Sesampainya di luar, dia berdiri di balkon. Sejauh mata memandang, hanya ada pegunungan dan pepohonan.Riki mengerutkan keningnya. "Ini bukan mengurung anak-anak, tapi mengurung penjahat."Setelah berdiri di balkon beberapa saat, tubuhnya terasa sedikit tidak enak.Dia memaksa diri untuk menahannya dan pergi mengamati di lain tempat.Selama dikurung di sini, dia selalu mencari-cari kesempatan untuk melarikan diri.Sayangnya, sistem keamanan di sini terlalu ketat. Bahkan jika dia berhasil menghindar dari pengamanan, tubuhnya yang lemah dan sakit tidak akan mampu berlari lebih dari satu kilometer sebelum dia pingsan atau bahkan mati.Setelah berkeliling beberapa saat, si pengasuh akhirnya menyadari bahwa Riki menghilang. Wanita itu pun mulai panik."Riki, Riki, kamu di mana?"Jika terjadi sesuatu pada anak itu, Bos pasti akan mengulitinya.Tubuhnya gemetar ketakutan dan saat itulah Riki berjalan masuk membawa segelas air."Bibi, kamu capek? Minum dulu."Pengasuh itu menghela napas lega s
Maxime tercekat.Perjanjian ....Memangnya perlu perjanjian apa di antara mereka?Takut Reina tidak mau tetap tinggal bersamanya, dia pun dengan enggan berkata, "Kamu buat dulu kalau begitu."Kalau ada yang tidak menguntungkan baginya, dia tidak akan setuju.Setelah berganti pakaian, Maxime naik ke dalam mobilnya dan menuju ke Vila Mata Air.Begitu sampai, dia melihat Riki terbaring di tempat tidur dengan air mata berlinang."Om, akhirnya kamu datang juga. Sudah beri tahu Papa kamu membawaku pergi?"Bagaimana mungkin dia memberi tahu Revin kalau dia membawa pergi anaknya?Maxime mengangkat alisnya dan berkata, "Sekarang dia pasti sudah tahu."Ujung hidung Riki memerah dan mata lebarnya berkaca-kaca. "Lalu kenapa dia belum jemput aku pulang ke rumah?""Aku kangen rumah, aku kangen Papa ..."Maxime mengambil selembar tisu dan memberikannya."Jangan dipikirkan. Dia sudah nggak mau punya kamu lagi."Riki tercengang dalam hatinya. Omong kosong, mana mungkin Om Revin tidak menginginkan dia l
Wajah Maxime sangat suram dan dia segera melepaskan Riki.Sepenakut itukah anak ini?"Paman, jangan pukul Riki. Riki nggak sengaja ... Riki takut ..."Ketika para pengasuh di luar mendengar tangisan anak dalam kamar, mereka mengira bos mereka telah melakukan sesuatu yang buruk padanya.Pengasuh yang selama ini merawat Riki nekat menanggung risiko dipecat dan langsung membuka pintu."Bos, dia masih anak-anak, jangan pukul dia."Setelah masuk, dia melihat noda kuning di kemeja putih Maxime ....Pengasuh itu tiba-tiba menyadari sesuatu dan membuang muka malu-malu.Riki masih ingin membuat Maxime kesal. "Om, kamu marah ya? Kenapa Om diam saja? Kapan aku boleh ketemu Mama?"Maxime menurunkannya kembali ke tempat tidur dengan wajah muram, lalu segera pergi ke kamar mandi.Di kamar mandi, dia mandi berulang-ulang kali. Memikirkan wajah bocah itu, dia tidak tahan ingin menampar pantatnya.Reina wanita yang sangat lembut, bagaimana ceritanya dia bisa melahirkan anak seperti itu ....Maxime kelu
"Sudah pulang?"Reina mengangkat tangannya untuk menurunkan tutup piano dan bangkit berdiri.Sosok Maxime yang tinggi bersandar di pintu. "Kenapa nggak lanjut mainnya?"Dia dulu terlalu sibuk dengan pekerjaan dan tidak tahu bahwa Reina sangat pandai memainkan piano. Dia hanya mendengar Reina bermain sekali ketika Diego Andara datang padanya meminta proyek.Pada waktu itu, adik laki-laki Reina ini membuatnya marah. Dia ingat, sepertinya dia melampiaskan kemarahannya pada Reina dan mengatakan sesuatu yang menyinggung perasaannya.Sejak saat itu, Reina tidak pernah datang ke sini lagi, apalagi bermain piano lagi.Dia tidak menganggap hal ini sebagai masalah besar pada saat itu."Aku nggak mau mengganggumu." Jeda sebentar, Reina menambahkan, "Aku sudah menyiapkan perjanjiannya. Coba periksa lagi?"Maxime hampir lupa tentang perjanjian itu setelah pergi keluar."Oke."Keduanya berjalan berdampingan,Maxime mau tidak mau berkata, "Kamu pintar main piano. Lagu tadi judulnya apa? Kenapa aku be
Malam harinya, Maxime keluar.Tidak lama setelah dia pergi, Reina menerima pesan singkat dari Deron.Dia mengatakan bahwa Maxime pergi dan memintanya mencari cara untuk pergi keluar. Ada sesuatu yang harus dia beri tahu.Karena keamanan di Vila Magenta sangat ketat, Deron hanya bisa menjaga Reina dari jauh untuk mengantisipasi datangnya bahaya. Dia terkadang bisa melihat saat Maxime pergi.Reina menutup partitur lagunya dan menyimpannya, lalu pergi keluar.Sesampainya di luar, dia meminta sopir berbelok beberapa kali untuk menghindar dari pengawal yang mengikutinya.Mobil Deron juga muncul di depannya.Setelah turun dari mobil, dia masuk ke dalam mobil Deron."Ada apa?"Deron mengeluarkan ponselnya untuk membuka navigasi dan langsung menuju ke barat Kota Simaliki."Ini arah yang dituju Maxime pagi tadi. Aku mengikuti dia beberapa lama dan ternyata pengamanan di sana sangat ketat. Aku curiga Riki adi sana."Reina memperhatikan area luas itu dengan seksama."Kalau cuma dilihat begini, ar
Sobernica, lantai paling atas.Di bawah cahaya lampu yang redup, orang-orang berpakaian glamor dan mewah. Di sini tempat berkumpul anak-anak muda kaya dari kalangan atas.Maxime duduk di tempat yang sunyi, menyalakan ponselnya dan membaca pesan dari pengawal yang dia tugaskan mengikuti Reina. Pengawal ini kehilangan jejak.Begitu dia pergi, Reina juga pergi keluar dan sekarang masih tidak diketahui keberadaannya.Keningnya berkerut sambil dia mengirim pesan, "Kalau dia nggak ketemu dalam waktu satu jam, jangan injakkan kaki di Kota Simaliki lagi."Segera setelah pesannya terkirim, semua kamera pengawas di jalan mulai dikerahkan.Maxime mencoba menelepon Reina lagi.Namun, yang terdengar adalah suara dingin layanan pelanggan. "Nomor yang Anda tuju sedang sibuk ..."Pada saat yang sama, Reina masih menelepon Bu Lyann, menenangkannya agar tidak khawatir tentang Riki dan Riko. Dia akan merawat mereka dengan baik di sini.Di sisi lain panggilan video itu, Bu Lyann dengan kepala dipenuhi ram
Frisca merasa yakin dan duduk di sebelah Maxime di bawah sorak-sorai semua orang.Dalam cahaya redup ini, dia tidak bisa melihat wajah Maxime dengan jelas. Tanpa sikap malu-malunya di awal, dia sudah siap membidik sasaran buruannya.Maxime melihat perilakunya dan bertanya datar, "Kalau aku nggak membayarmu, kamu masih mau duduk di sini?"Frisca membeku.Lalu pikirannya berputar dengan cepat."Duduk di sebelahmu adalah sebuah kehormatan bagiku. Aku nggak mengejar uang."Tidak mengejar uang? Betapa baiknya dia.Ketika Maxime mendengar ini, dia tentu saja teringat akan Reina.Bertahun-tahun menikah, baru setelah bercerai dia mengetahui bahwa Reina tidak pernah menggunakan sepeser pun uang dari keluarga Sunandar."Oke, kalau begitu. Mulai sekarang kamu kerja di sini tanpa digaji sedikit pun," kata Maxime dengan suara santai.Meski Sobernica bukan miliknya, asalkan dia mengatakan sesuatu, si pemilik akan segera melaksanakannya.Mata Frisca dipenuhi rasa kaget. "Pak Maxime, kamu bercanda, ya
