Ternyata tidak semua karyawan Grup Yinandar itu orang biasa. Ada seorang perempuan yang jumlah pengikutnya di media sosial mencapai jutaan orang.Perempuan itulah yang merekam dan mengunggah semua perkataan Syena."Padahal kami juga nggak mengobrol sama sekali waktu jam kerja," lanjut perempuan itu tanpa rasa takut. "Paling pas jam makan siang.""Status kami di sini 'kan karyawan, bukan budak. Masa kami nggak berhak mengobrol?""Pemimpin perusahaan saat ini benar-benar nyeremin."Sementara itu, kedua rekannya yang lain hanya memiliki beberapa orang pengikut, tetapi mereka tetap mengunggah video pernyataan Syena.Amarah para pengguna media sosial langsung tersulut."Wah, ternyata ada juga kejadian kayak gitu di perusahaan sebesar itu!""Bukannya sudah ada kontrak yang mengikat? Masa mereka main dipecat sepihak cuma gara-gara ngobrol?""Di dunia ini memang ada orang yang meremehkan hukum! Lebih baik si pelapor mengajukan tuntutan atau melaporkan perusahaan itu."Saat melihat komentar itu
"Kalau kamu nggak mau minta maaf, Tante juga nggak bisa apa-apa," kata Naria dengan dingin. "Biar Tante telepon Nana dan memintanya menyuruh departmen personalia untuk minta maaf atas namamu. Tapi, kamu nggak boleh kembali ke perusahaan untuk sementara waktu."Pernyataan Naria ini sangat jelas menyatakan bahwa perusahaan akan mengorbankan Syena demi membungkam opini publik dan menyelamatkan nama baik perusahaan.Syena sontak tertegun, "Tante, bisa-bisanya Tante memperlakukanku begini?""Kamu pikir saja baik-baik. Tante kasih waktu satu hari, besok berikan jawabanmu pada Tante."Naria pun menutup telepon dan menelepon Reina.Reina sudah tahu tentang berita yang viral itu. Dia juga tahu bahwa solusi terbaik saat ini adalah dengan meminta maaf dan berdamai dengan ketiga karyawan yang dipecat itu.Naria meminta Reina untuk menunggu.Reina setuju.Setelah itu, Reina menelepon manajer departemen personalia."Bu Reina, saya benar-benar nggak menyangka masalah ini akan merembet begini dan meni
"Oh, sudah pulang, ya.""Iya," jawab Syena sambil mengangguk dengan santai.Dia pun berjalan ke dapur, "Aku bikinin susu, ya, Bu. Minum segelas susu di malam hari itu baik buat kesehatan Ibu.""Oke," kata Liane sambil menatap Syena dengan tenang.Sesampainya di dapur, Syena dengan jahatnya kembali menuangkan obat ke dalam gelas Liane.Dia tidak percaya Liane bisa selalu selamat dari marabahaya dan berumur panjang.Jika Liane meninggal malam ini, besok pagi Syena bisa mendesak Reina untuk mundur dari posisi CEO!Begitu terpikir akan hal itu, tangan Syena sontak gemetar, hampir saja menumpahkan obat itu. Untung, dia langsung sadar.Syena menuangkan susu panas ke dalam gelas, lalu berjalan menghampiri Liane, "Ini Bu, ayo minum."Liane mengambil gelas itu.Syena terus mengawasi pergerakan Liane. Liane terdiam sesaat, lalu akhirnya berkata, "Nanti saja Ibu minumnya, Ibu belum mau tidur.""Minum saja sekarang Bu, kalau nanti takutnya jadi dingin," bujuk Syena. Dia takut rencananya gagal."Ka
Syena merasa lega dan kembali beristirahat.Sekarang dia tinggal menunggu berita kematian Liane besok pagi.Karena sangat bersemangat, Syena sampai tidak bisa tidur sepanjang malam. Keesokan paginya, rumah sangat sunyi.Saat Syena bangun, dia masih tidak melihat Liane. Syena pun bertanya-tanya."Ibuku belum bangun?" tanyanya pada pelayan.Namun, jawaban pelayan membuat Syena berkeringat dingin, "Nona sudah bangun? Bu Liane minta Nona pergi ke rumah sakit.""Apa?" Syena membelalak.Kalau dilihat dari waktu, mustahil Liane masih hidup.Syena merasa heran dan masuk ke dalam mobil untuk pergi ke rumah sakit dengan keraguan di benaknya.Sesampainya di rumah sakit, Syena mendapati ada Lisia juga Pak Gilbert.Sedangkan Liane sedang duduk tegak di ranjang rumah sakit. Kondisinya tidak terlihat memburuk dan malah terlihat lebih segar."Bu, kapan ibu ke rumah sakit? Kok nggak ngasih tahu aku?" Syena bertanya dengan cemas.Samar-samar, firasat Syena mengatakan ada sesuatu yang buruk terjadi.Lian
Syena benar-benar terdiam.Seluruh tubuhnya gemetar, dia hanya bisa menangis, "Bu, aku salah. Aku ... aku khilaf Bu, aku nggak bermaksud menyakiti Ibu.""Ini obat keras untuk membuat seseorang perlahan sakit kronis. Kamu masih bisa bilang ini khilaf?" Liane merasa lelah dengan Syena.Syena menangis, bukan karena penyesalan tapi karena ketakutan.Sekarang Liane punya begitu banyak bukti di tangannya, dia bisa saja mengirim Syena ke penjara."Bu, aku sudah ditipu orang lain, aku benar-benar nggak punya maksud apa-apa. Bu, kita 'kan sudah bersama puluhan tahun, tolong maafkan aku." Syena memohon.Liane menghela napas dalam-dalam mendengar alasan Syena."Jangan khawatir, aku nggak akan masukin kamu ke penjara meski kamu sudah melakukan tindakan kriminal. Lagipula, kamu sudah memanggilku 'Ibu' selama 20 tahun ini."Barulah beban yang menimpa hati Syena terangkat.Liane menambahkan, "Tapi mulai sekarang, kamu bukan lagi putriku. Aku minta Pak Gilbert membuat perjanjian, nanti kamu tinggal ta
Syena tersedak oleh isak tangisnya dan mengangguk, "Terus kita harus gimana sekarang? Kulihat sepertinya dia nggak mungkin berubah pikiran lagi."Tanu juga tidak tahu harus berbuat apa.Dia menghela napas berulang kali, "Kenapa bisa ketahuan? Liane itu sangat jeli, dia tahu kamu ingin menyakitinya, mana mungkin dia mau melepaskanmu?""Katanya demi hubungan kami selama ini, dia nggak akan masukin aku ke penjara."Ini standar kebaikan Liane.Bagaimanapun, dari dulu Liane selalu mendambakan bisa menemukan putrinya dan sebelum itu terjadi, dia memberikan segalanya pada Syena."Nggak apa-apa, jangan khawatir."Tanu menepuk punggung Syena. Setelah berpikir lama, dia tiba-tiba terpikir sesuatu, "Syena, mumpung semua belum selesai, asal kita bisa menyingkirkannya secepat mungkin, kita masih bisa merebut harta Keluarga Yinandar."Mata Syena memerah, dia menatap Tanu dengan bingung."Dia sudah ngusir aku, bahkan aku nggak bisa dekat dengannya.""Makanya kamu harus berusaha untuk tetap rendah hat
Netizen membelalak tidak percaya saat melihat Syena minta maaf."Sekarang baru minta maaf? Dari dulu ke mana aja?""Iya, baru minta maaf setelah terekspos. Kalau nggak terekspos, apa dia mau minta maaf?""Apa ada bukti dia digosipin karyawan? Dari luar sih kelihatan minta maaf, tapi siapa tahu sebenarnya dia cuma mau jelasin kalau dia nggak salah."Netizen sepertinya tidak setuju dengan permintaan maaf Syena.Reina juga memperhatikan komentar netizen.Dia bertanya pada Sisil, "Kamu sudah menghubungi ketiga karyawan itu?"Sisil terlihat risau, "Sudah, tapi mereka menolak memaafkan Syena dan bersikeras mengajukan tuntutan.""Kamu sudah tanya mereka mau apa?""Mereka bilang mau kompensasi dan kami sudah setuju kasih mereka kompensasi tiga kali lipat, tapi mereka masih ngotot mengajukan tuntutan."Reina kembali ke kantornya."Masalah ini nggak sesederhana itu," ucap Reina.Biasanya, manusia akan mencari jalan keluar untuk mencapai tujuan masing-masing.Karena yang diinginkan ketiga gadis i
Reina memperhatikan perilaku karyawan ini.Reina pun berkata, "Apa kamu tahu merekam diam-diam dan menjadikannya berita adalah tindakan ilegal?"Tangan karyawan yang memegang pena perekam mematung."Boleh aku masuk dan ngobrol?" kata Reina lagi.Gadis itu mengangguk, tetapi tetap tidak mematikan rekamannya.Reina dan Sisil masuk, sekilas melihat ruang siaran langsung ketiga orang itu.Ruang siaran langsung masih berjalan dan netizen merasa sangat bingung."Lho? Penyiarnya mana? Kok nggak ada orang?""Sepertinya ada yang datang tadi. Nggak tahu deh mereka pergi ke mana.""Wah, mereka harus lebih hati-hati lho. Nggak gampang akun biasa gini bisa bertahan tetap eksis ....""Omong-omong, mereka belum balik juga lho. Apa terjadi sesuatu?""..."Komentar netizen makin ramai.Ketiga wanita itu saling bertatapan beberapa kali dan sepertinya memutuskan untuk tidak menghentikan siaran langsung.Penyiar utama sengaja meninggikan suaranya, "Bos datang karena komentar netizen di internet?""Mungkin
Daniel mengangguk berulang kali. "Tentu saja, Kak."Setelah mengatakan itu, sebagai orang tua yang baik, dia langsung melangkah mendekati Tommy."Tommy, kalau kamu nggak mau pakai topeng ini, kamu nggak perlu memakainya."Daniel memaafkan Tommy atas nama Riko tanpa menanyakan apa yang terjadi hari itu.Riko mengerti orang seperti apa kakeknya, dia pun tidak marah.Tommy segera melepaskan topeng Siluman Babi itu dari wajahnya. Dia menginginkan topeng Raja Kera, siapa yang menginginkan topeng Siluman Babi.Aarav pura-pura memelototinya. "Tommy, cepat bilang terima kasih sama Kakek.""Terima kasih, Kakek.""Ini bukan apa-apa, nggak perlu berterima kasih," kata Daniel sambil tertawa.Aarav memperhatikan bahwa situasi di sini begitu harmonis dan bahagia, jadi dia mengutarakan tujuan kedatangannya."Max, karena kita keluarga, aku nggak akan basa-basi. Aku dengar IM Grup memiliki proyek di luar negeri yang membutuhkan penghubung? Bagaimana pendapatmu tentang perusahaan kita?"Maxime tahu bahw
"Ayah, kalau Ayah benar-benar ingin berubah, lebih baik bersikap baik pada Ibu dulu, itu yang utama." Maxime mengatakan ini dari lubuk hatinya yang terdalam. "Apa Ayah ingat, saat aku dan Reina ingin bercerai, bukankah Ayah menasihatiku biar nggak cerai dengannya atau aku akan menyesal nantinya.""Saat ini, apa Ayah menyesal?" tanya Maxime.Wajah Daniel sedikit menegang.Dalam hal hubungan dan perasaan, pihak yang menyaksikanlah yang akan sadar lebih jelas.Pada awalnya, dia bisa melihat sekilas bahwa Reina adalah menantu yang baik, dia pun memperlakukan Maxime dengan baik. Jika Maxime menceraikannya, dia pasti tidak akan bisa menemukan orang lain yang akan memperlakukannya dengan baik.Demikian pula, Maxime juga menerapkan situasi ini kepada ayahnya."Sayangnya, aku dan ibumu sudah tua dan berbeda darimu saat itu. Kamu nggak ngerti."Daniel masih tidak bisa melepaskan harga dirinya dengan meminta rujuk.Maxime sadar akan hal ini dan tidak mencoba membujuknya lebih jauh."Oh ya, bagaim
Hidup memang tidak bisa diprediksi.Diego memandang Sophia yang terbaring tidak jauh dari sana melalui cahaya yang redup, tiba-tiba merasa bahwa kehidupan seperti ini tampaknya menyenangkan.Dia memejamkan mata dan memasuki alam mimpi.Pada hari pertama tahun ini, ada kegembiraan di mana-mana.Reina mengajak keempat anaknya membuat boneka salju di halaman rumah, sementara Maxime mengawasi mereka dari jauh.Mereka tampak harmonis.Pada saat itu, sebuah mobil melaju di luar rumah.Morgan duduk di dalam mobil mewah, menyaksikan pemandangan ini dari jauh. Dia tidak merasakan apa pun di dalam hatinya.Simpul di tenggorokannya bergulir pelan saat dia memberi isyarat kepada pengemudi untuk menepi.Saat Morgan turun, Reina juga memperhatikannya.Baru satu atau dua bulan sejak terakhir kali Reina melihatnya, tetapi Morgan terlihat kehilangan sebagian besar berat badannya. Bahkan wajahnya terlihat sangat tirus.Dia dan Maxime adalah saudara kembar, dulu mereka terlihat persis sama. Namun, sekara
Sophia bisa memahami pemikiran keduanya.Di masa lalu, semua orang biasanya pulang ke pedesaan untuk merayakan malam Tahun Baru, di mana kerabat dan tetangga tinggal bersama, berbicara dan mengobrol dengan gembira.Namun, Tahun Baru kali ini mereka harus tinggal di kota karena khawatir penyakit kedua orang tuanya kambuh dan tidak bisa sampai ke rumah sakit tepat waktu."Ya, kalau sudah selesai, kalian harus tidur." Sophia membujuk keduanya, seakan mereka adalah anak kecil.Erna dan Robi pun bersimpati padanya. Mereka menganggukkan kepala tanda setuju. "Ya."Diego juga menemani di samping, membicarakan tentang acara yang mereka saksikan kepada keduanya."Program-program sekarang nggak sebagus dulu. Sayang sekali, Tahun Baru sudah nggak semeriah dulu," kata Robi pelan.Dia juga tahu bahwa di pedesaan pun demikian. Semua orang bermain dengan ponsel mereka, jadi komunikasi secara langsung pun jadi berkurang."Kalau tahun depan kita pulang kampung, pasti akan lebih meriah," kata Sophia samb
Tahun Baru hampir tiba.Reina menyiapkan banyak kebutuhan Tahun Baru, mengirimkan sebagian untuk kakek dan neneknya.Sebagian lagi, dia tetap menyimpannya di rumah sendiri.Pada malam Tahun Baru.Reina dan Maxime membawa anak-anak mereka kembali ke kediaman Keluarga Sunandar. Pertemuan ini membuat suasana menjadi sangat meriah.Namun, di meja makan, hubungan Joanna dan Daniel agak renggang.Daniel menunjukkan wajah muram. "Max, tolong hubungi Morgan. Katakan padanya bahwa hari ini, di malam Tahun Baru, dia harus kembali."Morgan sudah lama tidak kembali ke kediaman Keluarga Sunandar.Daniel menghubunginya beberapa kali, tetapi panggilannya selalu ditolak."Ayah, Morgan bukan anak kecil lagi, dia akan pulang kalau memang ingin pulang. Kalau nggak, jangan diambil pusing," kata Maxime dengan tenang."Bicara apa kamu ini. Malam Tahun Baru harusnya jadi reuni keluarga, mana bisa dibenarkan kalau Morgan nggak pulang?" tegur Daniel.Di sampingnya, Joanna menyuapi Leo makanan pendamping ASI de
Setelah makan sampai kenyang, semua orang duduk bersama dan mengobrol cukup lama.Ketika tiba waktunya untuk tidur di malam hari, Sophia dan Diego tidur secara terpisah.Namun, Erna berpikiran sangat terbuka. "Kalian berdua akan menikah, nggak masalah kalau tidur di satu kamar.""Apa boleh begini?" Sophia sedikit tidak percaya.Dia pernah menjalin hubungan, tetapi Erna selalu menyuruhnya untuk menjaga diri dan tidak melakukan hubungan badan atau apa pun sebelum mereka menikah.Sekarang, ibunya ini malah menawarinya tidur dengan Diego?"Tentu saja boleh, masyarakat sekarang sudah nggak seperti dulu lagi," kata Erna sambil tersenyum.Zaman sudah berbeda. Sekarang, kondisinya dan suaminya sudah seperti ini, jadi Sophia harus mempertahankan pria sebaik Diego."Tapi ...." Sophia masih ragu, merasa ada yang aneh dengan kedua orang tuanya.Erna mendorongnya ke kamar Diego. "Sudah, masuk sana. Ayahmu sudah ingin menggendong cucu."Kata-kata itu membuat Sophia makin tidak percaya.Dia didorong
