Kalimat ini membuat Reina terkesiap.Dia menunduk, wajahnya terasa panas seperti baru disiram air mendidih."Tapi 'kan Brigitta sudah lama pisah rumah sama dia, kayaknya nggak mungkin 'itu' deh.""Mereka pernah menjalani kehidupan suami-istri, jangan pikir nggak mungkin." Maxime mulai menanggalkan bajunya.Reina bergidik ketakutan. Bukannya Maxime baru bilang pasangan yang sudah pernah jadi suami-istri bisa ... "Ngapain kamu buka baju?"Maxime meletakkan jaketnya. Karena melihat sepertinya Reina sudah salah paham, dia malah menggodanya lagi."Aku mau mandi, kamu mau ikut?""Nggak, aku sudah mandi." Reina malu setengah mati begitu teringat perkataan Maxime tadi.Setelah Maxime benar-benar pergi mandi, Reina kembali ke kamarnya.Sekarang, Maxime mandi air dingin setiap hari.Setiap hari yang bisa Maxime lakukan hanya sebatas menggoda Reina. Dia harus menahan nafsu dan gairahnya mati-matian, meski begitu dia merasa sangat senang.Di sisi lain.Dalam pertarungan antara Brigitta dan Ethan,
Jovan mengintip ke luar dan detik berikutnya dia mendengar lelaki tua itu mengetuk pintu, "Ayo tidur, ngapain ngintip ke luar?""Kakek nggak tidur?""Orang tua seumurku cuma butuh enam jam aja buat tidur. Mau tidur pas malam kek atau siang kek, tinggal pilih aja." Nah lihat, sakit apanya kalau begini? Sudah pasti pria ini sehat walafiat!Jovan menghela napas.Tuan Besar Jacob melanjutkan, "Sudah nggak usah menghela napas. Sana tidur sama Alana, kalau tidur di lantai, kamu bisa masuk angin lho."Sekarang baik Alana maupun Jovan pun gelisah.Alana angkat bicara, "Kakek! Kalau Kakek terus begini, aku nggak mau ngomong sama Kakek lagi!"Jovan juga berkata, "Ya, mulai sekarang kami nggak mau ngomong sama kamu lagi!"Tuan Besar Jacob benar-benar berani, sudah setua ini saja masih menyiksa pasangan muda.Ketika Tuan Besar Jacob mendengar ini, dia hanya bisa menghela napas dengan sedih."Hahhh, sudah tua begini saja masih dibenci cucuku. Hahhh ..."Dia berjalan pergi perlahan, suaranya semakin
Alana melangkah mundur, "Sudah sudah, lupakan. Ayo bangun."Alana tahu, tidak ada yang bisa mengontrol situasi saat tidur.Jovan mengambil selimut dan menutupi dirinya.Alana mengernyit bingung, "Ngapain kamu bawa-bawa selimut?"Tentu saja, Jovan tidak bisa mengaku kalau sebenarnya dia sudah agak tertarik pada Alana.Jovan langsung kabur, Alana pun tidak jadi bertanya.Alana bangun dari kasur, cuci muka dan gosok gigi.Tuan Besar Jacob dan Riko yang sudah bangun dari tadi, saat ini ada di ruang tamu di lantai bawah.Riko sedang mengobrol santai sambil bermain catur dengan Tuan Besar Jacob. Begitu mendengar gerakan di lantai atas, Tuan Besar Jacob tersenyum gembira."Kayaknya kali ini berhasil!" Tuan Besar Jacob terlihat anak kecil yang senang mendapatkan apa yang dia mau.Riko menghela napas, "Kakek buyut curang lagi. Tadi 'kan posisi bidak itu ada di sini."Tuan Besar Jacob menggaruk kepalanya, "Aduh Riko, kamu ini jeli sekali sih?""Nantinya Alana harus punya cicit sebaik kamu."Riko
Kalau tidak segera memutuskan hubungan, semua bisa kacau balau.Setelah kejadian kemarin, Brigitta bertekad memutuskan hubungan dengan Ethan dan bercerai secepatnya.Reina terkejut, "Dulu aku pernah mengajukan gugatan cerai?"Brigitta baru ingat, Reina yang sekarang lupa banyak hal.Brigitta menghela napas dan saat dia hendak menceritakan apa yang terjadi saat itu, dia merasakan hawa dingin di punggungnya.Brigitta menoleh ke belakang dan melihat Maxime yang datang entah sejak kapan dan menatapnya dengan dingin."Brigitta, sudah jam 8 lewat nih. Kamu masih nggak sarapan?" desak Maxime.Brigitta pun mengurungkan niatnya bercerita pada Reina."Oh, aku pergi sekarang."Brigitta langsung pergi.Reina masih memikirkan ucapan Brigitta.Ketika Maxime mendatanginya, dia langsung bertanya, "Apa dulu aku pernah mengajukan gugatan cerai ke kamu?"Maxime terdiam beberapa saat dan menjawab jujur."Ya, dulu kita ada salah paham," jawab Maxime."Terus kenapa kamu nggak kasih tahu aku?" Reina terlihat