Semua orang menatap kaget menyaksikan Maxime berjalan menuju pintu, lalu berhenti saat langkah kakinya melewati Ethan."Dia bilang apa tadi ke kamu?"Ethan mengulang kata-kata Reina sejujurnya.Maxime segera pergi tanpa bertanya apa-apa lagi.Tak lama setelah dia pergi, seseorang di antara mereka yang berkumpul di sana menceritakan tentang Frisca kepada Marshanda.Marshanda sedang sibuk mengatasi opini publik di internet dan menekan kepopuleran berita skandalnya. Tiba-tiba dia mendengar bahwa seorang wanita ingin mendekati Maxime. Sorot matanya langsung berubah dingin."Terima kasih sudah memberi tahu aku."Marshanda langsung menelepon seseorang. "Beri pelajaran untuk cewek yang namanya Frisca di Sobernica."Wanita rendahan semacam itu, berani-beraninya mencuri Maxime dari dia?Marshanda yang sekarang bukanlah gadis tanpa daya yang mudah ditindas seperti dulu. Setelah menjadi artis terkenal, tentu saja dia tahu trik-trik tersendiri.Sementara itu.Vila Magenta.Saat Maxime pulang, ruan
Daniel mengangguk berulang kali. "Tentu saja, Kak."Setelah mengatakan itu, sebagai orang tua yang baik, dia langsung melangkah mendekati Tommy."Tommy, kalau kamu nggak mau pakai topeng ini, kamu nggak perlu memakainya."Daniel memaafkan Tommy atas nama Riko tanpa menanyakan apa yang terjadi hari itu.Riko mengerti orang seperti apa kakeknya, dia pun tidak marah.Tommy segera melepaskan topeng Siluman Babi itu dari wajahnya. Dia menginginkan topeng Raja Kera, siapa yang menginginkan topeng Siluman Babi.Aarav pura-pura memelototinya. "Tommy, cepat bilang terima kasih sama Kakek.""Terima kasih, Kakek.""Ini bukan apa-apa, nggak perlu berterima kasih," kata Daniel sambil tertawa.Aarav memperhatikan bahwa situasi di sini begitu harmonis dan bahagia, jadi dia mengutarakan tujuan kedatangannya."Max, karena kita keluarga, aku nggak akan basa-basi. Aku dengar IM Grup memiliki proyek di luar negeri yang membutuhkan penghubung? Bagaimana pendapatmu tentang perusahaan kita?"Maxime tahu bahw
"Ayah, kalau Ayah benar-benar ingin berubah, lebih baik bersikap baik pada Ibu dulu, itu yang utama." Maxime mengatakan ini dari lubuk hatinya yang terdalam. "Apa Ayah ingat, saat aku dan Reina ingin bercerai, bukankah Ayah menasihatiku biar nggak cerai dengannya atau aku akan menyesal nantinya.""Saat ini, apa Ayah menyesal?" tanya Maxime.Wajah Daniel sedikit menegang.Dalam hal hubungan dan perasaan, pihak yang menyaksikanlah yang akan sadar lebih jelas.Pada awalnya, dia bisa melihat sekilas bahwa Reina adalah menantu yang baik, dia pun memperlakukan Maxime dengan baik. Jika Maxime menceraikannya, dia pasti tidak akan bisa menemukan orang lain yang akan memperlakukannya dengan baik.Demikian pula, Maxime juga menerapkan situasi ini kepada ayahnya."Sayangnya, aku dan ibumu sudah tua dan berbeda darimu saat itu. Kamu nggak ngerti."Daniel masih tidak bisa melepaskan harga dirinya dengan meminta rujuk.Maxime sadar akan hal ini dan tidak mencoba membujuknya lebih jauh."Oh ya, bagaim
Hidup memang tidak bisa diprediksi.Diego memandang Sophia yang terbaring tidak jauh dari sana melalui cahaya yang redup, tiba-tiba merasa bahwa kehidupan seperti ini tampaknya menyenangkan.Dia memejamkan mata dan memasuki alam mimpi.Pada hari pertama tahun ini, ada kegembiraan di mana-mana.Reina mengajak keempat anaknya membuat boneka salju di halaman rumah, sementara Maxime mengawasi mereka dari jauh.Mereka tampak harmonis.Pada saat itu, sebuah mobil melaju di luar rumah.Morgan duduk di dalam mobil mewah, menyaksikan pemandangan ini dari jauh. Dia tidak merasakan apa pun di dalam hatinya.Simpul di tenggorokannya bergulir pelan saat dia memberi isyarat kepada pengemudi untuk menepi.Saat Morgan turun, Reina juga memperhatikannya.Baru satu atau dua bulan sejak terakhir kali Reina melihatnya, tetapi Morgan terlihat kehilangan sebagian besar berat badannya. Bahkan wajahnya terlihat sangat tirus.Dia dan Maxime adalah saudara kembar, dulu mereka terlihat persis sama. Namun, sekara
Sophia bisa memahami pemikiran keduanya.Di masa lalu, semua orang biasanya pulang ke pedesaan untuk merayakan malam Tahun Baru, di mana kerabat dan tetangga tinggal bersama, berbicara dan mengobrol dengan gembira.Namun, Tahun Baru kali ini mereka harus tinggal di kota karena khawatir penyakit kedua orang tuanya kambuh dan tidak bisa sampai ke rumah sakit tepat waktu."Ya, kalau sudah selesai, kalian harus tidur." Sophia membujuk keduanya, seakan mereka adalah anak kecil.Erna dan Robi pun bersimpati padanya. Mereka menganggukkan kepala tanda setuju. "Ya."Diego juga menemani di samping, membicarakan tentang acara yang mereka saksikan kepada keduanya."Program-program sekarang nggak sebagus dulu. Sayang sekali, Tahun Baru sudah nggak semeriah dulu," kata Robi pelan.Dia juga tahu bahwa di pedesaan pun demikian. Semua orang bermain dengan ponsel mereka, jadi komunikasi secara langsung pun jadi berkurang."Kalau tahun depan kita pulang kampung, pasti akan lebih meriah," kata Sophia samb
Tahun Baru hampir tiba.Reina menyiapkan banyak kebutuhan Tahun Baru, mengirimkan sebagian untuk kakek dan neneknya.Sebagian lagi, dia tetap menyimpannya di rumah sendiri.Pada malam Tahun Baru.Reina dan Maxime membawa anak-anak mereka kembali ke kediaman Keluarga Sunandar. Pertemuan ini membuat suasana menjadi sangat meriah.Namun, di meja makan, hubungan Joanna dan Daniel agak renggang.Daniel menunjukkan wajah muram. "Max, tolong hubungi Morgan. Katakan padanya bahwa hari ini, di malam Tahun Baru, dia harus kembali."Morgan sudah lama tidak kembali ke kediaman Keluarga Sunandar.Daniel menghubunginya beberapa kali, tetapi panggilannya selalu ditolak."Ayah, Morgan bukan anak kecil lagi, dia akan pulang kalau memang ingin pulang. Kalau nggak, jangan diambil pusing," kata Maxime dengan tenang."Bicara apa kamu ini. Malam Tahun Baru harusnya jadi reuni keluarga, mana bisa dibenarkan kalau Morgan nggak pulang?" tegur Daniel.Di sampingnya, Joanna menyuapi Leo makanan pendamping ASI de
Setelah makan sampai kenyang, semua orang duduk bersama dan mengobrol cukup lama.Ketika tiba waktunya untuk tidur di malam hari, Sophia dan Diego tidur secara terpisah.Namun, Erna berpikiran sangat terbuka. "Kalian berdua akan menikah, nggak masalah kalau tidur di satu kamar.""Apa boleh begini?" Sophia sedikit tidak percaya.Dia pernah menjalin hubungan, tetapi Erna selalu menyuruhnya untuk menjaga diri dan tidak melakukan hubungan badan atau apa pun sebelum mereka menikah.Sekarang, ibunya ini malah menawarinya tidur dengan Diego?"Tentu saja boleh, masyarakat sekarang sudah nggak seperti dulu lagi," kata Erna sambil tersenyum.Zaman sudah berbeda. Sekarang, kondisinya dan suaminya sudah seperti ini, jadi Sophia harus mempertahankan pria sebaik Diego."Tapi ...." Sophia masih ragu, merasa ada yang aneh dengan kedua orang tuanya.Erna mendorongnya ke kamar Diego. "Sudah, masuk sana. Ayahmu sudah ingin menggendong cucu."Kata-kata itu membuat Sophia makin tidak percaya.Dia didorong
"Apa kakakmu sudah menikah?" Erna bertanya, mengambil alih pembicaraan.Para wanita biasanya khawatir akan memiliki seorang kakak ipar yang terlalu mendominasi di dalam keluarga mertua."Sudah menikah dan punya beberapa anak," kata Diego dengan jujur."Oh, begitu rupanya." Mata Erna tertuju pada Robi.Robi tidak basa-basi lagi dan bicara langsung pada intinya, "Diego, sejujurnya sejak bertemu denganmu, kami merasa kamu anak yang baik.""Hanya saja, kami nggak tahu bagaimana pendapatmu tentang Sophia ...."Sebelum Robi sempat menyelesaikan kalimatnya, Diego mengambil alih pembicaraan, "Aku sangat menyukai Sophia dan aku pasti akan memperlakukannya dengan baik di masa depan."Sophia menyantap makanannya dengan menunduk tanpa berkata apa-apa.Meskipun ini adalah kalimat yang telah mereka bicarakan dan sepakati, dia masih agak malu ketika mendengar ada seorang pria mengatakan bahwa dia mencintainya dan akan memperlakukannya dengan baik.Melihat Sophia bersikap seperti itu, Robi dan Erna ma
Ketika Robi dan Erna mendengar bahwa orang tua Diego sudah meninggal dunia, mereka menatapnya dengan kesedihan di matanya."Orang tuamu seharusnya belum terlalu tua, kenapa mereka bisa meninggal?"Diego berkata dengan jujur, "Ayah mengalami kecelakaan mobil dan ibu meninggal karena kanker."Mendengar ini, Erna makin merasa tidak tega kepada Diego."Anak baik, jangan sedih. Mulai sekarang, kami akan jadi keluargamu."Diego mengangguk berulang kali. "Ya."Sophia berdiri di samping, melihat keakraban Diego dan kedua orang tuanya. Pembicaraan ini seakan dia dan Diego benar-benar bersama."Ayah dan Ibu, kalian bicara dulu saja, aku akan menyiapkan makanan," kata Sophia.Diego langsung berdiri. "Sophia, aku akan membantumu. Om, Tante, kalian istirahat dulu saja.""Ya."Senyum di wajah Erna dan Robi belum hilang sejak mereka melihat Diego.Ketika putri mereka dan Diego pergi ke dapur untuk memasak bersama ....Erna tidak bisa menahan diri lagi dan berkata, "Diego anak yang sangat baik, tampan
Robi langsung bertingkah seperti orang yang sangat bersemangat. "Aku dan Ibumu merasa makin bersemangat akhir-akhir ini. Sepertinya setelah kita kembali untuk merayakan Tahun Baru, kita nggak perlu lagi dirawat di rumah sakit."Melihat wajah pucat kedua orang tuanya, Sophia tahu bahwa mereka hanya ingin menghibur dan membohonginya.Namun, dengan momen hangat seperti ini, tentu saja dia tidak akan merusaknya."Hmm, baguslah."Robi berencana untuk menanyakan identitas Diego.Sophia berdiri. "Kita kembali dulu saja dan lanjutkan pembicaraan di sana. Tempat ini terlalu kecil dan nggak ada tempat istirahat. Setelah pulang nanti, aku akan memasak makanan untuk kalian. Kalian bisa bicara dengan Diego pelan-pelan.""Ya, ya, ya."Keduanya mengangguk berkali-kali.Sejujurnya, mereka sangat ingin keluar, tidak ingin terus tinggal di rumah sakit.Namun, penyakit mereka sangat serius. Jika mereka meninggalkan rumah sakit terlalu lama, nyawa mereka mungkin akan jadi taruhannya.Sophia juga mengetahu