Liane menelepon Morgan dan memutuskan untuk bergabung dengan Grup Rajawali untuk memblokir semua sarana Grup IM.Saat Maxime menerima kabar itu, dia sama sekali tidak cemas."Kalau gitu kita lihat siapa yang akhirnya akan bertahan."Ekki sudah mengikuti Maxime selama bertahun-tahun dan terbiasa dengan permainan ini. Dia juga tidak takut.Namun, dia melaporkan hal lain pada Maxime."Bos, Ari benar-benar membayar nilai kompensasi penuh?"Maxime mengerutkan kening dan menatap Ekki, "Bukannya kamu sudah selidiki termasuk aset orang tuanya, dia nggak mungkin punya uang sebanyak itu?"Ekki juga agak terkejut."Sepertinya aku yang luput, aku juga nggak menduganya."Maxime tidak menyalahkan Ekki karena suasana hatinya sedang baik hari ini. Dia hanya berkata, "Renungkan dirimu. Lain kali nggak boleh ada kesalahan kayak gini lagi.""Ya."Ekki lalu pergi....Di sisi lain, Syena sangat kesal akhir-akhir ini. Pertama, sikap Liane terhadapnya semakin buruk dan kedua, dia melihat properti Grup Yinan
Aura wajah Maxime seketika menjadi hitam. Dia tidak pernah menyangka istrinya sekali lagi memberinya 'kejutan'.Terakhir kali, Reina sudah mencuri proyek perusahaan Maxime, kali ini dia kembali merampas artis perusahaannya.Melihat Maxime terdiam, Ekki pun bertanya, "Apa Tuan mau memberi tahu Nyonya bahwa perusahaan IM sebenarnya milikmu?""Biar kupikirkan." Maxime menatap Ekki, "Kamu boleh keluar dulu.""Ya."Ekki akhirnya bisa meninggalkan ruangan Maxime dengan suasana mencekam itu. Di luar, dia menghela napas lega.Tapi sejujurnya, saat ini Ekki makin mengagumi Reina.Tidak banyak orang yang bisa bersaing dengan Maxime dan satu-satunya orang yang bisa menang dari Maxime adalah Reina.Siapa sangka dia diam-diam akan mengontrak Ari?...Saat ini, di perusahaan XS.Semua orang merayakan bergabungnya Ari ke perusahaan. Usia kehamilan Reina sudah menginjak usia tua, hal ini membuatnya tidak nyaman menemani para sahabatnya. Dia cuma ikut duduk sebentar, lalu bersiap untuk pergi.Melihat R
Reina terdiam.Reina pun sengaja menggoda Maxime, "Ya aku nggak tahu lah, 'kan aku nggak pernah nyoba."Lengan Maxime yang menopang tubuh Reina pun menegang."Kamu masih mau mencoba?"Reina menatap Maxime lekat-lekat. "Kan kamu yang nanya? Kalau nggak kucoba, gimana aku bisa menjawabmu?"Maxime tahu Reina sedang bercanda, tapi dia tetap merasa tidak nyaman."Nggak jadi, aku nggak mau tahu jawabannya.""Ya ampun, plin-plan banget sih, kupikir kamu niat banget mau dibandingin sama dia. Tapi ya ... Ari itu lebih muda dariku dan orang muda pastinya lebih kuat, kalau kita sudah tua. Memang nggak usah banding-bandingin kekuatan sama dia sih." Reina sengaja menggoda Maxime.Maxime menjawab dengan sombong, "Mau umurku 80 tahun juga, kekuatanku masih jauh lebih kuat dari dia. Kalau kamu nggak percaya, kita coba nanti waktu tua nanti."Sambil mengobrol penuh tawa, kedua orang itu akhirnya sampai di mobil.Sopir yang pengertian tentu menurunkan sekat.Dia menghela napas. Ketika hubungan bos dan i
"Kak Max, tolong bantu aku!" Christy hendak meraih tangan Maxime.Maxime menghindarinya dengan jijik.Tangan Christy mematung di tempat, wajahnya terlihat pucat dan tampak sangat menyedihkan.Dia pun menatap Reina yang sedang hamil.Dasar wanita jalang, sudah sebesar ini perutnya?Kalau dulu Christy tidak pergi, dialah yang akan menikahi Maxime. Mana mungkin ada Reina di sini?"Kak Max, Kak Reina, tolong selamatkan aku. Tuan Sandy itu sama sekali bukan manusia. Dia ... dia mau membunuhku! Susah payah akhirnya aku bisa kabur. Lihat tubuhku, penuh luka!"Christy berujar sambil memperlihatkan lukanya pada Reina.Di saat seperti ini, Christy tidak lupa menggoda Maxime yaitu dengan memperlihatkan lekuk tubuhnya pada Maxime.Reina bisa melihat kelicikan Christy dan menatapnya dengan jijik."Kalau terjadi hal seperti ini, bukankah sebaiknya kamu lapor polisi? Apa gunanya bilang sama kami?" Setelah Reina selesai bicara, dia menoleh pada Maxime, "Kamu mau bantu adik sepupumu lapor polisi?"Maxi