Hanya dengan menjadikan diri sendiri lebih kuat, baru dapat melindungi orang-orang terkasih.Maxime sangat memahami logika ini. Setelah mengantar Reina ke kantor, dia pun pergi ke Grup IM.Sebelumnya, bawahan Maxime menyelidiki bahwa Aarav berniat mulai menyerangnya dan hal ini membuat Maxime khawatir.Sekarang, Aarav dan gerombolannya mati-matian menekan perusahaan Maxime.Entah apa yang ada di pikiran Aarav, dia tidak terlihat melakukan apa-apa.Namun ketika Maxime sampai di perusahaan hari ini, dia melihat Tuan Besar Latief berdiri di ruang kantornya.Begitu mendengar suara langkah kaki Maxime, pria tua itu menatapnya dengan tajam, "Max, kamu sudah datang?"Maxime langsung masuk ke ruangannya, "Kakek."Tuan Besar Latief mengangguk, lalu berjalan mendekat dan duduk.Dia menatap cucunya dengan wajah tegas, tidak ada tanda-tanda kebaikan."Max, perusahaanmu benar-benar lebih mengesankan daripada Grup Rajawali.""Terima kasih buat pujiannya Kek." Setelah Maxime menjawab, dia langsung be
Karena seharian ini sibuk di kantor, Maxime lupa memperhatikan Reina.Dia tidak tahu kalau begitu Reina sampai di kantor, Ari langsung berlari menghampiri istrinya. Begitu waktu istirahat, Ari kembali mendatangi Reina dan menanyakan segala macam pertanyaan padanya."Yuk, makan." Ari tersenyum sambil membawa banyak makanan enak.Reina terkejut, "Makan di sini?"Reina pikir Ari mengajaknya makan di luar."Di luar terlalu banyak orang, ramai banget. Mendingan makan di sini, lebih tenang."Sebenarnya Brigitta dan yang lain yang ada di luar mau mengajak Reina pergi makan bersama, tetapi melihat situasi ini sepertinya mustahil.Sisil pun berkata, "Hahh, kalau Pak Maxime sampai tahu, dia pasti bakal cemburu dan marah-marah lagi."Brigitta tersenyum."Apa boleh buat. Kalau aku di posisi suami, aku juga pasti khawatir dan takut soalnya Ari itu terlalu kompetitif."Dia adalah artis populer, tampan dan lebih muda.Maxime yang ada di Grup IM pun bersin.Sisil juga mengangguk setuju.Tiba-tiba seor
Tangan Ari mematung, dia memang lupa.Reina membantu menyelamatkan muka Ari, "Nggak apa-apa, kita semua 'kan teman.""Teman sih teman, tapi harusnya kamu juga sadar kalau Nana lagi nggak sehat. Gimana kalau ternyata kamu bawa virus terus malah nularin Nana?" Revin mengejek dengan cara yang aneh.Ari langsung marah, "Pak Revin jangan ngomong sembarangan ya. Aku itu rajin cek kesehatan, aku sehat walafiat!""Oh." Revin menjawab dengan tenang.Ari yang makin tersulut amarah pun menjelaskan, "Nana, aku jamin aku sehat!"Pria mana pun pasti tidak terima jika dibilang penyakitan.Brigitta hampir tertawa terbahak-bahak.Reina pun mengangguk berulang kali."Ya, aku tahu."Reina mengernyit bingung dalam hati, sebenarnya apa hubungan Ari sehat atau tidak dengannya?Kenapa Ari berusaha keras meyakinkannya?Meski amnesia, Reina paham hubungan pria dan wanita.Reina memang merasa, Ari sepertinya punya niat lain padanya."Ari, lain kali kita nggak usah makan bareng, aku dan Brigitta sudah janjian bu
"Aku masih ingat dulu waktu pertama kali ketemu Reina, aku memanggilnya kakak."Begitu teringat masa muda saat dirinya masih masa bodoh, Ari pun tersenyum, "Waktu itu Reina bilang aku sangat berbakat dan dia benar-benar memperlakukan aku seperti adiknya, dia ngajarin aku semua hal.""Dia bahkan menulis lagu buat aku dan nemenin aku ke banyak perusahaan. Kalau bukan karena dia, aku nggak akan jadi artis."Ari rindu masa lalu.Dia rindu masa-masa di mana dirinya memanggil Reina 'Kakak'.Ari juga tidak tahu kenapa dia jatuh cinta pada Reina. Awalnya Ari pikir ketertarikannya pada Reina hanya sebatas karena dia sangat berterima kasih, tetapi lambat laun, Ari merasa tidak banyak wanita yang bisa mengaguminya seperti Reina."Kayaknya, Reina itu cinta pertamaku."Setelah mendengar cerita ini, Revin pun paham posisi Ari."Kamu pernah kepikir nggak kalau perasaanmu ke Reina itu mungkin bukan cinta, tapi hanya sebatas rasa kagum?"Ari kembali menatap Revin dan bersikap sombong seperti biasa, "Ja
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba