"Ini bukan tentang orang lain, ini tentang Keluarga Hinandar!"Reina menatap Maxime, "Lihatlah bekas luka di wajahku. Seumur hidup aku nggak akan lupa siapa yang melakukannya."Tenggorokan Maxime tercekat.Ini terjadi karena Maxime tidak melindunginya dengan baik."Aku juga nggak mau sampai terjadi sesuatu sama anak-anak. Masalahnya, kekuatanku masih kurang. Aku cuma bisa mencari kelemahan mereka dari hal seperti ini." Reina mengepalkan tinjunya.Kalau mereka sampai berani menyentuh putranya, Reina tidak akan tinggal diam dan memastikan orang-orang itu membayar harganya.Maxime memeluknya erat-erat, "Mulai sekarang, ada aku. Keluarga Hinandar nggak akan bertahan lama. Kamu nggak perlu sendirian, kamu bisa kasih tahu aku, biar aku yang bereskan."Reina mendengarkan dalam diam, tapi menggeleng."Nggak, aku sadar di dunia ini aku harus mengandalkan diri sendiri."Setelah itu, Reina menjelaskan, "Gimana kalau suatu hari kamu kumat? Kamu nggak ingat efek operasimu terakhir kali?"Maxime ter
Liane menelepon Morgan dan memutuskan untuk bergabung dengan Grup Rajawali untuk memblokir semua sarana Grup IM.Saat Maxime menerima kabar itu, dia sama sekali tidak cemas."Kalau gitu kita lihat siapa yang akhirnya akan bertahan."Ekki sudah mengikuti Maxime selama bertahun-tahun dan terbiasa dengan permainan ini. Dia juga tidak takut.Namun, dia melaporkan hal lain pada Maxime."Bos, Ari benar-benar membayar nilai kompensasi penuh?"Maxime mengerutkan kening dan menatap Ekki, "Bukannya kamu sudah selidiki termasuk aset orang tuanya, dia nggak mungkin punya uang sebanyak itu?"Ekki juga agak terkejut."Sepertinya aku yang luput, aku juga nggak menduganya."Maxime tidak menyalahkan Ekki karena suasana hatinya sedang baik hari ini. Dia hanya berkata, "Renungkan dirimu. Lain kali nggak boleh ada kesalahan kayak gini lagi.""Ya."Ekki lalu pergi....Di sisi lain, Syena sangat kesal akhir-akhir ini. Pertama, sikap Liane terhadapnya semakin buruk dan kedua, dia melihat properti Grup Yinan
Aura wajah Maxime seketika menjadi hitam. Dia tidak pernah menyangka istrinya sekali lagi memberinya 'kejutan'.Terakhir kali, Reina sudah mencuri proyek perusahaan Maxime, kali ini dia kembali merampas artis perusahaannya.Melihat Maxime terdiam, Ekki pun bertanya, "Apa Tuan mau memberi tahu Nyonya bahwa perusahaan IM sebenarnya milikmu?""Biar kupikirkan." Maxime menatap Ekki, "Kamu boleh keluar dulu.""Ya."Ekki akhirnya bisa meninggalkan ruangan Maxime dengan suasana mencekam itu. Di luar, dia menghela napas lega.Tapi sejujurnya, saat ini Ekki makin mengagumi Reina.Tidak banyak orang yang bisa bersaing dengan Maxime dan satu-satunya orang yang bisa menang dari Maxime adalah Reina.Siapa sangka dia diam-diam akan mengontrak Ari?...Saat ini, di perusahaan XS.Semua orang merayakan bergabungnya Ari ke perusahaan. Usia kehamilan Reina sudah menginjak usia tua, hal ini membuatnya tidak nyaman menemani para sahabatnya. Dia cuma ikut duduk sebentar, lalu bersiap untuk pergi.Melihat R
Reina terdiam.Reina pun sengaja menggoda Maxime, "Ya aku nggak tahu lah, 'kan aku nggak pernah nyoba."Lengan Maxime yang menopang tubuh Reina pun menegang."Kamu masih mau mencoba?"Reina menatap Maxime lekat-lekat. "Kan kamu yang nanya? Kalau nggak kucoba, gimana aku bisa menjawabmu?"Maxime tahu Reina sedang bercanda, tapi dia tetap merasa tidak nyaman."Nggak jadi, aku nggak mau tahu jawabannya.""Ya ampun, plin-plan banget sih, kupikir kamu niat banget mau dibandingin sama dia. Tapi ya ... Ari itu lebih muda dariku dan orang muda pastinya lebih kuat, kalau kita sudah tua. Memang nggak usah banding-bandingin kekuatan sama dia sih." Reina sengaja menggoda Maxime.Maxime menjawab dengan sombong, "Mau umurku 80 tahun juga, kekuatanku masih jauh lebih kuat dari dia. Kalau kamu nggak percaya, kita coba nanti waktu tua nanti."Sambil mengobrol penuh tawa, kedua orang itu akhirnya sampai di mobil.Sopir yang pengertian tentu menurunkan sekat.Dia menghela napas. Ketika hubungan bos dan i
"Kak Max, tolong bantu aku!" Christy hendak meraih tangan Maxime.Maxime menghindarinya dengan jijik.Tangan Christy mematung di tempat, wajahnya terlihat pucat dan tampak sangat menyedihkan.Dia pun menatap Reina yang sedang hamil.Dasar wanita jalang, sudah sebesar ini perutnya?Kalau dulu Christy tidak pergi, dialah yang akan menikahi Maxime. Mana mungkin ada Reina di sini?"Kak Max, Kak Reina, tolong selamatkan aku. Tuan Sandy itu sama sekali bukan manusia. Dia ... dia mau membunuhku! Susah payah akhirnya aku bisa kabur. Lihat tubuhku, penuh luka!"Christy berujar sambil memperlihatkan lukanya pada Reina.Di saat seperti ini, Christy tidak lupa menggoda Maxime yaitu dengan memperlihatkan lekuk tubuhnya pada Maxime.Reina bisa melihat kelicikan Christy dan menatapnya dengan jijik."Kalau terjadi hal seperti ini, bukankah sebaiknya kamu lapor polisi? Apa gunanya bilang sama kami?" Setelah Reina selesai bicara, dia menoleh pada Maxime, "Kamu mau bantu adik sepupumu lapor polisi?"Maxi
Seketika, Christy tidak bisa bernapas, tubuhnya terangkat ke udara oleh Sandy. Wajahnya memerah karena kekurangan oksigen. Christy buru-buru meronta dan memukul tangan Sandy kuat-kuat.Namun, kekuatan fisik Christy hanyalah lelucon di mata Tuan Sandy."Keluarga Debrista nggak memelihara kucing liar!"Napas Christy menjadi semakin sulit.Pada saat itulah ponsel Sandy berdering.Dia membuang Christy dan menjawab telepon.Christy tersengal-sengal dan langsung menarik napas sebanyak-banyaknya. Dia mau melarikan diri, tapi dia tidak berani.Karena dia tahu akan mudah bagi Keluarga Debrista untuk menemukannya. Kalau dia melarikan diri sekarang, dia akan mati dengan mengenaskan.Sandy menjawab telepon, "Ada apa?""Bawa dia pergi dan jangan mengotori tempat ini." Suara Maxime terdengar dari ujung telepon.Tuan Sandy mengernyit, menutup telepon dan menatap Christy, "Masuk ke mobil denganku.""Ya, baik."Christy pikir Sandy akan melepaskannya, jadi dia dengan patuh naik ke mobil. Christy tidak t
Maxime menjadi semakin tidak senang. Dia mengulurkan tangan dan dengan hati-hati menyentuh wajah Reina.Reina yang sudah tertidur pun langsung menepis saat merasakan sesuatu di wajahnya, lalu lanjut tidur.Maxime merasa tidak berdaya. Dia pun memeluk Reina dengan lembut, memejamkan mata dan tidur.Keesokan paginya.Gaby sedang menonton berita. Reina pun berjalan mendekat ikut menonton, di berita pagi itu kabarnya ditemukan seorang wanita tenggelam di tepi sungai."Menakutkan sekali! Hari ini jangan pulang malam-malam," kata Gaby.Sisil berjalan mendekat dan melihat, "Nggak usah takut selama ada aku, aku akan melindungimu."Namun, dia langsung menyadari sosok foto yang ada di berita."Eh? Itu bukannya wanita yang ada di luar semalam?""Apa?"Gaby tercengang.Wajahnya memang tidak terlihat jelas, mereka hanya bisa melihat bentuk tubuhnya saja.Reina juga agak terkejut dan mendekat untuk melihat lebih dekat.Sisil pun dengan sabar memberi tahu mereka berdua, "Coba lihat bentuk tubuhnya, s
Reina merasa bersalah setelah mendengar perkataan Revin, "Maaf, belakangan ini aku terlalu sibuk."Reina menarik kursi."Ayo cepat duduk, kamu sudah sehat?"Revin berjalan lurus dan spontan matanya tertuju pada perut Reina, "Jauh lebih baik."Revin mengalihkan pandangannya ke atas dan menatap wajah Reina.Brigitta yang berdiri di samping pun menyadari bahwa kedua orang itu saling mengenal."Bu Reina, kalian saling mengenal? Kalau gitu aku keluar dulu."Selama di kantor dan orang luar, Brigitta selalu memanggil Reina dengan Bu Reina."Oke."Reina mengangguk.Setelah Brigitta keluar, Reina duduk dan mengobrol dengan Revin.Reina pun tahu kalau Revin sudah pulih dan dia ke Kota Simaliki atas permintaan keluarganya untuk pengembangan bisnis."Wah, bagus sekali. Kalau gitu ke depannya kita bisa lebih sering bertemu."Revin mengangguk, "Bagaimana kabarmu akhir-akhir ini?""Masih sama, aku baik.""Syukurlah."Reina berpikir sejenak dan memutuskan untuk bercerita pada Revin."Aku berencana bal
"Nona Reina." Jess memanggilnya terlebih dahulu.Reina mengangguk dan menuntun kedua anaknya berjalan ke arah mereka.Kedua anak itu dengan sopan memanggil mereka, "Om Erik, Tante Jess.""Hmm." Jess tersenyum, menunjukkan senyuman lembut.Erik juga tersenyum. "Kita baru sebentar nggak bertemu, kalian sudah tambah tinggi rupanya."Dulu, ketika berada di luar negeri, Erik pernah bertemu kedua anak ini beberapa kali saat mengikuti Revin. Jadi, dia cukup akrab dengan keduanya.Kedua anak itu juga memiliki cukup akrab dengannya."Om Erik kapan punya anak? Hari ini kami ikut Mama ke rumah sakit dan melihat bayi yang dilahirkan Tante Alana, lucu sekali." Riki bertanya sambil mengedipkan mata.Mendengar kata anak, wajah Erik dan Jess langsung berubah.Namun, semua itu menghilang dengan cepat.Erik terbatuk-batuk dua kali. "Hal semacam ini nggak bisa dipaksakan, nggak boleh buru-buru juga.""Oh." Riki sepertinya mengerti, dia pun mengangguk. "Om Erik dan Tante Jess harus lebih semangat. Setelah
Alana sengaja menggoda Riki. "Riki, kenapa kamu bilang begitu? Aku dan mamamu sudah seperti kakak adik, jadi wajar saja kalau kami jadi mak comblang anak kami sendiri. Bukankah kamu sering melihat itu di drama TV?""Jangan khawatir, kali ini Tante memang belum melahirkan anak perempuan, tapi lain kali Tante baka berusaha lebih keras lagi agar bisa melahirkan anak perempuan yang cantik. Saat itu tiba, aku akan menikahkannya denganmu, ya? Kamu sangat pengertian, pasti kamu akan memperlakukannya dengan baik, bukan?"Riki jauh mudah ditipu ketimbang Riko. Berpikir bahwa Alana berencana akan melahirkan anak perempuan di kemudian hari, dia langsung merasa ngeri."Tante Alana, aku ... mungkin aku nggak akan nikah."Dia ketakutan sampai punya pikiran untuk tidak menikah.Reina menggodanya, "Tapi bukannya kamu pernah bilang kalau Talitha cantik? Katamu, siapa yang bisa nikah sama dia, orang itu pasti sangat bahagia.""Hah? Kamu suka punya seseorang yang kamu suka?" Alana memasang wajah terkejut
Tepatnya, Diego lah yang berutang kepada Reina.Hanya saja, Diego memiliki ayah yang baik. Dulu, Anthony memperlakukan Reina dengan sangat baik, jadi Reina tidak tega menyakiti putra satu-satunya yang dia tinggalkan di dunia ini."Ke depannya terserah dia." Reina berkata dengan lesu....Salju pun mencair dan waktu pun berlalu dengan cepat.Alana melahirkan seorang anak laki-laki yang sangat menggemaskan.Tuan Besar Jacob hampir jatuh pingsan karena terlalu bahagia setelah melihat cicitnya.Untungnya, dia berada di rumah sakit dan butuh banyak usaha dari staf medis agar bisa menyelamatkannya.Pada saat itulah Jovan menyadari bahwa kakeknya tidak berpura-pura sakit, kesehatannya memang sudah tidak seperti dulu lagi."Kakek, istirahat yang cukup dan jangan terlalu terpancing emosi," kata Jovan sambil duduk di depan ranjang rumah sakit kakeknya.Tuan Besar Jacob melambaikan tangannya. "Aku baik-baik saja, jangan mengkhawatirkanku. Kamu sudah jadi seorang ayah, jadi harus terus menemani Al
Diego bersulang untuk Reina dan Maxime, lalu bersulang untuk seluruh anggota Keluarga Libera.Saat ini, orang-orang Keluarga Libera tidak akan berani mengatakan apa pun, bahkan Nyonya Liz sendiri.Semua orang tahu bahwa uang dan kekuasaan adalah hal yang paling penting dalam masyarakat sekarang.Para tamu memiliki pemikiran mereka sendiri, hanya Sophia yang ingin bersulang untuk para kerabat dan teman-teman Diego.Dia sangat gugup sampai dia tidak sadar bahwa semua orang di pesta ini memiliki pemikiran yang berbeda.Setelah selesai, dia dan Diego mengantar Reina dan Maxime kembali.Reina tidak tahan lagi dan mengatakan, "Antar sampai sini saja. Kamu masih harus mengantar tamu-tamu pebisnismu selagi ada waktu."Sophia merasa aneh, para pebisnis?Bukankah Diego mengatakan kalau mereka semua temannya?Diego terlihat canggung dan mengedipkan mata ke arah Reina, bermaksud memberitahunya untuk tidak berbicara terlalu banyak, takut Sophia akan tahu.Namun, Reina justru melakukannya dengan sen
Nyonya Liz mencoba membuat Reina marah, kemudian membuat tamu yang hadir berpikir bahwa Reina tidak bisa bersikap dewasa karena membuat masalah dengan orang tua.Reina tersenyum lembut. "Bagaimanapun juga, ini masalah hidup dan mati, jadi tentu saja aku harus mengingatnya.""Selain itu, pada saat itu Nona Tia masih muda, tetapi Nyonya Liz dan kedua putranya sudah dewasa. Harusnya kalian tahu mana yang benar dan mana yang salah, bukan?""Tapi saat itu, alih-alih mendidik Nona Tia, kalian malah bilang aku pantas diperlakukan seperti itu. Kalian juga membuatku berdiri di tengah salju yang dan membeku sepanjang malam. Saat itu terjadi, aku baru berusia sepuluh tahun." Reina mengucapkan kata-kata ini dengan kesedihan di dasar matanya.Mendengar ini, mereka yang hadir langsung mengerti mengapa Reina tidak mau mengakui kedua putra dari Keluarga Libera."Mereka melakukan itu sama anak berusia sepuluh tahun! Nggak manusiawi sekali!""Wah, Keluarga Libera bisa sukses juga karena mengandalkan Kel
Ketika Reina hanyalah putri yang tidak menonjol di Keluarga Andara, kedua om-nya ini bukan hanya memperlakukannya dengan buruk, tetapi juga membiarkan putri mereka menggertaknya.Sekarang, dia telah menjadi pewaris Keluarga Yinandar, kaya dan berkuasa, mereka malah menyanjungnya. Lucu sekali.Reina tidak akan melakukan apa yang mereka inginkan dan tidak segan dengan mereka."Om? Apa kalian nggak salah? Ibuku nggak punya saudara kandung."Satu kalimat ini membuat wajah kedua anak laki-laki Keluarga Libera memerah dan terlihat sedikit kikuk.Mereka yang awalnya mengira bahwa keduanya adalah om Reina pun kelu."Ternyata rumit juga hubungan keluarga mereka. Pantas saja, aku nggak pernah dengar kalau Keluarga Yinandar punya dua anak laki-laki, karena mereka hanya punya satu anak laki-laki.""Keluarga Yinandar memang hanya punya satu anak laki-laki, tapi itu hanya anak angkat. Aku nggak tahu kesalahan apa yang dia lakukan sampai dipenjara di usia muda.""Kalau begitu, dua orang dari Keluarga
Diego membawa Sophia mendekati Reina dan Maxime, melewati Tia dan Nyonya Liz tanpa menyapa mereka berdua.Nyonya Liz mengerutkan kening tidak senang. Namun, Diego adalah cucu kesayangannya, jadi dia tidak bisa marah kepadanya.Reina mengangguk pada Diego."Hmm."Diego berkata, "Ayo, aku akan membawa kalian masuk.""Nggak perlu. Kamu dan Sophia bisa bawa nenekmu masuk. Aku dan Maxime bisa sendiri," kata Reina.Mana mungkin Reina tidak memahami apa yang ada di dalam pikiran Diego?Dia ingin membawanya dan Maxime masuk hanya ingin menunjukkan wajahnya kepada para pengusaha kaya itu.Diego sedikit canggung saat mendengar ini. Sekarang, dia baru menyadari keberadaan neneknya dan Tia."Kak, Nenek, kalian juga sudah datang? Ayo masuk," katanya.Nyonya Liz mengangguk. "Ya, ayo masuk."Mereka berjalan bersama ke dalam hotel.Diego dengan penuh perhatian berdiri di samping Reina dan Maxime, sementara Sophia menemani Nyonya Liz dan Tia."Kak, aku senang kalian bisa datang hari ini." Diego berkata
Lusa pun tiba.Reina dan Maxime menghadiri pernikahan Diego seperti yang telah dijanjikan.Reina mengira tidak banyak orang di dalam hotel, tetapi ketika sampai di pintu masuk, dia melihat beberapa pengusaha kaya juga datang.Reina bertanya-tanya, "Kenapa tamunya banyak sekali? Apa ada orang lain yang juga lagi melangsungkan pernikahan?"Begitu dia dan Maxime turun dari mobil, manajer hotel langsung menyambut mereka."Nyonya Reina, Tuan Maxime, kalian benar-benar datang?""Apa maksudnya?" tanya Reina sambil mengerutkan kening."Oh, Tuan Diego bilang akan menikah, Nyonya dan Tuan Maxime akan datang. Jadi, saya datang untuk menyambut kedatangan kalian." Manajer mengulurkan tangannya. "Kalian bisa lihat-lihat, kalau ada yang kurang, kalian bisa memberitahu saya."Mendengar manajer mengatakan ini, apa yang tidak bisa dimengerti oleh Reina?Rasanya seperti Diego memanfaatkannya dan Maxime sebagai alat untuk berteman dengan orang kaya dan terkenal."Sekarang aku tahu kenapa dia juga memintam
"Apa orang tua Hanna tahu tentang hal ini?" Maxime bertanya lagi."Pasti nggak tahu," jawab Reina.Mendengar itu, Maxime terdiam selama beberapa saat, lalu melanjutkan, "Jangan ikut campur sama masalah ini."Dia tahu bahwa orang tua Hanna mendesak Hanna untuk segera menikah. Namun mereka tidak akan menerima anak yatim piatu sebagai menantu mereka."Ya, aku mengerti."Reina dan Hanna hanyalah teman biasa, jadi Reina juga tidak akan ikut campur.Dia tidak bisa tidur lagi, jadi memutuskan untuk bangun.Maxime memeluknya dan tidak mau melepaskannya. "Tidurlah sebentar lagi.""Nggak bisa tidur." Reina menepis tangannya tanpa daya. "Aku mau bangun, aku mau kerja."Dia hanya ingin fokus untuk mengurus Grup Yinandar.Maxime terpaksa melepaskan tangannya karena takut Reina akan marah.Reina segera bangkit dari tempat tidur, tidak berani berada di dalam kamar tidur lebih lama lagi.Kenapa sebelum ini dia tidak sadar kalau Maxime memiliki kebiasaan bermalas-malasan di tempat tidur?...Sebelum Re