Saat memastikan bahwa pack Zachary sudah aman, Zachary mengantarkan Cailey pulang sampai ke depan apartement-nya. Setelah Cailey menyatakan perasaannya pada Zachary, pria itu tidak dapat berhenti tersenyum sedetikpun selama di perjalanan. Zachary masih tidak percaya jika Cailey sudah menerima dan mencintainya. Rasanya Zachary ingin cepat-cepat menikahi Cailey dan membuat wanita itu tinggal bersamanya di istana. Demi Moon Goddess, lihatlah seberapa serakahnya pria itu atas cintanya. Rasanya berat untuk berpisah dengan Cailey setelah apa yang mereka lakukan. Bagaimana darahnya berdesir kuat saat Cailey menerimanya tadi. Zachary menginginkan wanita ini. Cailey benar-benar manis seperti gula. Insting serigalanya menjadi lebih sensitif saat mereka berdekatan. Zachary menyibak rambutnya ke belakang. Memikirkannya saja membuat Zachary ingin cepat-cepat bertemu Cailey lagi dan merengkuh wanitanya itu ke dalam dekapannya. Jika saja Cailey tidak mengusirnya karena wanita itu membutuhkan fokus
In Madilyn Hospital Cailey dipersilakan duduk begitu bertemu dengan wanita beruban yang sama seperti yang ditemuinya terakhir kali ia kemari, Mrs. Margareth. Masih sama, Cailey disuguhi secangkir teh dan beberapa potong biskuit yang tak lagi menarik minatnya. Mrs. Margareth tersenyum ramah lalu ikut duduk pada sofa yang berhadapan dengan Cailey. “Maksud kedatanganku kali ini sebenarnya untuk menanyakan beberapa hal mengenai berkas Gyula yang terakhir kali kami minta,” jelas Cailey tanpa basa-basi. Mrs. Margareth tersenyum lagi, “Seluruh berkasnya sudah ku berikan kepada pria yang kesini bersamamu terakhir kali.” Tidak ada yang lain? Cailey cukup tekejut atas tidak keterlengkapan data tersebut. Seharusnya data-data seperti alamat itu wajib disertakan. “Tidak ada alamat ataupun hal yang lainnya?” “Untuk itu, sebenarnya Gyula sendiri yang bersikeras meminta kami menyembunyikannya dulu. Maka dari itu, kami tidak menuliskannya di berkas,” jelasnya. “Apa kau tahu alamatnya?” Mrs.
Cailey dapat mendengar seorang pria mengerang lalu mengumpat setelah Cailey melemparkan bayonetnya. Cailet terbelalak saat mendapati bayonetnya menggores panjang pipi seorang pria yang sangat dikenalinya, Zachary. Cailey membelalakan matanya, kemudian dengan wajah khawatir, Cailey berusaha menangkup pipi Zachary yang kini mengeluarkan sedikit darah itu.Cailey meniupinya berkali kali sambil terus mengucapkan maaf.Zachary malah tersenyum lalu memeluk Cailey tiba-tiba. Membuat tubuhnya terhuyung ke belakang, refleks ia menahannya. Cailey bersumpah tubuh Zachary lebih berat dibandingkan mendiang ayahnya yang selalu ia ejek berlemak itu.“Zachary...”“Aku sangat merindukanmu,” kata Zachary lalu memejamkan matanya dan mengeratkan pelukannya.“Kita baru saja berpisah beberapa jam, bagaimana jika berhari hari!”Zachary hanya menggumam menanggapinya.“Aku menyakitimu,” cicit Cailey pelan.Zachary terkekeh, “Kau lupa aku seorang werewolf? Itu hanya luka kecil Ashley."Cailey mendengus. Bagi C
Burung-burung pagi berkicauan, saat Zachary mengamit tangan Cailey lalu membawanya ke perbatasan teritori. Memastikan tak ada rogue yang berkeliaran, ia mengajak Cailey menduduki sebuah batu besar di tepi sebuah jurang yang di bawahnya terdapat sungai kecil sebiru laut. Cailey berniat untuk menghabiskan waktunya seharian dengan Zachary, sebelum ia sibuk untuk mengurusi kasusnya. Sambil menunggu Julian untuk kembali, Cailey telah bolak-balik berkomunikasi dengan FBI untuk perkembangan kasusnya. Memastikan perkembangan kasus dan saling bertukar informasi. FBI membantunya untuk mencari Gyula melalui seluruh CCTV jalanan yang ada di Arizona. Semilir angin yang menggelitik wajah Cailey membuatnya tak bisa berhenti tersenyum. Cailey menyenderkan kepalanya di bahu Zachary. Rasanya sudah lama Cailey tidak setenang ini, karena menangani kasusnya yang sulit. Cailey hanya ingin menyegarkan kepalanya saat ini. Cailey sangat senang saat Zachary mengajaknya berkeliling dan hendak mengenalkan Cailey
Segumpal awan menjadi target penglihatan Cailey saat dirinya mulai bosan. Bibirnya membentuk lengkungan tipis, mengingat wajah cemberut Zachary saat Cailey tak mengizinkannya untuk mengantar dirinya sampai ke bandara. Liam memanggil Zachary untuk membutuhkan Alpha-nya dengan segera. Cailey tidak ingin menjadi beban untuk pack Zachary hanya karena pria itu lebih memilih untuk mengantar dirinya dibandingkan mengurus pack-nya. Cailey mengganti posisi duduknya dan pada saat itu juga jari telunjuknya tergores, mengenai resleting tasnya yang memang runcing di bagian ujung. “Akh,” Cailey menggigit bibir bawahnya. Luka kecil, namun terasa sedikit perih. Seorang wanita dengan rambut pirang disebelahnya menoleh. “Kau baik-baik saja?” tanyanya. Cailey tersenyum kaku, “Ya, hanya sedikit tergores.” Wanita pirang itu merogoh saku tasnya, mengambil sebuah plester dan diberikannya pada Cailey. “Ini, semoga membantu,” katanya. “Ah terima kasih,” ucap Cailey sambil tersenyum. Lalu menempelkan ple
Dengan segera ia bertanya pada bartender itu kembali, “Jam berapa Pub ini tutup?”“Pukul 11 PM.”Cailey langsung melangkahkan kakinya keluar pub setelah meninggalkan uang tagihannya. Cailey menengadahkan kepalanya ke langit. Langit masih menurunkan rintikan airnya, tidak sebanyak sebelumnya. Namun cukup untuk membasahi wajah Cailey kala dirinya belum membuka payung hitam miliknya.Rambut cokelatnya sedikit basah, ia memundurkan langkahnya lalu mengambil payung. Dibukannya payung itu, kemudian berjalan ke titik koordinat alamat itu. Yup, di tengah jalan.Cailey menatap pijakan dibawahnya, lalu maniknya bergerak ke sekelilingnya. Mencoba menganalisis kira-kira dimana akses yang memungkinkan untuk menuju ke bawah tanah.Cailey menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan bahwa jalanan sudah kosong, lalu ia berjongkok di atas aspal. Cailey mengeluarkan semacam alat untuk melacak, GPR (Ground Penertating Radar) atau radar penembus tanah dalam versi yang lebih kecil yang berukuran 10×5 cm buata
Cailey bergegas berlari melalui jendela depan pub, meski harus menghancurkan kunci jendela sialan itu terlebih dahulu.Demi Tuhan Cailey sangat panik dan beberapa kali gagal mencongkel kuncinya dan sialnya, Cailey tidak memakai sarung tangannya. Sidik jari Cailey pastinya terdeteksi disana. Ditambah lagi kedua serigala itu menghancurkan jendelanya. Pemilik Pub itu bisa saja menuntutnya atas pembobolan jendela.Cailey mengumpat dua kali.Cailey berlari cepat menuju hotel. Membiarkan hujan membasahi dirinya. Cailey menoleh kebelalang. Bersyukur, kedua serigala itu tidak mengejarnya lagi. Cailey berhenti pada persimpangan jalan. Ia menoleh ke belakang sekali lagi, memastikan. Selanjutnya ia dapat menghela napas lega karena kedua serigala itu benar-benar tak mengikutinya lagi.Jalanan tampak sepi. Namun Cailey dapat melihat dari kejauhan sebuah taksi. Alih-alih kembali ke hotel. Cailey lebih memilih untuk menghentikan taksi itu dan menaikinya.Cailey tak dapat menunggu lebih lama. Perseta
“ZACHARY!” teriak Cailey yang membuat seluruh warrior Zachary menoleh.Cailey merasakan jantungnya berpacu. Ia segera menghampiri Zachary, tak peduli dengan seluruh warrior pack yang menatapnya dengan tatapan aneh.SialCailey terlalu cepat mengartikan situasi.Ternyata Zachary hanya bermain peran, latihan, simulasi perang, atau apalah itu istilahnya.Pantas saja para warrior Zachary tidak panik sama sekali.Matanya menyipit dengan wajah datar saat ia melihat Zachary tertawa kencang sambil memegangi perutnya. Ditambah lagi wajah-wajah para warrior yang tampak menahan tawa melihat wajah Cailey yang sudah berubah menjadi merah padam. Cailey berbalik hendak menghampiri Albert sebelum buru-buru Zachary bangkit dan memeluknya dari belakang.“Aku hampir gila. Aku hampir gila merindukanmu Ashley,” bisiknya tepat disamping telinga Cailey.Cailey tersenyum miring lalu menarik tangan Zachary dan membanting tubuhnya ke tanah. Zachary sempat terkejut. Meskipun Cailey membantingnya tidak dengan se