Seketika, Christy tidak bisa bernapas, tubuhnya terangkat ke udara oleh Sandy. Wajahnya memerah karena kekurangan oksigen. Christy buru-buru meronta dan memukul tangan Sandy kuat-kuat.Namun, kekuatan fisik Christy hanyalah lelucon di mata Tuan Sandy."Keluarga Debrista nggak memelihara kucing liar!"Napas Christy menjadi semakin sulit.Pada saat itulah ponsel Sandy berdering.Dia membuang Christy dan menjawab telepon.Christy tersengal-sengal dan langsung menarik napas sebanyak-banyaknya. Dia mau melarikan diri, tapi dia tidak berani.Karena dia tahu akan mudah bagi Keluarga Debrista untuk menemukannya. Kalau dia melarikan diri sekarang, dia akan mati dengan mengenaskan.Sandy menjawab telepon, "Ada apa?""Bawa dia pergi dan jangan mengotori tempat ini." Suara Maxime terdengar dari ujung telepon.Tuan Sandy mengernyit, menutup telepon dan menatap Christy, "Masuk ke mobil denganku.""Ya, baik."Christy pikir Sandy akan melepaskannya, jadi dia dengan patuh naik ke mobil. Christy tidak t
Maxime menjadi semakin tidak senang. Dia mengulurkan tangan dan dengan hati-hati menyentuh wajah Reina.Reina yang sudah tertidur pun langsung menepis saat merasakan sesuatu di wajahnya, lalu lanjut tidur.Maxime merasa tidak berdaya. Dia pun memeluk Reina dengan lembut, memejamkan mata dan tidur.Keesokan paginya.Gaby sedang menonton berita. Reina pun berjalan mendekat ikut menonton, di berita pagi itu kabarnya ditemukan seorang wanita tenggelam di tepi sungai."Menakutkan sekali! Hari ini jangan pulang malam-malam," kata Gaby.Sisil berjalan mendekat dan melihat, "Nggak usah takut selama ada aku, aku akan melindungimu."Namun, dia langsung menyadari sosok foto yang ada di berita."Eh? Itu bukannya wanita yang ada di luar semalam?""Apa?"Gaby tercengang.Wajahnya memang tidak terlihat jelas, mereka hanya bisa melihat bentuk tubuhnya saja.Reina juga agak terkejut dan mendekat untuk melihat lebih dekat.Sisil pun dengan sabar memberi tahu mereka berdua, "Coba lihat bentuk tubuhnya, s
Reina merasa bersalah setelah mendengar perkataan Revin, "Maaf, belakangan ini aku terlalu sibuk."Reina menarik kursi."Ayo cepat duduk, kamu sudah sehat?"Revin berjalan lurus dan spontan matanya tertuju pada perut Reina, "Jauh lebih baik."Revin mengalihkan pandangannya ke atas dan menatap wajah Reina.Brigitta yang berdiri di samping pun menyadari bahwa kedua orang itu saling mengenal."Bu Reina, kalian saling mengenal? Kalau gitu aku keluar dulu."Selama di kantor dan orang luar, Brigitta selalu memanggil Reina dengan Bu Reina."Oke."Reina mengangguk.Setelah Brigitta keluar, Reina duduk dan mengobrol dengan Revin.Reina pun tahu kalau Revin sudah pulih dan dia ke Kota Simaliki atas permintaan keluarganya untuk pengembangan bisnis."Wah, bagus sekali. Kalau gitu ke depannya kita bisa lebih sering bertemu."Revin mengangguk, "Bagaimana kabarmu akhir-akhir ini?""Masih sama, aku baik.""Syukurlah."Reina berpikir sejenak dan memutuskan untuk bercerita pada Revin."Aku berencana bal
Ketika Ekki membaca pesan Gaby, dia langsung memberi tahu Maxime."Bos, apa Nyonya ada menjelaskan padamu tentang kontrak yang ditandatangani Ari?"Maxime sedang membaca dokumen. Begitu mendengar hal ini, dia langsung merasa kesal.Cerita apanya? Kemarin dia bahkan tidak berani bertanya pada Reina karena takut tidak sengaja membuat istrinya itu kesal.Maxime tentu tidak mengaku, dia hanya bertanya, "Gaby bilang apa lagi?""Nggak ada, dia cuma bilang perlakuan Ari ke Nyonya agak berbeda," jawab Ekki.Tekanan udara di sekitar Maxime seketika menjadi dingin.Api di hatinya tidak bisa dilepaskan, Maxime pun menatap Ekki, "Kamu nganggur ya?"Ekki mengernyit bingung."Kok kamu masih punya waktu ngobrol sama pacar di jam kerja?"Ekki, "..."Setelah dimarahi Maxime, Ekki keluar dari kantor dengan sedih. Dia memutuskan untuk tidak menceritakan masalah pribadi apa pun pada atasannya lagi.Dasar bos tidak berperasaan....Di perusahaan XS, Ari buru-buru menyelesaikan syutingnya. Begitu dia keluar
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba