"Bukannya ayah kamu itu Roger Hernandos?"
Richard langsung terdiam, dia membeku ketika mendengar nama yang begitu asing di telinganya.
Pria kecil itu bingun, nama siapa yang di sebut oleh Saraswati, bahkan nama itu juga bukan ayah kandung Richard.
"Dokter sepertinya salah tanggapan, ayah Richard itu Justin Hernandos," ucap Arnold, dia sendiri juga ikut bingun dengan perkataan Saraswati.
Saraswati mengerutkan dahinya. "Sepertinya kalian tidak tahu apa-apa?"
Richard tak dapat menggerakkan mulutnya, dia terdiam kaku, bahkan sangat sulit sekali untuk menggerakkan bibirnya.
"Ayah kamu itu bukan Justin, tapi Roger, sedangkan Justin adalah adik kandungnya Roger." Jelas Saraswati.
Richard masih saja diam terpaku, dia bingun dan gelisah, banyak sekali pertanyaan yang menumpuk dalam pikirannya, tapi entah kenapa dia tak dapat berbicara sedikit pun.
"Hanya itu yang bisa aku sampaikan padamu, dan ayahmu ... Roger Hernandos yang di balik da
BRUMM!! BRUMM!!Sebuah mobil hitam pekat terlihat melaju di jalan raya, mobil itu melaju tanpa memikirkan keadaan kendaraan lain.Mobil itu terlihat melewati tempat sunyi dan sepi, tak lama mobil itu mendarat di sebuah gedung tua.Seorang wanita paruh baya keluar dari mobil itu, dia memakai topengnya dan berjalan masuk kedalam gedung kosong itu.Semua pengawal yang berada di gedung itu tertunduk dengan sopan, lalu mereka mengarahkan wanita itu ke ruangannya.CEKLEK!!Wanita paruh baya itu menatap beberapa orang yang sedang mengintari meja."Dari mana saja kamu Mr Mommy?" tanya Jakson lalu berdiri, dia membelai punggung belakang Mr Mommy.Mr Mommy dengan cepat menepis tangan Jakson, dia memandang Jakson dengan tatapan menjijikan."Dimana Mr Black?" tanya Mr Mommy kepada Mr Monkey yang tengah asik bermain dengan mainannya."Tidak tahu, aku hanya memperhatikan kelinci kecil ini dari tadi," jawab Mr Monkey sambil memu
Matahari mulai meninggi, terlihat banyak orang, serta kendaraan yang berlalu lalang dan melakukan aktivitas pagi ini.Bahkan di sebuah rumah sakit juga ikut padat dengan para pasien serta dokter yang berlalu lalang.CKITT!!Sebuah mobil mendarat di depan rumah sakit, terlihat dua orang berjas yang turun dari mobil."Apa kamu yakin akan melakukan tes dna?" tanya Arnold sembari mengikuti langkah kaki Richard.Richard tak menjawab pertanyaan Arnold, dia tetap berjalan masuk kedalam rumah sakit.Rumah sakit semakin padat dengan orang-orang yang berlalu lalang, Richard bahkan hampir saja bertabrakan dengan salah satu pasien."Pelan-pelan saja, kamu jadi pusat perhatian, Richard," gerutu Arnold, dia menutupi wajahnya, karena mereka menjadi pusat perhatian saat hampir saja bertabrakan.Richard menaiki anak tangga satu persatu, mereka berdua sebenarnya mau memakai lift, tapi karena banyaknya orang yang naik, jadi mereka memilih jalan p
TING!Sebuah open kue berbunyi, terlihat seorang gadis yang berjalan mendekat dan mengambil kue di dalam open."Harum banget, kayaknya kue ini enak deh," ucap Acha sembari menghirup aroma yang di keluarkan kue itu.Serani yang melihat tingkah Acha, langsung menarik tubuh gadis kecil itu kebelakang."Jangan dekat kue itu, air liurmu nanti menetes di kue itu," ucap Serani kesal."Apa? Kamu pikir aku ini penggila kue?" tanya Acha, gadis itu terlihat sedikit kesal."Kamu memang penggila kue, bahkan di cafe saja kamu membeli banyak kue."Acha menarik nafasnya pelan-pelan, lalu menghembuskannya kembali, gadis itu terlihat akan mengamuk."Masih enakkan kuenya Kirana, dari pada kuemu," sindir Acha.Serani langsung emosi dan jengkel ketika Acha menyindir dirinya. "Kamu ini."Serani pun menyenggol Acha, hingga membuat gadis terjatuh ke bawah, dan akhirnya mereka berdua pun saling mengejek dan bertengkar.Kirana hanya
"Aku tidak percaya, aku tidak percaya kamu akan menceraikan Kirana, bukankah kamu sudah jatuh cinta dengannya?""Aku tidak jatuh cinta dengannya, semua itu hanya drama supaya aku bisa mendapatkannya."Suasana langsung hening seketika, bahkan Arnold yang mendengar ucapan Richard langsung kaget."Oke, aku percaya, asalkan kamu menceraikan Kirana dan membuktikan ucapanmu," ucap Jessica.Richard menghela nafasnya kasar, dia mencoba menenangkan dirinya yang mau mengamuk itu."Iya aku janji, asalkan kamu jangan ganggu aku untuk beberapa hari ini dulu," ucap Richard memohon."Baiklah, tepati janjimu Richardo Elios," ucap Jessica dan berjalan pergi meninggalkan ruangan Richard.Jessica menutup pintu dengan perlahan-lahan dari luar, dia tersenyum sinis."Rencanaku berhasil, sayang sekali aku tidak bisa melihat reaksi putri cantik itu," batinnya merasa senang, dia pun berjalan menaiki lift.Sedangkan di dalam ruangan, terlih
Di dalam kafe, keadaan semakin emosional, bahkan ada beberapa pelanggan yang melirik kearah mereka.Arnold mencoba menenangkan gadis kecil di depannya, setelah menceritakan kejadian yang sebenarnya, Sarah langsung menangis terus menerus."Diamlah, aku janji akan membawa pulang ibumu hidup-hidup," ucap Arnold sembari mengusap pelan belakang Sarah.Sarah masih menutupi wajahnya, dia menghapus air mata yang turun membasahi pipi munggilnya."Dimana kak Richard, seharusnya dia ada disini, karena dia, ibuku di culik," gumam Sarah, tangisnya menjadi-jadi."Jangan Richard, biarkan aku mengurus semua ini," ucap Arnold sembari mengusap tangan Sarah, dan berjongkok di depan gadis itu.Sarah masih tak bisa mempercayai siapapun, dia masih tak ingin menaruh harapan, yang pada akhirnya ia hancur oleh harapan itu."Aku janji, aku akan membawa ibumu kembali hidup-hidup, nyawa taruhanku," ucap Arnold meyakinkan, dia mengangkat jari kelingkingnya untuk
Jam menunjukan pukul 21:15, yang berarti sudah malam hari, terlihat di sebuah perusahaan sudah sangat sepi dan tinggal beberapa karyawan lembur yang berada di perusahaan itu.TOK! TOK!Bunyi ketukan pintu yang sudah berbunyi hampir lima kali, tapi sang pemilik ruangan tak membukanya.Richrad terkejut kecil saat orang di luar melontarkan ketukan pintu untuk yang keenam kalinya."Siapa?" tanya Richard dengan suara yang agak serak."Saya pak satpam pak, saya ingin memastikan bahwa bapak ada di dalam atau tidak, soalnya udah jam pulang pak," jawab pak satpam dari luar."Iya, terimakasih telah membangunkan saya," ucap Richard dan membuat pak satpam mengiyakan lalu kembali turun ke bawah.Richard menyandarkan tubuhnya ke kursi, dia memejamkan matanya berkali-kali, padahal dia baru saja tidur sebentar, tapi malah ketiduran sampai malam.Pria itu menghela nafasnya kasar, dia berdiri dan menetralkan keseimbangannya, lalu dia mengambil j
NIT! NIT!Sebuah alaram yang berbunyi sesuai waktunya, terlihat seorang pria baru saja terusik dari tidurnya.Richard mengedipkan matanya berkali-kali, dia bangun dan menetralkan nafas serta penglihatannnya.Richard berjalan mematikan alarmnya, lalu keluar dari kamar.Langkah kakinya terhenti, dia menatap pintu kamar Kirana, Richard seperti tak merasakan keberadaan Kirana sedikit pun.KLANG!!Bunyi suara dari dapur mengalihkan pandangan Richard, dia berjalan dengan cepat dan turun ke bawah.Matanya mendapati seorang gadis yang tengah memakai celemek di badannya, gadis itu tengah membersihkan sisa piring kotor."Kirana?" panggil Richard dari belakang.Gadis itu membalikkan badannya saat mendengar suara Richard. "Richard, kamu sudah bangun?"Wajah Richard langsung berubah dengan drastis, dia menatap seorang gadis yang tak ingin dia temui."Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Richard."Kenapa har
KRINGG!!Bunyi alarm berhasil di matikan seorang gadis, dia bahkan bangun lebih dulu dari pada alarmnya.Kirana selesai membersihkan dirinya, dia membuka jendela dan menghirup aroma pagi hari yang menyegarkan."Makasih Revano," gumam Kirana menatap Revano yang tengah sibuk menyirami bunga.Kirana masih mengingat jelas tadi malam, dia bahkan tak bisa melupakan kejadian kemarin dalam hidupnya.Orang yang di harapkannya, malah menjadi orang yang menyakitinya, sedangkan orang yang menyakitinya malah datang membantu dirinya.Kirana menghembuskan nafasnya kasar, dia mengingat jelas tadi malam, sebenarnya dia tidak mau mengikuti Revano, tapi karena saat itu tidak ada siapa-siapa disana, makanya dia hanya bisa bergantung kepada Revano.Kirana menutupi jendela ketika matahari makin meninggi, dia mengambil barang-barangnya.Langkah kaki Kirana terhenti saat menatap sebuah foto, tak lama senyuman mulai terukir di wajah Kirana."Rev