Cailey terbangun saat merasakan tubuhnya ditepuk dengan lembut. “Julian, ini sudah pagi?” tanya Cailey, masih dengan matanya yang ditahan untuk tidak menutup kembali. Rasanya ia baru tidur selama beberapa menit.Julian membuka tirai membuat cahaya matahari menyorot wajah Cailey. “Aargh!” Cailey mengerang lalu menarik selimutnya kembali untuk menutupi wajahnya.“Ck, kau bilang ingin pulang,” kata Julian lalu mengelus rambut Cailey yang tidak tertutupi selimut.Sial!Bukan itu yang membuat Cailey mengerang, melainkan ingatannya yang jatuh kembali pada jendela semalam. Membuatnya tak bisa tidur, hingga kantung hitam menghiasi bawah matanya.“Hmm, 5 menit lagi. Aku benar-benar mengantuk,” kata Cailey masih menutup kedua matanya.Cailey memekik saat merasakan tubuhnya melayang. Tetapi setelah itu, matanya kembali dalam kegelapan. Demi Tuhan, rasanya sangat sulit hanya untuk memperlihatkan manik kecokelatannya pada dunia. Cailey hanya dapat mendengar samar-samar apa yang Julian katakan, kar
Malam terasa sangat sepi. Jarang sekali kendaraan berlalu lalang, tidak seperti Las Vegas yang selalu ramai dengan hingar bingar kehidupan malamnya. Cailey mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Cailey berniat untuk bermalam disana, mengingat suasana hutan yang lebih menyeramkan pada saat malam hari. Lebih baik untuk kembali saat matahari terbit esok.Cailey menutup jendela mobilnya, saat merasakan angin dingin menusuk kulitnya. Rasa sepi jalanan mulai membuatnya waswas. Cengkeraman pada setirnya menguat. Cailey menginjak pedalnya semakin ke bawah untuk menambah kecepatan. Alhasil menimbulkan deruman mobil yang memecah keheningan malam.Saat sampai, mobilnya ia parkirkan pada tempat yang sama seperti saat pertama kali ia menginjakkan kakinya di hutan ini, karena ia tak mungkin membawa mobilnya ke dalam hutan. Medan permukaan tanah pada hutan tidak cocok untuk Porche-nya.Cailey menyalakan senternya setelah mengunci pintu mobil. Kemudian dengan langkah lebar ia berjalan memasuki
Cailey bersin, kemudian menutup hidungnya saat debu-debu di atas buku berhamburan. Cailey mengambil sebuah buku di rak tinggi dengan bertumpu pada ujung jari kakinya pada sebuah kursi kayu kecil. Zachary tidak mengizinkannya pulang untuk sementara waktu karena bertambahnya rogue yang menyerang perbatasan istana, sehingga Cailey memilih untuk menghabiskan waktunya di perpustakaan istana. Banyak sekali warrior yang dikerahkan dan Zachary pergi untuk memimpin mereka. Zachary menyampaikan pesan itu melalui Liam, semenjak bangun tidur pagi ini, Cailey belum melihat Zachary sekalipun.Berdiri di atas kursi, Cailey melihat judul-judul buku yang membuatnya tertarik, setidaknya ada tiga buku yang kini ada di tangannya. buku-buku itu membahas mengenai sejarah werewolf. Cailey tertarik untuk membacanya, selagi menunggu keadaan hutan aman, sehingga ia bisa pulang dan melanjutkan misinya.Cailey turun dari kursi pijakannya dan berjalan ke arah sofa dengan jendela besar di sisi kanan yang memperlih
Saat memastikan bahwa pack Zachary sudah aman, Zachary mengantarkan Cailey pulang sampai ke depan apartement-nya. Setelah Cailey menyatakan perasaannya pada Zachary, pria itu tidak dapat berhenti tersenyum sedetikpun selama di perjalanan. Zachary masih tidak percaya jika Cailey sudah menerima dan mencintainya. Rasanya Zachary ingin cepat-cepat menikahi Cailey dan membuat wanita itu tinggal bersamanya di istana. Demi Moon Goddess, lihatlah seberapa serakahnya pria itu atas cintanya. Rasanya berat untuk berpisah dengan Cailey setelah apa yang mereka lakukan. Bagaimana darahnya berdesir kuat saat Cailey menerimanya tadi. Zachary menginginkan wanita ini. Cailey benar-benar manis seperti gula. Insting serigalanya menjadi lebih sensitif saat mereka berdekatan. Zachary menyibak rambutnya ke belakang. Memikirkannya saja membuat Zachary ingin cepat-cepat bertemu Cailey lagi dan merengkuh wanitanya itu ke dalam dekapannya. Jika saja Cailey tidak mengusirnya karena wanita itu membutuhkan fokus
In Madilyn Hospital Cailey dipersilakan duduk begitu bertemu dengan wanita beruban yang sama seperti yang ditemuinya terakhir kali ia kemari, Mrs. Margareth. Masih sama, Cailey disuguhi secangkir teh dan beberapa potong biskuit yang tak lagi menarik minatnya. Mrs. Margareth tersenyum ramah lalu ikut duduk pada sofa yang berhadapan dengan Cailey. “Maksud kedatanganku kali ini sebenarnya untuk menanyakan beberapa hal mengenai berkas Gyula yang terakhir kali kami minta,” jelas Cailey tanpa basa-basi. Mrs. Margareth tersenyum lagi, “Seluruh berkasnya sudah ku berikan kepada pria yang kesini bersamamu terakhir kali.” Tidak ada yang lain? Cailey cukup tekejut atas tidak keterlengkapan data tersebut. Seharusnya data-data seperti alamat itu wajib disertakan. “Tidak ada alamat ataupun hal yang lainnya?” “Untuk itu, sebenarnya Gyula sendiri yang bersikeras meminta kami menyembunyikannya dulu. Maka dari itu, kami tidak menuliskannya di berkas,” jelasnya. “Apa kau tahu alamatnya?” Mrs.
Cailey dapat mendengar seorang pria mengerang lalu mengumpat setelah Cailey melemparkan bayonetnya. Cailet terbelalak saat mendapati bayonetnya menggores panjang pipi seorang pria yang sangat dikenalinya, Zachary. Cailey membelalakan matanya, kemudian dengan wajah khawatir, Cailey berusaha menangkup pipi Zachary yang kini mengeluarkan sedikit darah itu.Cailey meniupinya berkali kali sambil terus mengucapkan maaf.Zachary malah tersenyum lalu memeluk Cailey tiba-tiba. Membuat tubuhnya terhuyung ke belakang, refleks ia menahannya. Cailey bersumpah tubuh Zachary lebih berat dibandingkan mendiang ayahnya yang selalu ia ejek berlemak itu.“Zachary...”“Aku sangat merindukanmu,” kata Zachary lalu memejamkan matanya dan mengeratkan pelukannya.“Kita baru saja berpisah beberapa jam, bagaimana jika berhari hari!”Zachary hanya menggumam menanggapinya.“Aku menyakitimu,” cicit Cailey pelan.Zachary terkekeh, “Kau lupa aku seorang werewolf? Itu hanya luka kecil Ashley."Cailey mendengus. Bagi C
Burung-burung pagi berkicauan, saat Zachary mengamit tangan Cailey lalu membawanya ke perbatasan teritori. Memastikan tak ada rogue yang berkeliaran, ia mengajak Cailey menduduki sebuah batu besar di tepi sebuah jurang yang di bawahnya terdapat sungai kecil sebiru laut. Cailey berniat untuk menghabiskan waktunya seharian dengan Zachary, sebelum ia sibuk untuk mengurusi kasusnya. Sambil menunggu Julian untuk kembali, Cailey telah bolak-balik berkomunikasi dengan FBI untuk perkembangan kasusnya. Memastikan perkembangan kasus dan saling bertukar informasi. FBI membantunya untuk mencari Gyula melalui seluruh CCTV jalanan yang ada di Arizona. Semilir angin yang menggelitik wajah Cailey membuatnya tak bisa berhenti tersenyum. Cailey menyenderkan kepalanya di bahu Zachary. Rasanya sudah lama Cailey tidak setenang ini, karena menangani kasusnya yang sulit. Cailey hanya ingin menyegarkan kepalanya saat ini. Cailey sangat senang saat Zachary mengajaknya berkeliling dan hendak mengenalkan Cailey
Segumpal awan menjadi target penglihatan Cailey saat dirinya mulai bosan. Bibirnya membentuk lengkungan tipis, mengingat wajah cemberut Zachary saat Cailey tak mengizinkannya untuk mengantar dirinya sampai ke bandara. Liam memanggil Zachary untuk membutuhkan Alpha-nya dengan segera. Cailey tidak ingin menjadi beban untuk pack Zachary hanya karena pria itu lebih memilih untuk mengantar dirinya dibandingkan mengurus pack-nya. Cailey mengganti posisi duduknya dan pada saat itu juga jari telunjuknya tergores, mengenai resleting tasnya yang memang runcing di bagian ujung. “Akh,” Cailey menggigit bibir bawahnya. Luka kecil, namun terasa sedikit perih. Seorang wanita dengan rambut pirang disebelahnya menoleh. “Kau baik-baik saja?” tanyanya. Cailey tersenyum kaku, “Ya, hanya sedikit tergores.” Wanita pirang itu merogoh saku tasnya, mengambil sebuah plester dan diberikannya pada Cailey. “Ini, semoga membantu,” katanya. “Ah terima kasih,” ucap Cailey sambil tersenyum. Lalu menempelkan ple