan ketiga karyawan yang dipecat itu.Naria meminta Reina untuk menunggu.Reina setuju.Setelah itu, Reina menelepon manajer departemen personalia."Bu Reina, saya benar-benar nggak menyangka masalah ini akan merembet begini dan meni
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba
Reina tidak mengerti apa yang terjadi dengan Maxime, kenapa dia terus mengungkit-ungkit soal kegagalannya dalam melindunginya?"Sudah kubilang, kejadian itu bukan apa-apa, bukankah cuma leherku yang terluka? Itu semua sudah berlalu," kata Reina tanpa daya.Ketika Maxime mendengar kata-katanya, sekelebat keterkejutan melintas di matanya.Mendengar apa yang dikatakan Reina, dia menyadari bahwa dia sepertinya sudah salah paham."Nana, kamu cuma terluka di bagian leher, nggak ada yang lain?" tanya Maxime.Reina mengangguk. "Ya, memangnya apa lagi?"Maxime menyadari bahwa dia dipermainkan oleh Morgan.Pantas saja, jika hal seperti itu terjadi kepada Reina, kenapa dia masih begitu santai dan tidak terbebani?Sebelumnya, dia mengira Reina menyembunyikan semuanya karena kenyataan itu terlalu sulit untuk diterima.Saat ini, melihat perubahan ekspresi di wajah Maxime, Reina tersentak mengerti."Jangan bilang kamu mengira aku dilecehkan sama Morgan?" katanya dengan pelan.Sudut mulut Maxime berke
"Oh, kalau begitu dia cukup beruntung, bisa menikah sama pria baik-baik," kata penjaga itu sambil mengeluarkan sebuah apel, lalu menggigitnya.Morgan terdiam dan tidak mengatakan apa-apa.Dia terus membuka kertas di depannya, yang sebagian besar menceritakan bagaimana Jess dan Erik jatuh cinta.Simpul di tenggorokan Morgan bergulir sedikit saat dia menunjuk Jess dan berkata, "Pria yang dulu dia sukai itu aku."Penjaga sedang memakan apel dan hampir tersedak saat mendengar kata-katanya."Ehem. Lalu, kenapa dia bisa nikah sama orang lain?"Mendengar kata-kata itu, dada Morgan terasa sesak dan dia tidak bisa menjawab pertanyaannya.Ya, bagaimana bisa wanita yang sangat jelas-jelas begitu mencintainya bisa menikah dengan orang lain?"Aku nggak tahu, tapi itu karena seleranya buruk."Penjaga itu berdecak, "Belum tentu, Erik itu pewaris Keluarga Casco, sementara kamu sekarang ...."Dia menggelengkan kepalanya sambil melangkah pergi.Morgan tinggal sendirian di dalam kamar dan batuknya makin
Suasana di dalam mobil sangat hening, membuat sopir merasa sedikit tidak nyaman.Namun, tepat pada saat itu, ponsel Maxime berdering.Dia mengangkat ponselnya dan mengerutkan kening."Ya?" Dia sengaja mengecilkan suaranya agar Reina yang tertidur di sampingnya tidak terganggu.Pria di seberang sana berkata, "Bos, Morgan ingin bicara denganmu."Maxime melirik Reina, matanya terpejam seolah-olah dia tertidur."Berikan kepadanya.""Ya."Tidak butuh waktu lama sampai panggilan itu berganti dan suara Morgan yang agak lemah terdengar, "Ehem, Kak, berapa lama lagi kamu akan menahanku di sini?"Mendengar itu, Maxime mengeluarkan tawa pelan."Ini baru setahun dan kamu sudah nggak sanggup?"Morgan tidak mengatakan apa-apa.Maxime melanjutkan, "Karena aku mengirimmu ke sana, aku nggak berniat membawamu kembali."Satu kalimat itu seperti memberi Morgan hukuman mati.Mata Morgan langsung memerah."Apa kamu bercanda? Uhuk ... uhuk ... uhuk. Aku nggak bisa bertahan lebih lama lagi sekarang," katanya.