"Apa kakakmu sudah menikah?" Erna bertanya, mengambil alih pembicaraan.Para wanita biasanya khawatir akan memiliki seorang kakak ipar yang terlalu mendominasi di dalam keluarga mertua."Sudah menikah dan punya beberapa anak," kata Diego dengan jujur."Oh, begitu rupanya." Mata Erna tertuju pada Robi.Robi tidak basa-basi lagi dan bicara langsung pada intinya, "Diego, sejujurnya sejak bertemu denganmu, kami merasa kamu anak yang baik.""Hanya saja, kami nggak tahu bagaimana pendapatmu tentang Sophia ...."Sebelum Robi sempat menyelesaikan kalimatnya, Diego mengambil alih pembicaraan, "Aku sangat menyukai Sophia dan aku pasti akan memperlakukannya dengan baik di masa depan."Sophia menyantap makanannya dengan menunduk tanpa berkata apa-apa.Meskipun ini adalah kalimat yang telah mereka bicarakan dan sepakati, dia masih agak malu ketika mendengar ada seorang pria mengatakan bahwa dia mencintainya dan akan memperlakukannya dengan baik.Melihat Sophia bersikap seperti itu, Robi dan Erna ma
Ketika Robi dan Erna mendengar bahwa orang tua Diego sudah meninggal dunia, mereka menatapnya dengan kesedihan di matanya."Orang tuamu seharusnya belum terlalu tua, kenapa mereka bisa meninggal?"Diego berkata dengan jujur, "Ayah mengalami kecelakaan mobil dan ibu meninggal karena kanker."Mendengar ini, Erna makin merasa tidak tega kepada Diego."Anak baik, jangan sedih. Mulai sekarang, kami akan jadi keluargamu."Diego mengangguk berulang kali. "Ya."Sophia berdiri di samping, melihat keakraban Diego dan kedua orang tuanya. Pembicaraan ini seakan dia dan Diego benar-benar bersama."Ayah dan Ibu, kalian bicara dulu saja, aku akan menyiapkan makanan," kata Sophia.Diego langsung berdiri. "Sophia, aku akan membantumu. Om, Tante, kalian istirahat dulu saja.""Ya."Senyum di wajah Erna dan Robi belum hilang sejak mereka melihat Diego.Ketika putri mereka dan Diego pergi ke dapur untuk memasak bersama ....Erna tidak bisa menahan diri lagi dan berkata, "Diego anak yang sangat baik, tampan
Robi langsung bertingkah seperti orang yang sangat bersemangat. "Aku dan Ibumu merasa makin bersemangat akhir-akhir ini. Sepertinya setelah kita kembali untuk merayakan Tahun Baru, kita nggak perlu lagi dirawat di rumah sakit."Melihat wajah pucat kedua orang tuanya, Sophia tahu bahwa mereka hanya ingin menghibur dan membohonginya.Namun, dengan momen hangat seperti ini, tentu saja dia tidak akan merusaknya."Hmm, baguslah."Robi berencana untuk menanyakan identitas Diego.Sophia berdiri. "Kita kembali dulu saja dan lanjutkan pembicaraan di sana. Tempat ini terlalu kecil dan nggak ada tempat istirahat. Setelah pulang nanti, aku akan memasak makanan untuk kalian. Kalian bisa bicara dengan Diego pelan-pelan.""Ya, ya, ya."Keduanya mengangguk berkali-kali.Sejujurnya, mereka sangat ingin keluar, tidak ingin terus tinggal di rumah sakit.Namun, penyakit mereka sangat serius. Jika mereka meninggalkan rumah sakit terlalu lama, nyawa mereka mungkin akan jadi taruhannya.Sophia juga mengetahu