Untuk mengungkap Reina, Syena mengambil rekaman kamera pengawas rumah sakit dan mengirimkannya pada bibinya."Adik Liane bukan wanita yang bisa disinggung.Selama dia mengambil tindakan, tidak ada orang yang tidak bisa disingkirkan.Selain itu, Syena merasa bahwa kecurigaannya tidak salah sama sekali, Reina adalah wanita jahat!...Di sisi lain, Reina yang lelah akhirnya sampai di rumah.Ketiga wanita di rumahnya menyambutnya dengan semangat."Nana, terima kasih. Kok kamu tahu aku suka kalung ini?" ucap Gaby."Bos, aku sayang banget deh sama aku! Sekarang aku bisa pergi ketemu idolaku." Sisil juga melompat kegirangan.Brigitta yang sedang menggendong anaknya juga ikut menghampiri, "Nana, terima kasih ya sudah ngasih pengasuh khusus untuk Erina."Reina bingung.Dia tidak menyiapkan semua ini.Reina bukan orang yang akan mengaku jasa orang lain sebagai hasil kerja kerasnya, dia pun menjelaskan, "Bukan aku yang ngasih."Semua orang bingung."Bukan dari kamu? Terus siapa? Ini namamu tertul
Ada pepatah yang mengatakan, cinta itu ada, tapi apa cinta itu akan datang pada kita? Belum tentu.Seperti inilah Reina sekarang.Apalagi hari ini setelah Maxime menyebut ketiga teman pria Reina, Reina jadi makin gelisah.Reina yakin Maxime menyukainya, tapi mungkin hanya sebatas rasa suka karena tidak ada rasa saling percaya di antara keduanya.Dia tidak percaya Maxime menyukainya, Maxime pasti meragukan Reina dan berpikir Reina mungkin lebih memilih pria lain."Kamu 'kan orang hebat, masa nggak percaya sama diri sendiri? Di mataku kamu sudah jauh lebih unggul dari sebagian besar orang."Brigitta menatap Reina dengan kagum.Reina itu membesarkan kedua anaknya sendirian, dia seorang komposer dan mendirikan perusahaan. Mana mungkin hidupnya semudah itu?"Nggak percaya diri secara emosional." Reina tersenyum tak berdaya.Dia menikah tanpa pernah jatuh cinta.Ketika menikah dengan orang yang salah dia tidak merasakan kegembiraan sebagai pengantin baru, apalagi perasaan jatuh cinta.Itu ya
"Kok kamu masih belum tidur jam segini?"Maxime masih murung, dia tidak tahu apa Reina pergi menjemput Ari sore ini atau tidak. Maxime agak bersemangat saat melihat telepon masuk dari Riki, tapi dia menahan emosinya."Ya karena ada pria bodoh yang selalu membuat mama marah, jadi aku harus turun tangan membantu," sahut Riki.Maxime langsung bertanya padanya, "Mamamu masih marah?""Yah, mau tahu nggak kenapa mama marah dan nggak mau rujuk?" kata Riki."Kasih tahu Papa. Papa akan kasih apa pun yang kamu minta," sahut Maxime.Riki menguap, "Aku nggak mau barang yang bisa dibeli dengan uang. Aku pria dalam keluarga ini dan aku punya kewajiban untuk membuat mama bahagia.""Ya sudah kukasih tahu. Papa harus bersikap baik sama mama, karena mama nggak percaya sama Papa."Riki tidak tahu apa papanya bisa mengerti maksudnya.Namun Riki hanya bisa mengatakan hal ini. Sekarang, tergantung apa yang akan dilakukan papa berengseknya.Maxime ingin menanyakan hal lain, tapi Riki menguap kuat-kuat dan be
Foto dan video yang diposting di berita itu diambil saat kebetulan Jess sedang mencari dokter. Jadi, Reina terlihat memapah Morgan sendirian."Oke."Sisil langsung menyanggupi.Dia mengambil cuti dan pergi ke rumah sakit.Di dunia maya, banyak publik yang mengkritik Reina.Bahkan karyawan di Perusahaan Grup Rajawali mengetahui hal ini. Para karyawan di departemen penjualan kelima tidak percaya bahwa bos mereka adalah wanita yang begitu rendahan."Bos kami bukanlah tipe orang yang akan menghancurkan keluarga orang lain.""Ya, pasti ada salah paham."Beberapa karyawan tidak setuju, "Kalian lihat foto dan videonya, 'kan? Dia terlihat intim banget."Hari ini, Rendy sudah sembuh. Melisha pun ikut Aarav ke kantor. Setelah melihat berita di internet, dia tahu kalau ini pasti hasil karya Syena.Melisha senang melihat banyak wanita yang memaki Reina, dia pun menelepon Syena."Syena, sudah lihat beritanya? Aduh senangnya!" Melisha berpura-pura tidak tahu siapa yang melakukannya.Syena berkata de
Judul berita itu langsung menarik perhatian Morgan.Maxime!Akun IG Maxime yang sudah lama tidak digunakan, hari ini tiba-tiba memperbaharui status: "Memangnya aku nggak cukup? Pria mana yang bisa membuat istriku pindah hati? Haha, bercanda!"Akun IG ini jarang sekali digunakan, dulunya akun ini dikelola oleh bawahan Maxime.Meski begitu, akun tersebut penuh dengan penggemar wanita.Seperti yang semua orang tahu, Maxime adalah idola para wanita. Bahkan ada sekelompok pria yang juga mengaguminya.Totalnya ada puluhan juta pengikut!Jadi, begitu akun IG Maxime memposting status, berita ini langsung menduduki posisi teratas berita terpanas.Netizen meledak."Maxime menanggapi?""Hah? Ternyata Maxime bisa main IG juga? Sudah lama aku nggak melihatnya.""Ya, nggak ada kabar setelah dia mengundurkan diri dari Grup Rajawali tahun lalu. Aku kira dia kenapa-kenapa.""Seorang bos akan selalu menjadi bos. Sambil melindungi istrinya, dia nggak lupa memamerkan dirinya sendiri.""Benar. Kalau punya
Ekki tahu temperamen bosnya yang pasti akan balas dendam untuk hal seperti ini."Ya, aku proses segera."Maxime kembali memanggil Ekki, "Biar Yansen aja yang urus. Minta semua media itu mengeluarkan pernyataan minta maaf.""Ya."Ekki keluar ruangan dan memberi tahu Yansen.Belakangan ini Yansen sedang dalam suasana hati yang buruk akhir-akhir ini karena Alana akan menikah dengan Jovan.Dulu mereka pernah bertunangan, namun sekarang Alana akan menikah dengan orang lain."Pak Yansen? Kamu nggak apa-apa?" Ekki menaikkan suaranya saat melihat Yansen tidak fokus.Yansen kembali sadar, "Nggak apa-apa, aku akan mengurusnya.""Oke, terima kasih."Ekki berpikir dia akhirnya bisa beristirahat dengan baik.Yansen bekerja dengan sangat efisien. Pertama, dia mengumpulkan bukti lalu membuat draf tuntutan.Setelah itu dia mendatangi para media itu dan mengumumkan faktanya.Di dalam Grup Rajawali.Reina juga tidak percaya saat melihat postingan IG Maxime. Dia pikir Maxime akan meragukannya dan mengint
"Bibi hebat banget!" Syena tahu adik Liane memang hebat, namun dia tidak menyangka akan sehebat itu.Tiba-tiba, opini publik balik arah. Semua orang mulai menyerang Reina dan basis penggemar Ari mulai menurun lagi.Adik Liane tidak menganggap ini masalah besar dan berkata, "Ini bukan apa-apa. Wanita nggak tahu malu seperti dia pantas mendapat balasan.""Baiklah, terima kasih Bibi."Syena menutup telepon dengan gembira.Sekarang tidak ada gunanya Reina mencari bukti di rumah sakit karena sekarang gosip sudah berganti.Kali ini tentang Ari dan Reina.Maxime mengernyit setelah melihat berita itu, "Goblok!"Maxime hendak membereskan hal ini, namun dia tidak menyangka Ari malah membuat masalah baru.Ekki juga tidak menduganya."Bos, Ari sepertinya sangat tertarik pada Nyonya. Kalau nggak, dia nggak mungkin mengambil risiko untuk diri sendiri demi membantu Nyonya."Ekspresi Maxime seketika terlihat jijik, dia memutar bola matanya, "Sudah tahu!"Kuncinya sekarang, banyak orang yang mengirimin
Sekretaris itu mengetuk pintu dan setelah mendapat izin, mempersilakan Ari dan manajernya masuk.Ari langsung masuk ke dalam kantor dan terdiam saat melihat sosok familiar di kursi bos.Dia sudah pernah bertemu Maxime dan menyelidiki informasi tentangnya.Namun, karena Maxime punya saudara kembar, Ari pikir pria yang di depannya ini adalah Morgan karena dia bisa melihat."Kamu CEO Grup Rajawali, Morgan?"Ari langsung bertanya tanpa sungkan.Kalau Morgan, masih masuk akal.Lagipula, Morgan yang mengelola Grup Rajawali, jadi pastinya dia bisa mendirikan Grup IM.Maxime menjawab dengan dingin, "Aku mantan suami Reina, Maxime.""Kita sudah pernah bertemu." Maxime melanjutkan.Ari kaget, "Bukannya matamu bermasalah?""Sudah sembuh."Perkataan ini langsung terngiang di telinga Ari.Ari tidak pernah menyangka atasannya adalah mantan suami Reina!Kepercayaan diri Ari seketika hilang."Kamu CEO Grup IM?" Ari masih tidak percaya dan terus bertanya."Yah." Maxime langsung menjawab jujur saat meli
Morgan tidak bisa menghindar, tidak punya pilihan selain menerima pukulan keras itu.Darah keluar dari sudut mulutnya, tubuhnya limbung. Cengkeraman tangannya di lengan Jess terlepas saat dia terdorong mundur dan hampir jatuh ke tanah.Erik mengepalkan tinjunya dan berdiri di antara dia dan Jess, menatap Morgan dengan dingin."Aku sudah berbaik hati mengantarmu ke rumah sakit, tapi aku nggak menyangka kamu akan datang ke sini dan berbuat kasar sama Jess. Sepertinya kamu masih belum cukup sadar, jadi aku akan membuatmu sadar!"Jika dia tidak datang untuk menjemput Jess, dia tidak akan melihat adegan Morgan yang mengganggu Jess.Dia mengatupkan giginya karena marah, ada sedikit kejengkelan dalam tatapannya saat dia menatap Jess."Kamu baik-baik saja?" tanyanya.Jess sedikit panik saat mendengar pertanyaannya, tetapi dia mengangguk. "Ya, aku baik-baik saja."Erik menoleh ke arah Morgan dan melangkah mendekatinya.Morgan berdiri diam sebelum menatap orang di depannya. Dia mengangkat tangan
Morgan melihat ke arah panggilan yang ditutup, suasana hatinya langsung jatuh ke titik terendah.Namun, dia tidak beranjak pergi.Di dalam perusahaan.Jess mengira Morgan sudah pergi, jadi dia berkemas seperti biasa dan keluar dari perusahaan.Sebelum dia keluar, Erik bahkan mengiriminya pesan."Aku jemput, ya?"Jess membalas pesan itu, "Nggak perlu, aku pulang sendiri saja."Dia terbiasa melakukan segala sesuatunya sendiri, bahkan setelah menghabiskan banyak waktu dengan Erik, dia masih belum terbiasa untuk dijaga olehnya seperti itu."Penolakan ditolak, aku sudah di lantai bawah perusahaanmu, cepat keluar." Erik tersenyum dan mengirimkan pesan itu.Jess sedikit tidak berdaya saat melihat pesan itu, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa lagi.Erik memang seperti itu, selalu melakukan segala sesuatu terlebih dahulu, baru memberitahunya. Jess sudah terbiasa dengan hal itu.Berjalan keluar dari pintu perusahaan, Jess mencari-cari mobil Erik. Namun, sebelum dia bisa menemukannya, sesosok tu
Morgan hanya perlu menunggu persetujuan Jess, tidak mempermasalahkan apakah Jess sudah menikah atau belum.Jess tidak tahu harus bahagia atau sedih saat ini.Ternyata orang yang dia sukai kini juga menyukainya. Ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan.Namun, yang menyedihkan adalah dia sudah menikah. Pernikahan ini diatur oleh orang tuanya, yang juga atas keinginannya sendiri. Erik memperlakukannya dengan baik, jadi dia tidak bisa melakukan sesuatu yang kiranya bisa mengkhianati Erik."Maafkan aku, Tuan Morgan. Tuan mungkin sudah salah paham dengan niatku untuk Tuan. Tuan itu atasanku, jadi aku harus bersikap baik kepada Tuan karena tuntutan pekerjaan, bukan karena aku menyukai Tuan seperti yang Tuan katakan." Jess terdiam sejenak, kemudian melanjutkan, "Selain itu, aku sudah menikah dan suamiku memperlakukanku dengan sangat baik. Kami berdua saling mencintai dan aku nggak akan menceraikannya."Kami berdua saling mencintai!Kata-kata itu sangat tajam dan menusuk ketika terdenga
Morgan membuka kontaknya dan melihat catatan panggilan pegawai tempat dia minum dengan Jess saat dia mabuk.Pikirannya kacau dan dia ingin sekali memastikannya.Entah sudah berlalu berapa lama, Morgan akhirnya berhasil menghubungi nomor Jess.Pada saat itu, Jess sedang sendirian di dalam perusahaan, sementara Erik pergi untuk menjalankan tugasnya sendiri setelah mengantarnya.Melihat panggilan dari Morgan, Jess ragu-ragu sejenak sebelum mengangkatnya."Tuan Morgan, ada apa?"Tuan Morgan?Morgan sedikit terdiam saat mendengar panggilan yang tidak biasanya digunakan Jess saat memanggilnya."Kamu yang membawaku ke rumah sakit hari ini?" tanya Morgan.Jess tidak mencoba menyembunyikan apa pun dan menjawab, "Aku dan Erik yang mengantarmu. Untung saja ada dia yang membantu. Kalau nggak, aku nggak akan bisa membawamu ke rumah sakit sendirian."Sepanjang jawabannya, dia menyebutkan nama Erik hingga beberapa kali.Morgan mengerti bahwa ini adalah untuk memberitahukan bahwa dia dan Erik sudah me
Simpul di tenggorokan Morgan bergulir. Dia menggunakan seluruh kekuatannya untuk membuka matanya dan melihat Jess. Ketika dia yakin itu adalah Jess, dia langsung mengangkat kedua tangannya.Jess tidak tahu apa yang ingin dilakukan Morgan, jadi dia mendekat dan bertanya kepadanya."Tuan Morgan, apa Tuan baik-baik saja? Apa ada yang nggak nyaman? Apa Tuan butuh air? Sebentar lagi kita sampai di rumah sakit."Begitu kata-kata terakhir itu terucap, tangan Morgan tiba-tiba mendarat di sisi wajahnya.Pria itu bergumam dengan suara pelan, "Jess? Apa aku sedang ... bermimpi?"Wajah Jess terasa panas, tubuhnya menegang dan dia menatapnya tidak percaya.Wajah Erik yang duduk di samping langsung berubah muram. Dia mengangkat tangannya untuk menepis tangan Morgan."Ngapain kamu?"Tangan Morgan jatuh dan dia benar-benar kehabisan tenaga, menutup matanya lagi.Jess menatap Erik dengan tatapan penuh rasa bersalah. "Maafkan aku."Erik kesal, tetapi tidak menunjukkannya."Dia yang menyentuhmu, jadi kam
Ketika Jess dan Erik sampai, mereka langsung dimarahi."Kalian akhirnya datang juga. Bukan hanya mabuk, dia juga merusak banyak minuman di toko kami. Jadi, jangan lupa bayar dulu sebelum kalian membawanya pergi," kata pemilik tempat itu.Mendengar itu, Jess melihat ke arah yang pria ini tunjuk.Ini adalah pertama kalinya dia melihat Morgan seperti itu.Pakaiannya sedikit acak-acakan, wajahnya berjanggut dan sedikit tidak terawat. Dia mabuk berat, duduk tidak berdaya di kursi. Ada banyak pecahan botol di sekelilingnya, membuat udara pekat oleh bau alkohol.Mata Jess terlihat khawatir. Dia hendak meminta maaf kepada pemilik tempat ini, tetapi Erik yang berada di antara mereka berkata dengan dingin, "Apa kalian nggak tanggung jawab? Apa kamu tahu, kalau sesuatu terjadi dengannya di tempatmu ini, tidak ada satu pun dari kalian yang bisa lepas dari tanggung jawab."Dia tidak sebaik Jess."Itu masalah dia, apa hubungannya dengan kita?" Pelayan tidak terintimidasi oleh perkataan Erik.Ini ada
Jess sedikit tidak percaya. Kesehatan Morgan tidak baik. Selama bertahun-tahun dia merawatnya, dia tidak pernah melihat Morgan minum.Sekarang, mendengar nada bicara pria itu, Morgan sepertinya sedang mabuk berat.Namun ....Jess menoleh ke arah Erik, hatinya terkoyak.Dia sudah menikah dan bertekad untuk menjauhi Morgan. Dia tidak akan pernah bisa mengkhianati Erik."Itu, aku nggak bisa ke sana. Kalau kamu ada waktu, tolong antar dia ke rumah sakit. Setelah dia sadar dari mabuk, dia pasti akan sangat berterima kasih kepadamu," jawab Jess dengan sopan."Apa kamu bercanda? Kamu yang temannya saja nggak mau antar dia ke rumah sakit, apalagi aku yang cuma orang asing? Kamu ingin aku mengantarnya? Aku masih harus kerja." Pria itu menjawab dengan tidak sabar. "Kalau kamu nggak datang, aku juga nggak peduli lagi."Setelah mengatakan itu, pria di seberang sana menutup telepon.Wajah Jess terlihat cemas.Melihat ini, Erik tidak bisa menahan diri dan bertanya, "Ada apa?""Morgan mabuk." Jess me
"Nona Reina." Jess memanggilnya terlebih dahulu.Reina mengangguk dan menuntun kedua anaknya berjalan ke arah mereka.Kedua anak itu dengan sopan memanggil mereka, "Om Erik, Tante Jess.""Hmm." Jess tersenyum, menunjukkan senyuman lembut.Erik juga tersenyum. "Kita baru sebentar nggak bertemu, kalian sudah tambah tinggi rupanya."Dulu, ketika berada di luar negeri, Erik pernah bertemu kedua anak ini beberapa kali saat mengikuti Revin. Jadi, dia cukup akrab dengan keduanya.Kedua anak itu juga memiliki cukup akrab dengannya."Om Erik kapan punya anak? Hari ini kami ikut Mama ke rumah sakit dan melihat bayi yang dilahirkan Tante Alana, lucu sekali." Riki bertanya sambil mengedipkan mata.Mendengar kata anak, wajah Erik dan Jess langsung berubah.Namun, semua itu menghilang dengan cepat.Erik terbatuk-batuk dua kali. "Hal semacam ini nggak bisa dipaksakan, nggak boleh buru-buru juga.""Oh." Riki sepertinya mengerti, dia pun mengangguk. "Om Erik dan Tante Jess harus lebih semangat. Setelah
Alana sengaja menggoda Riki. "Riki, kenapa kamu bilang begitu? Aku dan mamamu sudah seperti kakak adik, jadi wajar saja kalau kami jadi mak comblang anak kami sendiri. Bukankah kamu sering melihat itu di drama TV?""Jangan khawatir, kali ini Tante memang belum melahirkan anak perempuan, tapi lain kali Tante baka berusaha lebih keras lagi agar bisa melahirkan anak perempuan yang cantik. Saat itu tiba, aku akan menikahkannya denganmu, ya? Kamu sangat pengertian, pasti kamu akan memperlakukannya dengan baik, bukan?"Riki jauh mudah ditipu ketimbang Riko. Berpikir bahwa Alana berencana akan melahirkan anak perempuan di kemudian hari, dia langsung merasa ngeri."Tante Alana, aku ... mungkin aku nggak akan nikah."Dia ketakutan sampai punya pikiran untuk tidak menikah.Reina menggodanya, "Tapi bukannya kamu pernah bilang kalau Talitha cantik? Katamu, siapa yang bisa nikah sama dia, orang itu pasti sangat bahagia.""Hah? Kamu suka punya seseorang yang kamu suka?" Alana memasang wajah terkejut