"Aku tidak percaya, aku tidak percaya kamu akan menceraikan Kirana, bukankah kamu sudah jatuh cinta dengannya?"
"Aku tidak jatuh cinta dengannya, semua itu hanya drama supaya aku bisa mendapatkannya."
Suasana langsung hening seketika, bahkan Arnold yang mendengar ucapan Richard langsung kaget.
"Oke, aku percaya, asalkan kamu menceraikan Kirana dan membuktikan ucapanmu," ucap Jessica.
Richard menghela nafasnya kasar, dia mencoba menenangkan dirinya yang mau mengamuk itu.
"Iya aku janji, asalkan kamu jangan ganggu aku untuk beberapa hari ini dulu," ucap Richard memohon.
"Baiklah, tepati janjimu Richardo Elios," ucap Jessica dan berjalan pergi meninggalkan ruangan Richard.
Jessica menutup pintu dengan perlahan-lahan dari luar, dia tersenyum sinis.
"Rencanaku berhasil, sayang sekali aku tidak bisa melihat reaksi putri cantik itu," batinnya merasa senang, dia pun berjalan menaiki lift.
Sedangkan di dalam ruangan, terlih
Di dalam kafe, keadaan semakin emosional, bahkan ada beberapa pelanggan yang melirik kearah mereka.Arnold mencoba menenangkan gadis kecil di depannya, setelah menceritakan kejadian yang sebenarnya, Sarah langsung menangis terus menerus."Diamlah, aku janji akan membawa pulang ibumu hidup-hidup," ucap Arnold sembari mengusap pelan belakang Sarah.Sarah masih menutupi wajahnya, dia menghapus air mata yang turun membasahi pipi munggilnya."Dimana kak Richard, seharusnya dia ada disini, karena dia, ibuku di culik," gumam Sarah, tangisnya menjadi-jadi."Jangan Richard, biarkan aku mengurus semua ini," ucap Arnold sembari mengusap tangan Sarah, dan berjongkok di depan gadis itu.Sarah masih tak bisa mempercayai siapapun, dia masih tak ingin menaruh harapan, yang pada akhirnya ia hancur oleh harapan itu."Aku janji, aku akan membawa ibumu kembali hidup-hidup, nyawa taruhanku," ucap Arnold meyakinkan, dia mengangkat jari kelingkingnya untuk
Jam menunjukan pukul 21:15, yang berarti sudah malam hari, terlihat di sebuah perusahaan sudah sangat sepi dan tinggal beberapa karyawan lembur yang berada di perusahaan itu.TOK! TOK!Bunyi ketukan pintu yang sudah berbunyi hampir lima kali, tapi sang pemilik ruangan tak membukanya.Richrad terkejut kecil saat orang di luar melontarkan ketukan pintu untuk yang keenam kalinya."Siapa?" tanya Richard dengan suara yang agak serak."Saya pak satpam pak, saya ingin memastikan bahwa bapak ada di dalam atau tidak, soalnya udah jam pulang pak," jawab pak satpam dari luar."Iya, terimakasih telah membangunkan saya," ucap Richard dan membuat pak satpam mengiyakan lalu kembali turun ke bawah.Richard menyandarkan tubuhnya ke kursi, dia memejamkan matanya berkali-kali, padahal dia baru saja tidur sebentar, tapi malah ketiduran sampai malam.Pria itu menghela nafasnya kasar, dia berdiri dan menetralkan keseimbangannya, lalu dia mengambil j
NIT! NIT!Sebuah alaram yang berbunyi sesuai waktunya, terlihat seorang pria baru saja terusik dari tidurnya.Richard mengedipkan matanya berkali-kali, dia bangun dan menetralkan nafas serta penglihatannnya.Richard berjalan mematikan alarmnya, lalu keluar dari kamar.Langkah kakinya terhenti, dia menatap pintu kamar Kirana, Richard seperti tak merasakan keberadaan Kirana sedikit pun.KLANG!!Bunyi suara dari dapur mengalihkan pandangan Richard, dia berjalan dengan cepat dan turun ke bawah.Matanya mendapati seorang gadis yang tengah memakai celemek di badannya, gadis itu tengah membersihkan sisa piring kotor."Kirana?" panggil Richard dari belakang.Gadis itu membalikkan badannya saat mendengar suara Richard. "Richard, kamu sudah bangun?"Wajah Richard langsung berubah dengan drastis, dia menatap seorang gadis yang tak ingin dia temui."Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Richard."Kenapa har
KRINGG!!Bunyi alarm berhasil di matikan seorang gadis, dia bahkan bangun lebih dulu dari pada alarmnya.Kirana selesai membersihkan dirinya, dia membuka jendela dan menghirup aroma pagi hari yang menyegarkan."Makasih Revano," gumam Kirana menatap Revano yang tengah sibuk menyirami bunga.Kirana masih mengingat jelas tadi malam, dia bahkan tak bisa melupakan kejadian kemarin dalam hidupnya.Orang yang di harapkannya, malah menjadi orang yang menyakitinya, sedangkan orang yang menyakitinya malah datang membantu dirinya.Kirana menghembuskan nafasnya kasar, dia mengingat jelas tadi malam, sebenarnya dia tidak mau mengikuti Revano, tapi karena saat itu tidak ada siapa-siapa disana, makanya dia hanya bisa bergantung kepada Revano.Kirana menutupi jendela ketika matahari makin meninggi, dia mengambil barang-barangnya.Langkah kaki Kirana terhenti saat menatap sebuah foto, tak lama senyuman mulai terukir di wajah Kirana."Rev
"Kirana?"Richard menatap seorang gadis dari kejahuan, dia merasa familiar di setiap gerakkan yang di lakukan gadis itu."Tunggu sebentar disini Arnold," ucap Richard sembari menepuk pundak dan berjalan pergi meninggalkan Arnold."Richard! Kita hampir sampai," teriak Arnold, tapi Richard tak mendengarnya sedikit pun."Sial! Kalau gak berjalan sesuai rencana, ibuku bakal mati," ucap Arnold deg-deggan.Richard berjalan melewati kerumunan, dia bahkan di caci maki karena berjalan menyalip yang lain, tapi pria kecil itu tak memperdulikan cacian itu."KIRANA!" teriak Richard, tapi gadis yang diteriaki tak mendengarnya.Richard makin mendekat kepada gadis itu, jantung dan nafasnya makin tak karuan."Kirana? Benarkan kamu Kirana." Richard dengan cepat menarik pergelangan gadis itu.Gadis yang di tarik yang bisa pasrah, dia bahkan menatap Richard dengan tatapan kaget. "Richard?"Richard tersenyum kecil, dia tak menyangka a
TENG! TENG!"HORAAA!!"Teriakan seluruh orang-orang di dalam gedung, benar-benar sangat membahagiakan.Mereka bahagia ketika sudah berhasil menangkap musuh terbesar yang sudah lama mereka incar sejak dulu.Terlihat seorang pria baru saja terbangun dari kesadarannya, bukan cuman pria itu, bahkan beberapa orang yang disandra pun juga ikut sadar.Richard menetralkan penglihatannya, walau telingannya telah terusik oleh suara orang-orang, tapi pandangannya masih tetap kabur.Richard mengedipkan matanya berkali-kali, walau samar-samar, matanya bisa melihat banyak sekali orang yang berkumpul di ruangan ini."Hey ... lihatlah ini, sang bintang utama kita sudah bangun!" teriak seorang pria sambil mengangkat gelas birnya tinggi-tinggi.Richard menyipitkan matanya, dia melihat pria itu berjalan mendekat kearahnya.CURRR!!Bir yang di pegang pria itu, ditumpahkan ke kepala Richard.Hal itu langsung mengundang gelak taw
BRAKK!!Semua pandangan yang ada di tempat itu, langsung tertuju di sebuah pintu yang terbuka lebar akibat sebuah tendangan.BRUKHH!!Seorang gadis yang di lempar paksa oleh Mr Monkey, dia terlempar dan wajahnya hampir mencium lantai."Jessica?" gumam Richard saat mengenali gadis itu.Jessica mengangkat wajahnya, dia bisa melihat banyaknya korban yang disandra di tempat ini."Apa yang kamu lakukan di tempat ini?" tanya Richard.Jessica hanya bisa memasang wajah ketakutan, dia benar-benar takut akan di bunuh, apalagi mantannya Stevan yang sekarang menjadi Mr Monkey."Ikat jalang ini," perintah Mr Monkey.Para penjaga langsung berjalan kearah Jessica, sambil membawa rantai besi.Jessica hanya pasrah di bawah mereka, bahkan saat tangannya di ikat dengan rantai, dia tidak dapat berkutik apa-apa."Kamu lama sekali, aku pikir kamu tidak akan datang," ucap Jakson dan merangkul pundak Mr Monkey."Tenan
"Ini adalah bunga yang menjadi saksi kematian ibumu." Richard langsung terkejut dengan apa yang dia dengar, matanya memerah, dia menatap Mr Black dengan tatapan penuh amarah. "Santai dulu, kamu jangan membuang tenagamu sia-sia," ucap Mr Black sembari menepuk pelan pipi Richard. Richard rasanya mau marah sekali, dia telah mengetahui pembunuh ibunya, tapi kenapa dia tak bisa berbuat apa-apa di saat seperti ini. Mr Black berdiri dari jongkoknya, dia menatap Richard sesaat, lalu berjalan kembali ke anak buahnya, Richard juga bisa melihat senyuman brengsek dibalik topeng itu. "BRENGSEK! TERNYATA KAMU YANG TELAH MEMBUNUH AMANDA!" Justin memberontak sekuat mungkin, dia menjadi agresif saat mendengar kebenarannya. Mr Black membalikkan badannya, dia menatap Justin yang tengah memberontak seperti orang gila. "Roger brengsek! Berani-beraninya kamu melakukan hal keji itu pada Amanda, istrimu sendiri," ucap Justin, matanya memerah, bahkan d