Share

Bab 2

Author: ERIA YURIKA
last update Last Updated: 2022-11-27 21:18:59

“Kenapa begini, kamu bisa mati. Gila ya!” 

Aku lekas menggendong Nada yang sudah lemah, bahkan nyaris kehilangan kesadarannya. Gamis berwarna hitam itu bahkan telah berubah warna menjadi lebih pekat, bercampur dengan darah dari pergelangan tangan Nada yang tersayat.

Bahkan tanganku ikut gemetar mana kala melihat begitu banyak darah di lantai. Namun, meski begitu Nada masih memberikan perlawanan dengan sedikit tenaga yang tersisa. Ia mencengkeram lenganku dengan tangan kirinya, yang juga ikut berlumur darah, karena sejak tadi ia gunakan untuk menahan tetasan darah itu agar tak terlalu menjejak di lantai.

“Jangan bawa aku pergi!”

“Gak gini caranya menyelesaikan masalah, kamu enggak punya iman, hah?”

Kau tahu bahkan rasanya saat itu tulangku seperti dipatahkan. Sakit sekali melihatnya tak berdaya. Seharusnya sejak awal aku tak membiarkan masalah ini berlarut-larut. Aku benar-benar tak peduli penolakan Nada. 

Sambil berlari secepat yang aku bisa, aku membawa tubuhnya ke mobil, tanpa memedulikan Ibu dan Arnav yang melontarkan pertanyaan yang entah. Rasanya seperti dunia menjadi gelap seketika. Aku benar-benar takut kehilangannya.

“Ayah Arnav ikut!”

Anak laki-laki tidak tahu diri itu, bahkan berani menghalangi jalanku.

“Puas kamu melihat ibumu begini, hah! Minggir kamu!”

“Bunda enggak akan bisa duduk dengan benar.”

“Ya sudah, ayo!” ajakku.

“Kenapa sih? Kok ya lebay banget. Ada masalah apa sampai mau bunuh diri, kayak enggak punya agama aja kamu,” ucap Ibu.

Bahkan saat kamu sudah seperti ini, aku masih tak bisa tegas untuk menghentikan ibuku bicara semaunya sendiri.

“Sebaiknya ibu jaga kata-kata Ibu ke depannya.”

“Jadi menurutmu, ini semua salah ibu?”

“Sudahlah, aku harus segera bawa Nada ke rumah sakit.”

“Ibu ikut, Ibu enggak terima ya, kamu salahin Ibu. Orang ibu enggak pernah ngapa-ngapain istrimu. Enak aja.”

Tanpa mendengar persetujuanku lebih dahulu. Ibu langsung membuka pintu dan duduk di depan. Sementara Arnav, memangku Bundanya yang sudah berlumur darah di belakang.

Entah apa yang mereka bicarakan, bahkan dengan jarak yang begitu dekat. Aku tak bisa mendengarnya. Suara Nada terlalu lemah. Namun, yang jelas aku bisa melihat penyesalan di wajah putraku. Mana kala Nada masih saja berusaha mengusap wajahnya yang basah.

Sampai di rumah sakit, tubuh Nada langsung ditempatkan di ranjang dorong. Aku dan Arnav mengikutinya dengan sedikit tergesa-gesa. Bisa kulihat Arnav bahkan tak bisa lagi menahan air matanya.

“Capek,” lirih Nada yang nyaris tak terdengar, tepat ketika aku menggenggam lengan kirinya, sambil berusaha menyeimbangkan langkah kaki dengan perawat yang mendorong ranjangnya dengan begitu cepatnya.

“Jangan bicara apa pun, kamu harus selamat!”

“Aku enggak rela kamu berakhir dengan cara seperti ini, Demi Allah aku engak rela. Kamu menyia-nyiakan ibadahmu seumur hidup, hanya untuk hari ini.”

“Nav.”

“Iya Mah.”

Nada hanya tersenyum, ia bahkan tak melanjutkan kalimatnya. Matanya tertutup dan entah sampai kapan akan kembali terbuka.

Kami semua tidak diizinkan masuk ke ruangan, hanya bisa berdiri di luar dengan perasaan yang entah. Aku tak pernah merasa sehancur ini.

“Maafin aku, Yah. Andai Nav enggak nyakitin hati Bunda.”

“Tolong jangan bicara apa pun Nav. Pergi, temani Nenekmu.”

“Tapi, Yah. Arnav pengen di sini.”

“Nav tolong jangan terus menguji kesabaran kami, enggak puas kamu bikin Bundamu begini? Pergi, jangan bikin Ayah khilaf dan memukulmu lagi!”

Aku tidak pernah tahu apa yang ada dalam benaknya. Namun, haruskah kamu mengakhiri hidupmu. Aku tahu kamu  wanita yang rajin beribadah, kamu bahkan lebih dekat dengan-Nya dibandingkan aku. 

Kenapa tidak mencurahkan semua keluh kesahmu pada-Nya seperti biasa, kenapa Nada? Tahukah kamu, perbuatanmu membuatku takut?

Sepertinya waktu berjalan begitu lambat, malam ini. Aku masih larut dalam doa, sampai dokter laki-laki itu keluar dari ruangan dan mendekatiku dengan tatapan marah.

“Bagaimana keadaannya, Dok?”

“Istri Anda masih bisa diselamatkan, tetapi keadaannya masih kritis.”

Alhamdulillah.

Malam itu, rasanya duniaku kembali menemukan titik cahaya. Meski samar-samar. Setidkanya masih ada kesempatan bagiku. Sampai pertanyaan dari dokter itu seperti memukulku hingga kalah telak.

“Anda tidak tahu kalau pasien sedang hamil?”

Aku terdiam. Dari sinilah aku merasa, ini bukan lagi Nada. Ia menyembunyikan hal sebesar ini padaku.

“Sudah 16 minggu. Selama itu Anda tidak tahu? Anda masih beruntung, karena pasien ditangani tepat waktu, sehingga bayinya masih bisa selamat.”

Dokter itu menggeleng, lantas pergi setelah memberikan beberapa saran dan wejangan yang membuatku semakin merasa asing.

“Mungkinkah kita telah seasing itu, bahkan kamu tidak mau lagi membagi kebahagiaanmu padaku, atau kamu memang tidak ingin mengandung anakku? Kamu marah padaku? Tapi, bukankah dia yang ada di perutmu enggak salah apa pun. Kamu enggak berhak mencelakainya, Nada.”

Aku masih menatapnya yang kini terbaring lemah di ranjang. Sambil memperbaiki jilbabnya yang berantakan, aku memasukkan kembali anak-anak rambut Nada yang keluar. Lantas, memberikjan sentuhan lembut di keningnya. 

Malam itu aku bahkan terjaga semalaman. Memikirkan bagaimana aku harus mengatakan semua ini pada mertuaku. Jika, mereka tahu putrinya yang saliha ingin mengakhiri hidupnya. Aku tidak tahu akan semarah apa Abah padaku.

Menjelang matahari terbit, aku sudah membuka gorden. 

“Lihatlah, bukankah kamu selalu suka menikmati Arunika di waktu fajar. Ayo kita melihatnya dari lantai 12, pemandangannya menjadi sangat indah.”

Aku sudah seperti orang bodoh, terus mengajaknya bicara meski sejak semalam ia hanya menutup mata dan mulutnya.

Nada suka matahari, katanya ia merasa tenang saat menatapnya. Ia bersinar dan memberi warna pada kehidupan. Siang hari kita hanya perlu mendongak menatapnya, kata Nada itu seperti memberinya energi positif, meski terkadang mata kita akan merasa sakit karenanya. 

Namun, ketika fajar dan petang, kita hanya perlu menatap lurus. Menyaksikan ketika mentari itu terbit dan tenggelam ke peraduan. Itu indah dan menenangkan. 

“Aku selalu ingat kata-katamu Nada, jadi bisakah kamu membuka matamu sekarang? Aku butuh banyak penjelasan.”

Saat aku berbalik untuk kembali, Nada justru sudah membuka matanya. Ia hanya diam memperhatikanku. Nyaris tanpa ekspresi.

Alhamdulillah, kamu sadar. Kenapa wajahmu seperti itu? kecewa, karena masih diberi kesempatan hidup?”

Nada masih diam saja, tetapi sungguh cara dia menatapku seperti orang yang kehilangan keinginan untuk hidup. Hampa dan kosong.

“Kamu hamil, kenapa enggak bilang?”

“Aku enggak tahu.”

“Kamu hampir membunuh janinmu sendiri, enggak adakah kamu merasa bersalah.”

Nada diam lagi.

“Sudahlah lupakan saja, tapi bisakah kamu berikan penjelasan. Aku pikir hubungan kita baik-baik saja.”

“Aku enggak ingin menjelaskan apa pun.”

“Sudah sejauh ini, Nada dan kamu masih enggak mau menjelaskan apa pun.”

“Kenapa kamu membiarkan aku hidup?”

“Kamu tahu aku sangat mencintaimu, apa kamu tidak bisa melihat hal itu? bukankah kamu bilang, enggak peduli sekeras apa pun keluargamu menantangku? Asalkan aku memperlakukanmu dengan baik, kita akan tetap sama-sama, lalu kenapa kamu berubah pikiran secepat ini?”

Nada tak menjawab, melainkan hanya tersenyum tipis. Namun, aku merasa saat ini dia bukan sedang tersenyum, tetapi tengah menertawakanku.

Hening kembali tercipta sampai, ponselku berdering, itu adalah panggilan dari Ibu.

[Ya, Bu. Ada apa?]

[Arnav dibawa polisi Zayn, Hiks. Ibu harus bagaimana?]

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Ada apa dengan nada sampai nekat bunuh diri
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 3

    “Aku ada urusan sebentar, tolong jangan melakukan sesuatu yang membahayakan dirimu sendiri!” ucapku.Namun, sepertinya Nada benar-benar tak peduli. Jangankan menjawab, ia bahkan kembali memejamkan matanya.Aku merasa lebih baik ia tak tahu masalah ini. biarlah dia berpikir kalau aku mendatangi ibu, karena hal lain. Dari pada anak nakal itu kembali membuatnya sakit hati, hingga memancingnya melakukan hal-hal yang mengerikan.Aku buru-buru ke kantor polisi. Rupanya di sana bukan hanya Arnav yang ditangkap ada banyak remaja yang ikut diamankan. Aku menghampiri ibu yang terduduk lesu, bersama wali murid lain yang anaknya ikut diamankan di kantor polisi.“Di mana anaknya, Bu?” tanyaku.“Lagi di intogerasi, di dalam, hiks. Bagaimana ini Zayn, Arnav masih kecil. Masa depannya masih panjang. Kasihan dia kalau harus masuk penjara?”“Memangnya Arnav habis melakukan apa sampai ditahan?”Ibu hanya terdiam begitu juga dengan wanita yang sejak tadi berada di sampingnya. Sampai seorang polisi mendat

    Last Updated : 2022-11-27
  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 4

    “Sudah enggak bisa didik anak, enggak punya iman. Sekarang malah punya anak dari laki-laki lain.”Ibu masih saja bersemangat membicarakan Nada. Tanpa peduli, apa yang dia katakan seolah sebuah kebenaran atau bukan.“Ibu yang seharian di rumah, memangnya Nada sering keluar rumah tanpa seizinku?”Saat itu pandangan ibu mendadak membulat, tampak seperti orang yang terkejut. Sesekali ia juga menggaruk tengkuk.“Ya, jelas ibu tahu. Orang kemarin aja abis ke mana coba? Dari siang sampai sore keluyuran enggak jelas. Bilangnya mau beli sayur, tapi masa lama banget. Coba kalau enggak ketemuan sama selingkuhannya. Ngapain lagi?”Benar juga, kemarin hampir seharian dia berada di luar. Meskipun ia mengatakan baru saja mengatakan habis menabrak mobil orang, bukankah sedikit tidak masuk akal. Siapa juga di zaman yang serba uang ini, orang dengan mudahnya mengikhlaskan mobilnya rusak begitu saja.Sebaiknya aku menemukan Nada, untuk memperjelas semuanya.“Baru sadar ‘kan kamu kalau istrimu itu main b

    Last Updated : 2022-11-27
  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 5

    “Apa maksud kamu bicara seperti itu, Nada?”Kau tahu, saat itu ia bukan sedang berteriak melainkan bicara dengan begitu halus dan lembut. Namun, kenapa terasa menusuk.“Istri yang seperti itu mau kamu bela Zayn, dia bahkan enggak menghormatimu lagi.”“Satu hal yang enggak pernah bisa aku mengerti dari keluarga ini? Jika ibu sendiri enggak bisa berjauhan dengan Mas Zayn kenapa sejak dulu Ibu selalu melarangku mendidik Arnav? Dia anakku juga. Bukankah ini enggak adil?”“Oh, jadi sekarang kalian kompak menyalahkan ibu.”“Aku bukan sedang menyalahkan. Hanya bertanya, kalau memang pertanyaanku ini menyinggung perasaan Ibu, aku minta maaf.”“Sekarang kamu berani ya, bentak Ibu seperti ini. Lihat istrimu, Zayn! Wanita yang selalu kamu banggakan ini bahkan enggak menghormati ibumu sama sekali.”“Aku enggak membentak, apa nada bicaraku kasar? Aku hanya bertanya atas sesuatu yang tidak aku mengerti. Apa itu salah?”“Nad, sudahlah! Salahkan saja aku, aku yang memang dari awal enggak tegas sama a

    Last Updated : 2022-11-27
  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 6

    “Kang…, sabar!” ucapku pelan, sambil mengusap lengannya dengan lembut.Namun, pria itu malah mengabaikanku. Padahal, sejak ia mengungkapkan semua kekesalannya ibu masih diam saja. Tak seperti biasanya di mana ia akan dengan lantang meneriakkan bantahan.“Sekarang Dadan belum punya keturunan, ibu salah-salahin terus Yasmin. Ibu pikir itu enggak nyakitin Dadan. Masih mending Yasmin yang masih muda, anak orang kaya mau nikah sama anak ibu. Orang desa sini, mana ada sih yang mau sama aku! Udah miskin, ditambah kelilit hutang juga. Sekarang aja mereka mau nyapa, dulu-dulu lagi kita susah. Aku jalan aja, mereka ngeludahin.”Aku tidak tahu tentang apa yang suamiku lewati selama ini. Ia bahkan tak pernah menceritakan hal ini padaku. Melihat suasana yang makin memanas, aku berinisiatif menarik Kang Dadan ke kamar. Membiarkan pria itu duduk di ranjang sambil melepaskan emosinya.Perlahan aku bisa melihatnya meneteskan air mata. Untuk pertama kalinya aku melihat suamiku begitu emosional pada ibu

    Last Updated : 2023-01-03
  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 7

    Saat itu Teh Nadia langsung mematikan panggilannya.Sudah dua kali aku menyaksikan suamiku tak bisa menahan emosinya. Padahal, biasanya ia yang paling sabar dan lemah lembut pada keluarganya.“Minum dulu, Kang!”Saat itu aku berinisiatif mengambilkan air, berharap hal itu mampu meredakan emosinya. Menyetir dalam keadaan yang tidak stabil juga tidak baik.Saat itu sekali lagi, Kang Dadan berbicara pada ibu di balik pintu kamar yang tertutup rapat.“Kami mau pergi, kalau ibu mau ikut hayu!”Ibu masih belum mau menjawab.“Dadan minta maaf, karena tadi udah kasar sama ibu. Kalau emang ibu masih mau sendirian, kami mau pergi sebentar. Mungkin baliknya agak telat.”Sayangnya, masih tak ada respons dari dalam.“Sekali lagi, kita pamit ya, wassalamualaikum.”Rupanya di luar rumah. Orang-orang masih berkumpul di dekat rumah kami.“Loh memangnya Bu Irah enggak diajak jalan-jalan?” tanya salah se

    Last Updated : 2023-01-03
  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 8a

    “Ya, wajarlah istri ikut suami. Kamunya aja yang terlalu banget sama istrimu. Di mana-mana juga gitu. Orang-orang teteh mau juga pada ikut suaminya.”“Ya memang wajar, tapi dia juga masih punya orang tua. Mau sampai kapan coba Ibu nahan dia buat silaturahmi ke sana. Sama-sama punya ank perempuan, harusnya ibu juga bisa ngerti. Tiap lebaran aja ibu suka sedih kalau Teh Dewi enggak pulang ke sini. Kenapa sikap ibu malah sebaliknya sama Yasmin? Lagian kita juga cuma pergi buat sementara, enggak selamanya.”“Ya sudah sana kalau mau pergi! Manjakan terus saja istrimu itu.”“Memangnya salah kalau suami mengantar istrinya pulang ke rumah orang tuanya, Bu?” ucapku yang sudah tako tahan lagi. Entah kenapa, semakin dibiarkan wanita ini terus saja menginjak-injak harga diriku.“Ya, kalau istrinya bener sih enggak apa-apa?”“Emang selama ini aku kurang bener apa? Hanya aku enggak punya anak ibu selalu saja menyudutkanku.”“Lah, di mana-mana nikah ya harus punya anak. Emangnya kalian kalau udah t

    Last Updated : 2023-01-04
  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 8b

    Dan ajaibnya benar saja. Saat kami telah sampai di masjid untuk menunaikan salat magrib. Ponsel Kang Dadan berdering. Begitu dilihat ternyata panggilan dari ibu.“Angkat aja!” ucapku yang kala itu tak sengajamelihat ke layer ponsel miliknya.“Waktu salatnya bentar lagi mau habis. Nanti ajalah abis maghriban. Biar tenang.”Saat itu memnag waktu sudah menunjukkan pukul 7 kurang 10 menit lagi. Bayangkan saja, ketika orang lain sedang menunaikan salat maghrib kami malah sedang ribut-ribut di luar rumah.Sebenarnya malu, tetapi mau bagaimana lagi? Kurasa tetangga pun sudah hafal dengan kebiasaan ibu yang suka mencari masalah, bahkan kudengar dari Lisa. Sebelum Kang Dadan menikah, mertuaku ini kerap kali mencari masalah dengan tetangga sekitar. Ada saja yang diributkan, padahal hanya masalah sepele.Sekarang setelah ada aku, ia sudah jarang membuat onar di luar. Dan, ya sekarnag akulah yang jadi sasarannya.Entah kena

    Last Updated : 2023-01-04
  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 9a

    “Istighfar, Kang!” sambil memegang tangannya yang gemetar.Aku bahkan masih mengusap lembut punggung suamiku, berharap itu mampu meredakan amarahnya yang tengah meluap-meluap. Entah sudah berapa kali ia marah hari ini.“Maaf, harusnya Akang lakuin ini dari dulu. Jadi mereka enggak seenaknya nginjek-nginjek kita.”Aku tak pernah tahu apa saja yang dilewati suamiku di masa lalu, tetapi hanya mendengar percakapan mereka hari ini. Bisa kupastikan ia hidup dengan penuh tekanan, baik dari ibu yang suka memaksakan kehendak juga dari saudaranya yang egois dan selalu merasa benar sendiri.“Kalau, Akang mau egois. Mendingan tinggal sama Bapak dari dulu. Tapi, Akang enggak gitu. Kasihan juga Ibu, siapa yang mau nafkahin? Sudah penghasilan Bapak enggak seberapa dituntut sana sini.”“Yang Akang lakuin selama ini udah bener kok. Cuma kadang, respons orang itu berbeda-beda. Ada yang ¹ balas baik juga, tapi e

    Last Updated : 2023-01-04

Latest chapter

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 57

    Tak pernah terbayangkan aku akan sesakit ini mendengar kabar pernikahan Nada dengan Ali yang disampaikan langsung oleh Arnav. Putraku tak lagi menentang hubungan mereka. Aku tidak tahu, kapan tepatnya anak it berubah pikiran. Padahal, jelas saat ia datang untuk membantu acara tahlilan ibu, aku melihatnya begitu antusias menjodohkanku kembali dengan Bundanya.Bagaimana bisa ia berubah secepat itu?Ia bahkan mengatakan padaku, jika akan jadi pengantar pengantin, kala Bundanya menikah. Bahkan, yang lebih menyakitkan adalah ia mengatakan itu semua dengan bangga.Aku yang menghidupinya selama ini. Kenapa ia malah lebih percaya pada orang lain yang justru baru ia kenal.Sejujurnya aku masih tak percaya jika Nada benar-benar menikah. Jadi, hari di mana akadnya dilangsungkan aku mendatangi hotel tersebut. Sayangnya tak sembarangan orang bisa masuk ke acara pernikahannya. Penjagaannya cukup ketat. Aku bahkan harus check in hanya untuk mendapatkan in

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 56

    “Aku mengizinkannya Al, lakukan saja!”“Terima kasih Nad. Kalau, kamu masih bingung mau pilih yang mana. Besok staff yang menjual perhiasannya akan datang ke rumahmu. Pilih saja yang kamu suka.”“Bagaimana kalau seleraku enggak sesuai sama kamu?”“Aku yakin pilihanmu pasti yang terbaik.”“Baiklah. Aku akan pilih yang termurah kalau begitu.”“Nad, yang benar saja. Aku akan meminta staff untuk enggak mencantumkan harganya.”Aku sampai dibuat terkekeh dengan kepanikan Ali. Ada apa dengannya, padahal aku hanya bercanda.“Kenapa malah ketawa? Aku serius juga.”“Uangmu pasti banyak sekali Al, sampai-sampai membuangnya dengan begitu mudah.”“Siapa juga yang sedang membuang uang, jelas-jelas aku sedang membelikanmu mahar. Apa kamu akan membuang mahar setelah akad berlangsung? Enggak mungkin ‘kan.”

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 55

    Ali hanya tersenyum saja. Namun, aku bisa melihat ekspresi kelegaan di wajah Abah dan Ilyas.Ya Allah, jika Engkau berkenan menyatukan kami dalam ikatan suci pernikahan. Maka, jadikanlah pernikahan itu sebagai jalan untuk mencapai ridho-Mu.Setelah mendapatkan jawabannya Ali memilih untuk berpamitan.“Besok Ali ke sininya habis dzuhur, ya Bah.”“Oh, baik kami tunggu kedatangan Nak Ali dan keluarga.”Ali mengangguk lagi, sesekali ia tampak melirik padaku.“Kayaknya ada yang mau ngeduluin nih!” sindir Ilyas, begitu Ali sudah meninggalkan rumah dengan kendaraan roda empatnya.“Aku sekali aja belum, Mbak udah mau dua kali aja!” ucap Ali.“Apaan sih kamu, Dek!”“Enggak boleh ngomong gitu, Yas! Memangnya ada yang mau pernikahannya gagal!” ucap Abah.Memang Ilyas ini keterlaluan. Merusak mood saja. Dia pikir enak berpisah, setelah bertahun-tahun menj

