Selamat Membaca
HAVE A NICE DAY"A..ada jasad," ucap Laksmi.Baik Laksmi dan Fatma sama-sama terlihat ketakutan, kemudian Pangeran Afni berusaha menenangkan keduanya. Mereka secepatnya pergi dari tempat itu, karena melihat beberapa orang berkuda menelusuri sungai."Apa yang Mereka cari di sana?" batin Laksmi."Apakah Mereka penjahatnya?" tanya Fatma."Aku tidak tahu, tapi Mereka tidak memakai penutup wajah. Aku akan berusaha berjalan," ucap Pangeran Afni."Tapi, kakimu masih terluka Kak," ucap Fatma."Iya Pangeran, Kami masih kuat untuk memapah mu. Kalau lelah Kita bisa beristirahat," tambah Laksmi."Aku kasihan pada Kalian," ucap Pangeran Afni."Kita tak menginginkan hal ini, tapi yang terpenting adalah bekerjasama," ujar Laksmi."Sepertinya di depan sana Kita akan melewati hutan belantara, semoga ada buah yang bisa dimakan," ucap Fatma.Pangeran Afni dan Laksmi tersenyum sekaligus kasihan pada Fatma, bagaimana pun MerekaSelamat MembacaHAVE A NICE DAYAgra yang sedang menyamar sebagai pimpinan para penjahat sama sekali tidak ikut minum, tetapi Dia lakukan secara diam-diam. Bukan hanya pada minuman, tapi juga pada makanan yang tersaji. Agra tidak percaya pada penjahat yang akan menolong Dirinya, maka dari itu Dia tidak memberitahu Mereka.Penjahat yang katanya akan menolong Agra tidak ikut minum, karena Dia sendiri yang menolong Agra menambahkan minuman tersebut."Tuan, Aku sudah membuktikan kesetiaan ku. Tapi, Tuan belum menyebutkan nama. Apa yang harus Aku lakukan supaya Tuan percaya?" tanyanya."Aku akan menunjukkan wajahku dan memperkenalkan diri setelah menemui dalangnya, tapi sebelum itu Kita harus makan. Supaya Mereka tidak curiga," ucap Agra."Sesuai perkataan Tuan," ucapnya.Dia sama sekali tidak curiga terhadap makanan tersebut, karena Agra yang menyiapkan semuanya. Dia tahu mana makanan yang berisi dan tidak."Tuan, Aku tidak i
Selamat MembacaHAVE A NICE DAYAgra yang mendengar suara teriakan tersebut, kemudian semakin masuk ke dalam. Dia bersembunyi, lalu melangkah dan sembunyi kembali setiap ada kesempatan."Tidak ada siapapun, tetapi mengapa ada lahar di tempat ini. Sangat gelap dan sedikit panas," batin Agra.Agra mendengar langkah kaki dari luar, mungkin lebih dari lima orang yang datang, sehingga langkahnya terdengar cukup jelas. Agra melihat ke arah luar, menantikan kedatangan Mereka yang Agra tidak ketahui.Sekitar tujuh orang datang dengan membawa kambing, Mereka membawa senjata dan tangan Mereka tampak berlumuran darah.Mereka terlihat sangat bengis, terlebih menyeretnya kambing tersebut dengan sangat sadis. Tubuh Mereka juga jauh lebih besar dari Agra, selain besar Mereka juga memiliki perawakan yang tinggal."Aku hanya membawa belati kecil ini, entah di mana pedangku. Apa Aku bisa mengambilnya ke desa Cirangi setelah ini?" batin Agra.
Selamat MembacaHAVE A NICE DAYAgra bergidik ketika mendengar ucapan dari Soraya, Dia melihat ke depan. "Kenapa seperti jembatan neraka?""Hati-hati jangan sampai Kau membuat laharnya marah dan menyerangmu," ucap Soraya. Dia sengaja menakuti Agra."Jalan saja," ucap Marlaka."Kalau jembatan itu roboh dan Aku menjadi abu, maka Kalian yang akan Aku cari paling pertama," gumam Agra."Jangan saja lompat! Kau tidak akan jadi abu," ucap Soraya."Hahaha ternyata suaraku terdengar ya, lalu bagaimana dengan Kalian?" tanya Agra."Kami akan menjaga di sini, kalau para penjahat itu datang tinggal di bereskan," jawab Soraya.Agra mengangguk, kemudian melangkah ke jembatan. Dia memegang dadanya, sembari melihat ke kanan dan kirinya. Setelah merasa cukup tenang, Dia melanjutkan perjalanan."Semakin jauh, hawanya semakin panas. Ini gunung berapi atau apa ya?" batin Agra.Agra mengelap keringat yang membasahi keningnya, be
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY"Tidak! Kami tidak mengenal Tuan Putri Rasi terlalu dekat, tapi pernah mendengar tentang Dia," ucap Soraya."Jadi, Kau tahu tentang keadaan Rasi ?" tanyanya."Maksudmu Tuan Putri Rasi? Bukannya Dia sudah kembali ke istana Rana dalam keadaan selamat?" tanya Marlaka segera."Iya, Dia sudah kembali ke istana. Tapi, Dia masih belum bisa pulih sepenuhnya." Agra membuat alasan, meski Dia harus menyembunyikan keadaan Rasi yang sebenarnya."Baguslah, lagipula Dia adalah seorang putri. Dia bukan orang biasa seperti Kita, jadi Raja Rana pasti akan memenuhi permintaannya. Dia putri kesayangan Raja Rana," tambah Soraya."Iya," ucap Agra."Omong-omong, apa hubunganmu dengan Tuan Putri? Sepertinya Kau tahu banyak tentang Dirinya," ucap Soraya."Ayahku seorang prajurit, jadi Aku tahu sedikit tentangnya," tutur Agra."Berbohong sedikit tidak apa, kan?" batinnya."Kalau begitu tolong berikan
