"Sisil, rumah mantan suami Nana di mana?" Brigitta bertanya.Sisil tidak tahu banyak tentang masa lalu Reina. Dia menggeleng, "Aku juga nggak tahu.""Baiklah."Brigitta sedikit kecewa.Gaby menghampiri dan berkata, "Di kediaman utama Keluarga Sunandar, kamu tahu nggak? Rumah itu dibangun di atas tanah termahal di Kota Simaliki.""Keluarga Sunandar?" Brigitta terkejut."Yah, benar." Gaby bisa mengerti kenapa Brigitta begitu terkejut.Bagaimanapun Keluarga Sunandar adalah keluarga kaya raya dan berkuasa, bisa dibilang termasuk keluarga terkemuka. Semua orang di Kota Simaliki pasti tahu tentang mereka.Brigitta terkejut bukan karena kekuatan Keluarga Sunandar, tetapi karena suaminya, Ethan dan Maxime dari Keluarga Sunandar berteman."Gaby, suami Nana namanya siapa?"Brigitta berpikir ini semua tidak mungkin begitu kebetulan."Maxime."Detik berikutnya Gaby tercengang tidak percaya."Kok bisa?" gumam Brigitta pada dirinya sendiri.Gaby mengernyit bingung, "Kenapa Brigitta? Kukira kamu suda
Setelah usaha yang cukup lama, Reina akhirnya bisa menghubungi sopir dan tahu kalau Brigitta pergi ke luar kota.Meski tidak tahu apa yang terjadi, Reina langsung meminta sopirnya menyusul.Sisil ikut dengan Reina, "Bos, aku temani.""Oke."Keduanya pergi bersama, sedangkan Gaby tinggal di rumah dan menunggu mereka kembali.Di luar sedang hujan deras. Gaby dan Reina sama-sama khawatir.Di sisi lain, Brigitta jelas keluar rumah tanpa persiapan. Dia hanya membawa sedikit uang yang diberikan Reina. Uang itu langsung habis setelah dipakai untuk biaya transportasi dan tempat menginap.Anak dalam gendongannya terus menangis, Brigitta tentu tidak akan membuang anaknya. Dia hanya bisa membawa anaknya yang menangis untuk membeli barang-barang keperluan bayi."Sayang, jangan nangis ya ... Cup ... Cup ..."Sedari kecil, Brigitta tidak pernah mengurus orang, tidak ada yang mengajarinya cara mengasuh anak atau cara mengurus rumah tangga.Semua uangnya sudah habis, dia hanya bisa tinggal di kamar ho
"Pernikahan kami adalah sebuah kesalahan. Dia sudah membunuh semua Keluarga Fandie. Aku sama sekali nggak mau menikah sama dia, aku cuma mau pergi sejauh pergi darinya," kata Brigitta.Setelah mendengar penjelasan ini, Sisil menganga lebar-lebar.Memangnya ini cerita novel? Ethan kesurupan apa sampai membinasakan seluruh anggota keluarga Brigitta?Brigitta tidak menjelaskan secara detail, seolah tidak ingin mengungkit masa lalu."Nana, cuma ini yang bisa kuceritakan. Maaf, hari ini aku dengar dari Gaby bahwa mantan suamimu adalah Maxime. Kupikir kamu mengizinkanku tinggal di rumahmu karena tahu aku istri Ethan, kukira kamu bekerja sama dengannya untuk mengawasiku. Itu sebabnya aku kabur."Akhirnya Reina paham alasan Brigitta kabur, dia pun berkata, "Untung kami nyusul, kita jadi tahu yang sebenarnya deh. Kalau nggak, aku malah bersalah."Brigitta langsung menggeleng."Nggak, terlepas dari kamu bekerja sama dengan Ethan atau nggak, aku sangat berterima kasih padamu. Kalau bukan karena k
Maxime mengirim pesan pada Reina, "Kamu lagi ngapain?"Tentu saja pesan Maxime terabaikan begitu saja.Reina benar-benar sibuk, dia baru kembali ke kediaman utama Keluarga Sunandar jam satu pagi.Reina sama sekali tidak melihat ponselnya, jadi tidak tahu kalau Maxime mengiriminya pesan.Maxime tidak bisa tidur.Keesokan paginya, pihak mempelai pria pergi menjemput mempelai wanita.Joanna meminta Riki menjadi pendampingnya. Riki yang saat ini mengenakan jas, terlihat tampan nan imut.Riko datang dengan Tuan Besar Jacob. Joanna tambah girang saat melihat cucu sulungnya ini sudah datang. "Riko, sini. Nenek peluk sebentar."Joanna sudah tahu akan kondisi kesehatan Jacob yang memburuk, jadi dia tidak keberatan Riko tinggal dengan Jacob.Riko berjalan tanpa ekspresi dan menyapanya, "Nenek.""Halo, cucuku sayang."Joanna mau memeluk Riko.Riko mundur, dia tidak suka dipeluk oleh wanita tua itu.Dibandingkan dengan Joanna, Riko lebih memilih Tuan Besar Jacob yang sangat menyayanginya.Tangan J
Spontan, Reina pun tersenyum, "Kalau gitu cepat cari suami, lalu hamil dan punya bayi secepat mungkin."Begitu bicara tentang proses kehamilan, Alana pun berubah pikiran."Aduh, nggak deh. Aku lebih suka menggoda anak orang."Alana merasa dirinya tidak sanggup menahan rasa sakit melahirkan, dia juga tidak punya kesabaran dalam mengasuh anak-anak."Nana, kamu nggak paham. Pokoknya gimana pun juga, main sama anak orang itu lebih enak, soalnya kita nggak perlu merawat mereka."Dibanding Gaby dan Sisil, Alana lebih memahami beratnya membesarkan anak.Dulu waktu di luar negeri, setiap kali dia libur pasti akan membantu Reina merawat para bayi. Dia tahu betapa sulitnya mengasuh si kembar waktu berumur satu dua tahun.Reina pun tidak membujuknya. Melahirkan dan merawat anak memang pekerjaan yang sangat sulit.Hari ini, pernikahan Syena dan Morgan berlangsung megah dan banyak orang terkemuka menghadiri pesta.Ethan juga menghampiri Reina, "Halo kakak ipar, lama nggak bertemu."Begitu Reina mel
"Apa katamu?"Reina menghampiri wanita yang baru saja mengancam akan menyakiti putranya.Wanita itu tidak mengerti, namun dia langsung mundur selangkah karena aura kuat yang memancar dari tubuh Reina, dia pun langsung menyahut dengan kasar, "Aku bilang, harusnya kamu tahu diri."Reina mengepalkan kedua tangannya.Reina kenal wanita ini, dia adalah sepupu jauh Maxime.Reina tidak menyangka setelah Maxime seperti ini, wanita ini berani menindasnya juga mengancam putranya.Reina tidak pernah tinggal diam saat orang lain mengancam orang di sekitarnya!"Kenapa? Nggak berani ngomong? Bisu?" Wanita itu berpikir Reina takut padanya karena Reina hanya menatapnya tanpa bicara.Reina menahan amarahnya, meski wajahnya terlihat tenang, dia sudah tahu apa yang harus dilakukan."Kuharap nanti kamu nggak menyesal dengan ucapanmu barusan.""Cih, apanya yang perlu kusesali? Nggak usah nakut-nakutin aku deh."Alana yang berdiri di samping Reina pun ikut menatap wanita itu dengan tatapan mengejek. "Oh ser
"Kak Reina, aku datang karena kudengar Kak Morgan akan menikah. Pertama-tama, aku mau datang ke pesta pernikahannya dan kedua aku mau berterimakasih padamu," ucap Christy dengan sangat manis."Terima kasih?" Reina tidak mengerti maksud tersembunyi Christy."Ya, terima kasih. Kalau bukan karena kamu nggak mau ngasih Kak Max ke aku, aku nggak mungkin bertemu sama Tuan Sandy." Christy bicara sambil menunjukkan cincin permata sebesar telur merpati di jarinya. "Ini dari Tuan Sandy, bagus 'kan?"Reina benar-benar terdiam.Alana di samping Reina lebih terdiam lagi. Salah makan apa si Christy?Apa maksudnya dengan tidak memberikan Max padanya?Apa di dunia ini ada istilah 'memberi suami' pada wanita lain?"Ya, bagus. Selamat." Reina tidak peduli akan Christy yang pamer, Reina hanya memberi selamat padanya.Reina tahu Joanna tidak mungkin mendorong keponakannya sendiri ke dalam lubang api, terakhir kali Joanna juga sudah bilang kalau Sandy ini bukan pria yang gampangan.Melihat Reina sama sekal
Setelah mendengar ucapan Alana, Reina akhirnya mengerti bahwa Joanna sama sekali tidak khawatir kalau Christy mendekati Sandy."Yah, semoga dia bahagia deh."Reina melihat ke kejauhan.Christy tidak pergi menemui Sandy, melainkan sedang memamerkan cincin permatanya pada wanita lain.Para wanita yang sudah tahu karakter Sandy pun mencibir. Namun mereka yang tidak tahu pun merasa iri pada Christy.Ada beberapa wanita yang tidak menyukai Christy yang pamer, mereka pun memberi tahu Christy kalau Sandy bukan pria sembarangan, salah-salah malah nyawa yang melayang.Christy tidak menganggap kabar itu serius dan berkata, "Kalian pikir aku sama kayak para mantannya? Aku berbeda, aku lebih pintar, lebih muda dan lebih cantik dari mereka."Dengan adanya ucapan ini, Reina pun sadar kalau Christy juga sudah tahu seperti apa Tuan Sandy.Namun, Christy memilih untuk mengabaikan semua berita negatif. Dia sudah merasa dirinya adalah jodoh Sandy dan lebih baik dari wanita lain.Namun hidup ini tidak sam
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba