Ling Li yang seorang yatim piatu sudah mengasah kemampuannya menjadi pembunuh bayaran sejak berusia enam tahun, semakin lama Ling Li menjadi semakin kuat dan akhirnya menjadi pembunuh bayaran wanita terhebat, Ling Li memiliki anggotanya sendiri yang mengaguminya, tapi karena kehebatannya dan keberhasilannya yang membuat iri banyak yang tidak menyukainya dan sangat mengharapkan kematiannya.
"Hidup Ketua, jika Ketua yang turun tangan semua pasti selesai dengan sangat cepat," teriak salah anak buah Ling Li."Benar, aku sangat iri pada Ketua. Andai aku bisa sekuat dan sepintar Ketua," sahut anak buah Ling Li lainnya."Berhentilah bermimpi kalian tidak akan pernah bisa seperti ketua kita," ucap bawahan Ling Li.Mendengar ucapan anak buahnya Ling Li hanya tersenyum, dirinya sudah menjadi pembunuh bayaran sangat lama mana bisa anak buahnya yang baru beberapa tahun atau beberapa bulan menandingi kehebatannya.Duaaaaaaaaaaaaaaaaaaaar.Di tengah sorakan kegembiraan atas keberhasilan Ling Li membunuh targetnya ledakan besar terjadi, ledakan tepat di mana Ling Li berada menghancurkan seisi markas dan membuat tidak ada satu pun orang yang berhasil melarikan diri dan selamat.***"Bunuh!""Kita harus segera membunuh Naga itu."Suara samar-samar kembali terdengar di telinga Ling Li, suara ciri khas pertarungan hanya bisa terus di dengarkan oleh Ling Li tanpa bisa membuka matanya yang terasa sangat berat."Ling Li bangun, ku mohon Ling Li bangunlah jangan mati di sini."Suara teriakan yang berlari ke arahnya membuat Ling Li berusaha perlahan membuka matanya. "Aku di mana." kata itu yang pertama diucapkan oleh Ling Li sesaat setelah membuka mata.Ling Li memperhatikan sekelilingnya dengan penuh kebingungan, mata Ling Li saat itu tertuju pada puluhan orang yang sedang menyerang hewan bersayap besar."Bukannya itu Naga," ucap Ling Li tidak percaya apa yang dilihatnya saat ini."Aku terlahir kembali. Hahahahaha, saat ini aku terlahir kembali, semua ini seperti mimpi," sambung Ling Li tertawa keras."Ling Li, aku tau tidak semudah itu kamu untuk mati," ucap seseorang yang berjalan ke arah Ling Li membawa bambu di tangannya.Ling Li hanya diam menatap pria yang berjalan ke arahnya, belum sempat Ling Li bertanya siapa dan di mana sekarang dirinya berada tiba-tiba Ling Li merasa kepalanya sangat sakit dan tak lama samar-samar ingatan dari pemilik tubuh sebelumnya berputar di kepala Ling Li.Seorang anak gadis berusia 17 tahun dari keluarga Li yang sangat polos terpaksa mengikuti perburuan naga karena permintaan sang Adik tiri, tujuan sang Adik tiri sangat jelas untuk menjebak Ling Li agar selamanya lenyap dari muka bumi karena sudah lama adik tiri dan ibu tiri membenci Ling Li.Pemilik tubuh sebelumnya selalu ditindas saat ayahnya tidak mengetahuinya, Ling Li terus menerus menjadi sasaran kemarahan keduanya tanpa alasan dan karena berpikir Ling Li akan mengadu suatu hari nanti pada ayahnya ibu dan adik tirinya melakukan rencana terakhir."Kamu kenapa?" tanya Duan teman dekat Ling Li yang merasa sangat khawatir.Duan adalah pemuda yang selalu bersama Ling Li, Duan sangat kasihan pada Ling Li yang dijebak oleh ibu dan adik tirinya, tidak jarang Duan akan membantu Ling Li diam diam agar tidak ketahuan oleh Adik tiri dan ibu tiri Ling Li."Aku tidak apa-apa," sahut Ling Li pelan.Ling Li bergegas mengambil pedang usang berkarat di sampingnya dan langsung berdiri, Ling Li menatap sosok Naga besar yang tidak jauh darinya, mata Ling Li tidak berkedip melihat Naga itu membunuh semua manusia yang ingin membunuhnya.Kuku Sang Naga yang panjang dan tajam sudah seperti mata pisau, sekali tebas manusia yang menjadi lawannya langsung mati banyak tubuh manusia yang terbelah menjadi dua, tidak banyak juga yang kepala terlepas dari leher mereka.Ling Li yang melihat itu tersenyum sendiri, Ling Li baru pertama kali melihat pertarungan seperti itu, Ling Li berpikir sang Naga sama seperti dirinya yang tanpa ampun."Naga itu sama sepertiku sebelumnya, dia tidak segan membunuh yang mencoba mengancam nyawanya," ucap Ling Li berbicara sendiri.Ling Li langsung berjalan pergi mendekati sang Naga tanpa takut sedikitpun, sambil terus mendekati sang Naga Ling Li terus menatapnya dengan erat."Hei kamu mau ke mana?" teriak Duan yang melihat Ling Li berjalan mendekati sang Naga."Apa anak itu sudah gila, dia tidak memiliki kekuatan dan tidak bisa bela diri untuk apa dia kembali lagi ke sana, apa dia ingin mati lagi," sambung Duan bergegas menyusul dari belakang.Tidak jauh dari sang Naga yang masih terbang rendah Ling Li menghentikan langkahnya dan terdiam, Ling Li berpikir apa mungkin dirinya mampu membunuh hewan yang dianggap mitos olehnya dulu dan sekarang benar benar ada di depannya."Tambah lagi manusia sampah yang ingin membunuhku, sebenarnya apa yang ada dipikiran mereka, apa mereka mengira Naga itu lemah dan bisa dibunuh dengan mudah," ucap sang Naga kesal dan langsung mengeluarkan cakar panjangnya."Aku tidak ingin membunuhmu, aku sangat yakin aku bahkan tidak bisa melukaimu," sahut Ling Li."Apa kamu bisa mengerti yang aku katakan?" tanya sang Naga heran karena ada manusia yang bisa mengerti apa yang dikatakan nya."Tentu saja, memangnya kenapa?" tanya Ling Li balik."Hahahahaha. Akhirnya aku menemukan manusia yang selama ini aku cari," ucap sang Naga sambil terus tertawa.Ling Li yang kebingungan hanya mengernyitkan dahinya, apa maksudnya manusia yang dicari sang Naga memangnya apa yang sudah dilakukannya pikir Ling Li dengan heran.Sang Naga perlahan turun dan duduk tidak jauh dari Ling Li, tatapan membunuh yang sebelumnya ditunjukan sang Naga ke Ling Li kembali menjadi tatapan biasa seperti sebelumnya dan terlihat lebih bersahabat."Kemarilah," ucap sang Naga meminta Ling Li berdiri tepat di depannya."Apa kamu ingin membunuhku?" tanya Ling Li."Aku tidak akan membunuhmu, kemarilah," sahut Sang Naga.Ling Li berjalan pelan ke arah arah sang Naga, sebagai pembunuh dikehidupan sebelumnya saat ini dirinya tidak boleh menjadi pengecut yang hanya bisa melarikan diri.Tepat saat berdiri di depan sang Naga Ling Li baru menyadari ada permata bersinar terang di kepala sang Naga, Ling Li yang terus menatap permata Merah itu tiba-tiba saja melihat permata itu terbang ke arah kepalanya dan masuk ke dalamnya."Akhirnya aku bisa beristirahat," ucap suara sang Naga.Ling Li merasa kaget melihat Naga di depannya yang tiba-tiba menghilang, hanya suara tanpa wujud yang didengarnya membuatnya semakin kebingungan apa yang sebenarnya terjadi.Sang Naga yang berada di dalam tubuh Ling Li langsung membawa Ling Li berpindah tempat, sang Naga memindahkan Ling Li agar terpisah dari Duan karena banyak yang harus dirinya katakan pada Ling Li."Aku membawamu berpindah tempat karena ingin membantu mu," ucap sang Naga."Membantu ku?" Ling Li yang mendengar suara sang Naga dari dalam tubuhnya terlihat kebingungan dengan apa yang dikatakan sang Naga."Bukankah sangat jelas kamu lemah, aku akan membantu mu menjadi sedikit lebih kuat," ucap sang Naga."Kalau begitu apa yang harus aku lakukan agar menjadi kuat?" tanya Ling Li balik."Tidak bisa bela diri dan tidak memiliki kultivasi, kamu yang seperti ini tentu saja harus mempelajari keduanya," sahut sang Naga."Turuti apa yang aku katakan, sekarang kamu harus mengosongkan pikiranmu, akan aku berikan kamu pencerahan," sambung Sang Naga."Baiklah," ucap Ling Li cepat. Ling Li tahu betapa susahnya seseorang yang tidak bisa bela diri, di kehidupan sebelumnya Ling Li mengutamakan ilmu bela
Di dalam hutan Ling Li mulai memperhatikan sekelilingnya, baru beberapa detik Ling Li berada di dalam hutan suara langkah kaki hewan spiritual terdengar berjalan mendekat ke arahnya.Hoss, hoss, hoss.Ling Li terkejut melihat kijang bertanduk emas yang berada tidak jauh darinya, perasaan takjub karena baru pertama kali melihat kijang bertanduk emas membuat Ling Li Melupakan seberapa bahayanya hewan spiritual itu."Jangan hanya diam, kalau kamu terus diam seperti itu siap-siap saja menunggu kematianmu," ucap Sin.Baru selesai Sin berbicara kijang bertanduk emas langsung berlari ke arah Ling Li dengan cepat, Refleks cepat dari kehidupan sebelumnya saat menjadi pembunuh bayaran menyelamatkan Ling Li yang berhasil menghindar sang Kijang ."Dasar Kijang sialan tidak tau diri," ucap Ling Li kesal sendiri, andai tadi dirinya tidak sempat menghindar badannya pasti sudah terkena tanduk kijang yang lancip itu."Itu bukan salahnya, cepat selesaikan," sahut Sin di dalam lautan spiritual Ling Li m
Gerbang besar kota Kyuri sudah dilewati Ling Li, Ling Li berhenti sejenak memperhatikan sekelilingnya, kota tempat pemilik tubuh sebelumnya yang merasa sangat tersiksa kini telah di pijaknya.Perasaan aneh dirasakan oleh Ling Li, sepertinya tubuh bahkan kakinya saat ini enggan untuk melangkah masuk semakin dalam."Itu bukannya Ling Li Anak gadis tidak berguna keluarga Li, bukannya dia sudah mati," bisik para warga yang melihat Ling Li berdiam diri tidak jauh dari mereka.Pendengaran Ling Li yang tajam bisa mendengar pembicaraan mereka, walau mendengarnya Ling Li hanya menyunggingkan bibirnya sambil terus berjalan begitu saja."Sepertinya kamu tidak mudah terprovokasi," ucap Sin."Heeeeh, menghadapi mereka tidak ada untungnya, jadi lebih baik berhadapan langsung dengan yang memulainya," sahut Ling Li santai."Pemikiran yang bagus," ucap Sin.Ling Li yang sudah sampai di depan rumah keluarga Li bergegas masuk, dua penjaga yang berjaga dibalik gerbang masih tidak percaya apa yang mereka
Ayah Ling Li sulit percaya kalau selama ini Ling Li selalu di tindas oleh Mae Li dan Istrinya, Ayah Ling Li merasa bersalah pada Ibu Ling Li yang sudah tiada karena selama ini tidak mengetahui penderitaan Putrinya dan malah sibuk mengurusi usaha dagangnya, saat itu juga Ayah Ling Li menghukum istri dan anaknya dengan cara mengurangi uang harian keduanya.Di dalam kamarnya Ling Li langsung membaringkan tubuhnya, lelah yang dirasakannya membuatnya tanpa sadar tertidur lelap seketika.Awan putih yang dikelilingi para Naga mengejutkan Ling Li yang merasa baru saja tertidur, kedamaian di depan matanya seakan bisa dirasakannya dan itu membuatnya ikut bahagia.Tok tok tok.Ling Li membuka matanya setelah mendengar pintu kamarnya diketuk terus-menerus, Ling Li tersadar ternyata yang dilihatnya tadi hanya mimpi."Nak," panggil suara dari luar kamar Ling Li."Iya sebentar," sahut Ling Li sambil berjalan membuka pintu.Ling Li menatap wanita paruh baya di depannya sambil tersenyum, wanita itu ad
Mendengar apa yang dikatakan Sin Ling Li terdiam sesaat, dirinya tidak memiliki siapapun di tempatnya saat ini, Sin adalah satu satunya yang membantunya menjadi kuat, tidak mungkin dirinya melupakan kebaikan nya dan mengabaikan permintaan nya."Aku akan membantumu walau aku tidak yakin apa aku mampu," Ucap Ling Li."Selama ada aku kamu pasti mampu, tapi sebelum itu aku Ingin mengatakan sesuatu," ucap Sin."Katakan saja," sahut Ling Li."Setiap Naga memiliki kemampuan yang berbeda, karena terlalu lama di luar Dunia Naga kemungkinan mereka tidak akan mudah memberikan permata mereka sepertiku, jadi kamu harus berusaha untuk meyakinkan mereka bagaimanapun caranya," ucap Sin."Lalu apa aku juga harus melawan mereka?" tanya Ling Li."Tentu saja, maka dari itu perjalananmu masih panjang, kamu harus memperkuat tingkat pelatihanmu," sahut Sin."Baiklah, aku juga tidak ingin terus menjadi lemah," ucap Ling Li."Kalau begitu tunggu apa lagi, sekarang saatnya kita pergi," sambung Ling Li yang lan
Ling Li berlari memutar dengan cepat ke arah Mae Li, sesuai apa yang dipikirkannya saat ini Mae Li terlihat kebingungan ingin mencambuk Long Xu ke arah mana.Wheeeeeessssss.Wheeeeeeesssssssss.Ling Li menyeringai sambil mengayunkan pedangnya dua kali berturut-turut ke arah Mae Li, dua sayatan pedang yang sengaja diarahkan ke tangan lawannya membuat Mae Li tidak lagi bisa mengayunkan cambuknya.Arrrrrrrrkkkkkhhhhh.Jeritan Mae Li disambut senyum lebar oleh Ling Li, tanpa mempedulikan jeritan adik tirinya yang berdiri di depannya Ling Li bersiap kembali mengayunkan pedangnya."Jangan bunuh Anakku," teriak Ibu tiri Ling Li."Tapi kenapa? bukankah ini pertarungan hidup dan mati," ucap Ling Li."Haaaah, ya sudahlah. Ini benar-benar membosankan, orang lemah berpura-pura kuat berakhir hanya seperti ini memalukan," sambung Ling Li."Nak Ling Li sudah menjadi kuat ya, sekarang sudah tidak ada lagi yang bisa menindasmu," ucap Bibi Ae."Terima kasih karena Bibi mempercayaiku," sahut Ling Li.Da
Ling Li bergegas pergi setelah tau sang Iblis menyadari kehadirannya, Ling Li berlari sekencang mungkin sebelum sang Iblis mengejarnya."Makananku mau lari ke mana, bau wanita muda menyegarkan," teriak sang Iblis yang langsung mengejar Ling Li.Ling Li terdiam mematung saat melihat sang Iblis sudah ada di depannya menghalangi jalannya, melihat Iblis secara langsung dengan matanya membuat Ling Li menelan ludah, di kehidupan sebelumnya iblis tidak nyata dan sekarang wujud iblis benar benar ada di depannya."Ternyata seperti ini bentuk Iblis," dalam hati Ling Li."Daging muda segar, jadilah makanan yang baik jangan lari-lari lagi," ucap sang Iblis menjulurkan lidahnya."Kalau kamu hanya diam saja kamu pasti mati," ucap Sin."Jadi apa aku harus melawannya," sahut Ling Li pelan."Tentu saja, walau tidak ada harapan untukmu menang itu lebih baik dari pada hanya diam," ucap Sin.Ling Li menatap sang Iblis di depannya yang terus menjulurkan lidahnya, Ling Li merasa sedikit merasa sendiri memb
Sepanjang jalan menuju Aula Me Ling Li terus berpikir ras Elf yang tidak memiliki kultivasi melainkan sihir, Ling Li berpikir keras bagaimana caranya agar dirinya bisa menang di pertarungan nanti melawannya."Heeeh, sebenarnya mustahil kamu bisa menang melawan pria bangsa Elf itu, bangsa Elf bisa merubah benda apa saja menjadi senjata, sihir mereka juga sangat kuat," ucap Sin seakan tau apa yang dipikirkan Ling Li."Setiap makhluk hidup memiliki kelemahan, aku yakin pria Elf itu juga pasti punya kelemahan," sahut Ling Li.Setelah mendaftar Ling Li langsung disuruh turun ke arena bertarung, dari arena Ling Li bisa melihat pinggiran arena bertarung yang dipenuhi penonton.Ling Li yang berdiri di arena dikejutkan oleh pria tampan dengan telinga runcing yang berjalan ke arahnya, tatapan membunuh dari pria itu sempat membuat Ling Li sedikit gugup walau hanya sebentar."Ras Elf, elf.""Elf, elf."Penonton terus bersorak meneriaki nama Lulang pria bangsa Elf yang ada di depannya, tentu saja
Ling Li menarik nafas panjang menatap ke anak tangga di depannya, setelah yakin sudah siap Ling Li melangkah naik ke anak tangga pertama. Breeeeeees. Di anak tangga pertama Ling Li merasa seperti disiram air yang cukup panas, Ling Li menatap ke tangannya yang masih baik-baik saja setelah tersiram air itu. "Ini baru anak tangga pertama," ucap Ling Li. Tap tap tap. Ling Li kembali melangkahkan kakinya menaiki anak tangga kedua, di tempatnya saat ini berdiri Ling Li merasa hawa panas mengelilinginya, hawa panas yang dirasakannya berbeda dari yang pernah dirasakannya selama ini. Sambil menahan hawa panas yang mengelilinginya Ling Li melangkah naik ke tangga ketiga, hawa panas seketika menghilang, dari bawah Ling Li tiba-tiba merasa kakinya kepanasan seperti menginjak bara api. Ling Li menundukkan kepalanya, setelah melihat kakinya menginjak bara api yang sangat panas Ling Li mengeluarkan unsur airnya menyiram bara api dibawahnya dan langsung naik ke anak tangga selanjutnya.
Sin yang terbang menuju tempat sebelumnya tiba-tiba terpikirkan sesuatu, Ling Li sangat terobsesi dengan menjadi kuat sepertinya ada tempat yang bisa membuatnya menjadi kuat selain menyerap inti monster. "Jika aku katakan ada tempat yang bisa membuatmu menjadi kuat apa kamu akan pergi ke sana?" tanya Sin. "Itu tentu saja," sahut Ling Li. "Kalau begitu aku akan membawamu ke sana ke tempat yang bisa membuatmu menjadi lebih kuat," ucap Sin. "Kenapa tidak mengatakannya dari awal, kalau begitu Cepat bawa aku ke sana," sahut Ling Li penuh semangat. Sin langsung terbang dengan kecepatan penuh selama beberapa hari, Setibanya di suatu tempat Sin bergegas turun ke bawah membuat Ling Li yang masih berada di atasnya terus memperhatikan menara di depannya. "Di menara itu terdapat menara surga dan neraka Aku sangat yakin di tempat itu Cocok untukmu," ucap Sin. "Kalau begitu aku tidak akan membuang waktu lagi," sahut Ling Li yang bergegas turun dari Sin dan Sin kembali masuk ke dalam lar
Sin yang melihat Ling Li berjalan menuju perkotaan bergegas ke luar dari dalam tubuhnya, Sin lupa memberitahu Ling Li satu hal inti hati monster sangat sulit di dapat orang biasa yang tidak mengetahui kelemahannya, jika Ling Li menyerapnya di kota pendekar dari beberapa penjuru pasti akan mendatanginya dan berusaha merebutnya Sin yang tiba-tiba ke luar mengejutkan Ling Li, tidak seperti biasanya jika ingin ke luar Sin akan bilang dulu padanya tapi sekarang Sin tiba-tiba saja ke luar dan berdiri di depannya. "Ada apa?" tanya Ling Li. "Cepat naik," ucap Sing membuat Ling Li semakin tidak mengerti. Ling Li langsung menaiki Sin tanpa banyak bertanya, baru saja Sin membawa Ling Li terbang dari beberapa arah Ketua dari berbagai perguruan mendatangi tempat Ling Li sebelumnya. "Ada apa? tidak biasanya kamu langsung ke luar begitu saja," ucap Ling Li. "Apa kamu tidak sadar beberapa orang sedang ke arahmu," sahut Sin. "Aku memang merasakan getaran, tapi aku tidak terpikir jika mer
"Apa kamu akan langsung berburu?" tanya Sin yang melihat Ling Li yang berulang kali menarik nafas panjang. "Tidak, aku masih harus singgah ke sebuah tempat," sahut Ling Li. "Tempat apa?" tanya Sin lagi. "Nanti juga kamu akan mengetahuinya," ucap Ling Li. Ling Li langsung terbang kembali menuju kediaman keluarga Li yang sudah di bakarnya. Ling Li berdiri di antara kuburan ayah pemilik tubuh dan bibi Cie, setelah mengucapkan beberapa kata Ling Li menundukkan kepala memberi penghormatan terakhir. "Ahhhhh, ternyata datang kemari," ucap Sin. Kali ini semua yang berkaitan dengan tubuh asli sudah terlepas olehnya, Ling Li merasa jauh lebih tenang seakan tubuh yang digunakannya saat ini benar-benar miliknya seutuhnya. "Haaaaaaah," Ling Li menghela nafas panjang sambil berjalan pergi, sekarang dirinya sudah bisa kembali ketujuan awalnya. "Jadi apa kamu akan pergi ke reruntuhan Arkas sekarang?" tanya Sin. "Tentu saja, bukankah itu tujuan awal kita," ucap Ling Li. "Setelah
Ling Li berjalan pergi meninggalkan rumah ibu tirinya yang penuh dengan genangan darah, satu tugasnya selesai Ling Li bergegas ke Pangeran Yan yang berada tidak jauh dari istana. "Bagaimana?" tanya Pangeran Yan pelan. "Selesai," ucap Ling Li sambil tersenyum puas. "Apa kita serang sekarang?" tanya Pangeran Yan lagi. "Pasukan yang kamu bawa kalau banyak dengan mereka, aku akan pergi ke barak prajurit setelah selesai aku akan bertelepati padamu," ucap Ling Li. "Baiklah, akan ku tunggu," sahut Pangeran Yan. Salah satu prajurit yang melihat Pangeran Yan selalu menuruti perkataan Ling Li memutuskan untuk bertanya, sebenarnya apa yang membuat Pangeran Yan selalu menurut pada Ling Li. "Kamu tidak akan tau, karena semua yang direncanakannya sudah pasti berhasil, aku sudah membuktikannya sendiri," ucapan Pangeran Yan membuat prajurit yang bertanya terdiam. Di tempat berbeda Ling Li yang mendatangi barak prajurit langsung mengeluarkan racunnya, Ling Li sengaja hanya menyebarkan racunnya
Ketua Along tersenyum tipis sambil bersiap menyerang Ling Li, Ketua Along meyakini dirinya memiliki pertahanan yang sangat kuat dan penyerangan yang sangat cepat, dirinya sangat yakin pria yang akan menjadi panglima perangnya tidak sehebat dirinya sendiri. Wheeeeeeeessssss. Ketua Along bergerak cepat menyerang Ling Li yang hanya diam, diamnya Ling Li menjadi kesempatan untuk Ketua Along menyerangnya bertubi-tubi. Serangan kaki tangan yang sudah dikerahkan Ketua Along sama sekali tidak membuat Ling Li merasa kesakitan, Ling Li sengaja hanya diam membiarkan Ketua Along menyerangnya agar merasa puas. Ini tidak mungkin, kenapa serangan ku tidak berpengaruh padanya, aku akan mencobanya sekali lagi," dalam hati Ketua Along. Buuuug, buuuuuug, buuuuuuug. Ketua Along terus menendang Ling Li tanpa henti, setelah merasa kelelahan sendiri Ketua Along menghentikan usahanya dan menatap Ling Li. "Apa sudah selesai?" tanya Ling Li. "Sekarang giliranku," ucap Ling Li dengan nada serius
Setelah berhasil menghentikan penyebaran racun Ling Li langsung mengambil pil mahkota Dewi miliknya, Ling Li menelankan pilnya ke Pangeran Yan dan kembali duduk di sebelahnya. Hanya beberapa menit racun di dalam tubuh Pangeran Yan perlahan menghilang, Ling Li yang melihat usahanya berhasil menghela nafas lega dan duduk bersandar. "Heeeeeh, setelah berburu monster bagaimana jika kamu membuka pengobatan saja dan menjadi tabib," ucap Sin. "Aku tidak berminat, lagipula mengobati orang membutuhkan kesabaran ekstra," sahut Ling Li. "Emmm, benar juga harusnya aku tau kalau kamu tidak memiliki kesabaran ya," ucap Sin. Ling Li yang duduk di samping Pangeran Yan Su melihat mata Pangeran Yan terbuka perlahan, Pangeran Yan yang habis bermimpi bertemu seseorang langsung menatap ke arah Ling Li tanpa berkedip. "Apa aku masih bermimpi," ucap Pangeran Yan. Plaaaaaaaaaak. "Bangun, sudah bukan waktunya tidur lagi," sahut Ling Li yang baru menepuk pundak Pangeran Yan. "Kamu? apa ini be
Sebelum membakar rumah keluarga Li Ling Li menemukan sebuah giok berlambang kerajan. Selain kelompok pembunuh bayaran darah merah salah satu anggota kerajaan pasti ikut andil dalam pembantaian keluarganya. "Kita mulai dari kelompok pembunuh bayaran darah merah dulu," ucap Ling Li. "Ahhhhh aku ingat, aku pernah mendengar markas pembunuh bayaran darah merah berada di bukit tengkorak," sahut Sin. "Apa kamu tau tempatnya?" tanya Ling Li. "Tentu saja," sahut Sin. "Bawa aku sekarang juga ke sana," ucap Ling Li yang langsung menaiki Sin. Sin mengepakkan sayapnya terbang menjauh meninggalkan rumah keluarga Li yang terbakar habis, Sin yang bisa merasakan hawa membunuh Ling Li sangat kuat memutuskan untuk tetap diam tanpa bertanya apa yang akan Ling Li lakukan setelah sampai di sana. Hanya membutuhkan waktu 1 jam bagi Sin untuk tiba di bukit tengkorak, Sin langsung menurunkan Ling Li dan menunjuk ke arah balik bukit tempat markas pembunuh bayaran darah merah berada. "Kamu ingin me
Dari kejauhan Wei Yan hanya bisa menatap ayahnya yang berjalan pergi, dari dalam lubuk hati Wei Yan merasa bersalah sudah berkata seperti itu pada ayahnya tapi penderitaan yang selama ini dirasakannya sendiri juga dari ayahnya, apakah salah yang sudah dilakukannya tadi pikir Wei Yan yang menangis dalam diamnya. Ling Li yang melihat Wei Yan menangis tanpa sadar langsung memeluknya, Ling Li berulang kali mengatakan pada Wei Yan kalau yang dilakukannya tadi sudah benar. "Ehem, sangat jarang melihat mu berinisiatif terlebih dulu," ucap Sin bertelepati. Ling Li bergegas melepaskan pelukannya, tepat setelah melepaskan pelukannya Wei Yan yang berhenti menangis membuat Ling Li merasa lega sendiri. "Terima kasih," ucap Wei Yan memalingkan wajahnya. "Untuk apa?" tanya Ling Li. "Karena kamu sudah membantu ku tadi, tidak hanya itu kamu juga bahkan sudah menyembuhkan wajahku, andai ada yang bisa kulakukan untuk berterima kasih padamu," ucap Wei Yan sambil menatap Ling Li. "Jangan pi