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY"Terlalu rumit untuk menceritakan semuanya," gumam Agra yang masih bisa di dengar oleh Pangeran Afni."Lalu, apa Kau sudah menemukan Rasi?" tanya Pangeran Afni."Iya. Aku sudah menemukannya, Dia aman sekarang. Sepertinya tempat ini cukup aman untuk bersembunyi," ucap Agra."Iya, memang cukup aman. Sebelum kudamu itu menginjak kakiku," gerutu Pangeran Afni."Jadi, belum sembuh total ya?" tanya Agra."Belum, sebenarnya sudah cukup membaik. Salah kudamu," ucap Pangeran Afni."Hahaha." Agra tertawa mendengar ucapan Pangeran Afni."Kau mengejekku?" tanya Pangeran Afni."Sssttt! Jangan keras-keras, Mereka sedang tidur," ucap Agra."Hem, apa sudah pagi?" tanya Laksmi."Belum, istirahat saja dulu." Agra mengelus kepala Laksmi, seperti anak kecil."Laksmi, Agra menyukaimu," ucap Pangeran Afni sembarangan."Kalau bicara jangan sembarangan! Laksmi seperti Adikku," u
Selamat MembacaHAVE A NICE DAY"Tidak, Dia tidak membuat kesalahan. Kami tidak bisa menjelaskannya di sini, itu terlalu bahaya," jawab Agra."Lalu, kenapa harus pergi ke tempat yang aman?" tanya Ibunya Naira."Percayalah padaku Ibu, Aku tidak membuat kesalahan kali ini." Naira berusaha meyakinkan Ibunya, begitu juga dengan bantuan Agra."Tidak ada waktu lagi, Kalian bersiap-siap dulu. Jangan keluar sebelum Aku datang," ucap Agra."Kau mau kemana?" tanya Fatma. Yang secara spontan memegang tangan Agra, lalu Agra melepaskan tangannya dari Naira."Aku harus menemui pemilik rumah dulu, hanya sebentar." Agra meninggalkan Naira dan Ibunya, lalu Dia pergi ke rumah sebelah dimana Rasi dirawat."Pangeran Agra," ucap pemilik rumah."Paman, Aku ingin melihat keadaan Rasi. Sekaligus ingin membicarakan sesuatu yang sangat penting," ucap Agra. Menyampaikan maksud kedatangannya."Kalau begitu masuklah," balas pemilik rumah.Dia mempersilakan
Selamat MembacaHAVE A NICE DAYTabib Hwan sudah menyiapkan obat untuk Rasi, lalu Dia membuat Rasi meminum obat tersebut. Dia juga menambahkan air telaga biru pada tetesannya.Berangsur-angsur warna biru pada tubuh Rasi sedikit memudar, namun Dia belum juga sadarkan Diri. Rendra memindahkan Rasi, tabib Hwan dan seluruh keluarga Adam untuk tinggal di ruangan bawah tanah. Terkecuali untuk beberapa warga desa Cirangi yang masih selamat diminta untuk tinggal di rumah sebelah dan di sahkan sebagai warga desa Karang.Di Kerajaan Rana situasi sudah dapat dikendalikan oleh Raja, namun hubungan dengan kerajaan Bambu semakin memanas. Dua Kerajaan yang awalnya merupakan sahabat, sekarang menjadi musuh bebuyutan."Kerajaan Bambu semakin memperluas daerah kekuasaannya dengan menyerang kerajaan lain, lalu apa yang harus Kita lakukan Yang Mulia?" tanya Panglima Arya."Kalau bisa Kita harus ambil kembali daerah itu, bagaimana menurutmu penasihat?" tanyanya pada Penasih
Selamat MembacaHAVE A NICE DAYAgra menghadapi lintah-lintah tersebut, sedangkan Kosin membawa Naira dan Ibunya lari. Keadaan kembali tenang setelah Nenek tua itu pergi dari sana dan munculah cahaya emas.Agra menutup matanya, karena sinarnya yang membuat silau. Kupu-kupu emas raksasa berada tepat di depannya."Menakjubkan," gumam Agra."Naiklah ke atas punggungku," ucap kupu-kupu emas.Kosin dan yang lain terpisah dari Agra, setelah Agra tidak ada barulah Mereka menyadarinya."Agra di mana?" tanya Naira."Sepertinya Pangeran Agra masih di belakang," jawab Kosin."Kalau begitu Kita harus kembali ke sana," ucap Ibunya Naira."Kalian tidak perlu mencariku," ucap Agra."Kupu-kupu raksasa," gumam Ibunya Naira.Kupu-kupu emas mendarat, lalu Mereka bertiga ikut naik bersama Agra. Kupu-kupu tersebut menelusuri terowongan begitu cepat, hingga akhirnya keluar dari sana."Waaaa!" teriak Mereka.Hamparan rumput hijau nan lu