Keduanya bercanda selama beberapa saat sebelum Reina menutup telepon.Melihat bahwa waktu pulang kerja hampir tiba, Reina berencana mengajak Sisil dan yang lainnya berbelanja dan makan bersama. Namun, dia tidak menyangka Maxime akan bangun dan menghampirinya."Nana, ayo pulang ke rumah."Saat mengatakan itu, matanya berbinar-binar.Selama setahun ini, Maxime sudah betah di Grup Yinandar dan tidak mau pindah.Reina sangat tertekan. "Aku mau jalan-jalan, kamu pulang saja dulu.""Kamu mau jalan-jalan ke mana? Aku temenin, ya?" tanya Maxime.Reina tidak bisa berkata-kata.Maxime selalu seperti ini. Reina bahkan tidak bisa pergi berbelanja dengan teman dan sahabatnya ketika dia ingin."Nggak jadi deh. Kalau kamu ikut, kita nanti jadi nggak nyaman."Maxime mendekatinya dan menggenggam tangannya. "Aku yang akan bayar apa pun yang kalian beli."Bagaimana lagi, demi bisa berada di sisi Reina setiap saat, Maxime harus menyenangkan teman-teman dan sahabat Reina.Sisil membawa banyak dokumen saat
Ekspresi di wajah Reina tidak berubah ketika mendengar Melisha mencurigainya. "Rahasia apa?"Dia tidak bodoh, bagaimana mungkin dia memberitahu Melisha?Jika dia mengatakan tentang hal semacam ini, dia sendiri tidak takut dibalas, tetapi dia tidak ingin mengkhawatirkan hal lainnya.Melisha menatap wajah bingung Reina dan merendahkan suaranya, "Lebih baik bukan kamu, atau aku nggak akan melepaskanmu."Dia mengatakannya dengan penuh ketegasan.Reina tidak peduli dengan apa yang dikatakan Melisha. Rasa tidak peduli ini terlihat jelas di wajahnya.Melisha entah kenapa menjadi sedikit ciut saat melihat mata Reina, lalu menarik tatapannya kembali.Pada saat itu, Riko dan Riki juga keluar dari sekolah dan bergegas menghampiri Reina."Mama."Wajah Reina langsung menunjukkan senyuman lembut, sangat berbeda dengan ekspresi dingin dan tidak tersentuh yang dia tunjukkan barusan."Ayo, kita pulang terus makan."Reina menggandeng keduanya dan menuntun mereka keluar.Tidak jauh dari situ, Maxime berd
Joanna berkata kepada Reina dengan perasaan tidak senang, sambil menguap, "Aku pikir bakal lihat Aarav teriak-teriak. Nggak disangka masalahnya selesai secepat ini."Dia tidak bersimpati pada kedua belah pihak.Lagi pula, Keluarga Madison bukanlah keluarga baik-baik.Reina mengangguk. "Ya, aku nggak menyangka masalah ini diselesaikan dengan mementingkan kepentingan masing-masing."Joanna menepuk bahunya."Ke depannya, kamu harus terbiasa sama situasi seperti ini. Dalam keluarga besar, yang namanya perasaan nggak begitu penting, semuanya tentang kepentingan."Reina memikirkannya dengan bijaksana.Joanna kembali ke kamarnya untuk beristirahat, sementara Reina kembali ke tempatnya dan Maxime.Maxime tidak pergi ke sana hari ini, dia tidak terlalu suka masalah.Saat itu, dia sedang duduk di sofa sambil bermain ponsel.Reina bingung saat melihat dia masih terjaga. "Kenapa masih belum tidur? Ini sudah malam lho?""Terus kamu? Kenapa jam segini baru balik?" Maxime tidak tenang membiarkan Rein
Aarav paham dengan maksud perkataannya dan mengangguk mengerti."Jangan khawatir, aku tahu."Joanna dan Reina saling memandang, sudut mulutnya terangkat. "Aku pikir ada acara besar, ternyata bukan. Ayo kita pergi."Reina mengangguk.Saat itu, beberapa wajah yang lebih familier masuk dari luar.Reina melihat para pengunjung, yang tidak lain keluarga Melisha."Ibu, orang Keluarga Madison datang," kata Reina.Joanna langsung menghentikan langkah kakinya."Kalau begitu kita tunggu sebentar lagi saja.""Ya." Tentu saja Reina mendengarkan apa yang dikatakan Joanna.Keduanya belum keluar dan sempat melihat orang-orang Keluarga Madison terengah-engah dari luar.Melihat mereka, wajah Aarav berubah serius."Kenapa kalian datang?"Rombongan Keluarga Madison yang berada di barisan paling depan adalah ayah Melisha. "Mau apa lagi, aku datang mau jemput putriku.""Ternyata Keluarga Sunandar berani bersikap sekeras ini kepada putriku." Dipta melihat luka-luka di tubuh Melisha dan mengepalkan tinjunya.
"Tuan, Keluarga Tuan Daniel datang," kata pelayan itu.Mendengar kata-kata itu, keheningan seketika menyelimuti ruangan itu.Kekesalan di bawah mata Aarav makin tidak bisa disembunyikan. "Sial! Mau apa mereka ke sini?"Rendy menyela, "Apa lagi, mereka pasti datang karena mau lihat masalah di keluarga kita."Aarav menatapnya dengan tatapan kosong.Kemudian, dia hendak meminta pembantu untuk keluar dan memberitahu mereka bahwa dia tidak ada di rumah.Tidak disangka Daniel dan yang lainnya datang tanpa dipersilakan masuk.Aarav tidak pernah sebenci ini kepada Daniel.Hal pertama yang Reina lihat setelah masuk adalah Melisha, yang diikat dan berlutut, serta pria simpanannya.Keduanya memiliki memar di tubuh mereka, terlihat jelas bahwa mereka habis dipukuli.Reina kemudian melihat Aarav duduk di ujung meja, di sebelahnya ada Rendy yang ditahan oleh beberapa pengawal."Daniel, kenapa kalian datang ke mari selarut ini? Aku bikin kalian melihat lelucon keluarga kami." Setelah itu, Aarav melir