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 54

    “Kamu tahu enggak sih yang kamu bicarain ini apa? Sudahlah Nav,Bunda enggak akan nikah kok. Asalkan kamu di samping Bunda, semua itu udah lebih dari cukup kok. Lagi pula sekarang Bunda sudah punya pekerjaan yang bisa diandalkan. Jadi, seenggaknya kalau suatu hari ayahmu berhenti memberikan uang untuk biaya Pendidikan kamu, kita sudah ada penghasilan lain.”“Nav serius, enggak apa kalau sekarang juga Bunda mau nikah sama Om Ali. Nav enggak akan menghalanginya lagi. Kalian tuh saling mencintai, tetapi Nav malah terus aja mencegah kalian Bersatu. Lagi pula Nav juga kayaknya butuh teman main, kayak Yusuf.”“Nav….”“Bun, sudah cukup Bunda nahan kesedihan sendirian. Nav pengen banget lihat Bunda ketawa terus kayak tadi, mungkin aja Om Alilah jawaban doa-doa Nav selama ini. Nav ‘kan juga minta supaya Bunda bahagia, tetapi Nav malah keliru dengan mendoakan supaya rujuk sama Ayah. Padahal, yang membuat Bunda ba

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 53

    “Enggak begitu kok, Sayang.”“Sekarang Nav, ngerti bedanya Om Ali sama Ayah.”“Sayang, kalau kamu enggak suka Bunda dekat samam Om Ali, lain kali Bunda akan jaga jarak. Oke? Cuma tadi itu kebetulan mobil pick up Bunda rusak. Om Ali cuma nawarin bantuan, ya udah makanya kami tadi di jalanan. Jangan salah paham dulu!”“Nav enggak tahu, kenapa hubungan orang dewasa seribet ini?”“Enggak ribet kok, nanti kalau Nav dewasa, juga pasti ngerti.”“Nav enggak mau nikah Bun, kalau ujungnya cerai.”“Enggak ada pasangan yang mau pernikahannya gagal di tengah jalan Nak, andai saja mengembalikan kepercayaan itu mudah. Bunda pasti sudah melakukannya buat kamu?”“Memangnya apa yang bikin Bunda sampai enggak mau balikkan sama Ayah? Bukannya aku sudah jelasin semuanya.”“Bunda takut kalau suatu hari sakit dan enggak bisa ngapa-ngapain kayak kemar

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 52

    “Jagung bakarnya datang!” ucap Zayn dengan sekantong besar di tangannya.“Zayn, aku ngantuk.”Saat itu Zayn dan Arnav yang tengah larut dalam tawa mendadak menatapku dengan aneh.“Kok ngantuk sih Bun, kita baru aja kumpul.”“Hari ini Bunda lagi kurang sehat, apa lagi besok harus kembali ke kota jadi enggak apa-apa ya, Bunda tidur duluan?”“Yah, enggak seru banget sih Bun?”Sata tu aku bisa melihat keduanya tampak kecewa. Namun, aku juga tak bisa membohongi perasaanku. Aku membenci Zayn. Meski, kini seseorang menjelaskan jika semua murni karena rasa terima kasih.Aku yang menyaksikan sendiri bagaimana ketika Zayn menatap Ochi dengan pandangan yang sama saat menatapku. Bagaimana ia bahkan tak membiarkan pria wanita itu pulang sendirian.Aku hanya tak sanggup membayangkan hari-hari selama aku tak ada di sampingya. Mungkin saja keduanya sering kali menghabiskan waktu denga

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 51

    “Kita bisa bicarakan ini lain kali ‘kan? Bukannya tujuan Nav ke sini mau bantuin Ayah, Nav bahkan belum ke makan nenek,” ucapku.Memecah hening yang terlanjur tercipta.“Nah iya, tapi kayaknya Nav juga capek. Mending istirahat dulu.”Saat itu Zayn langsung menarik ransel Zayn, sehingga tubuh anak itu terpaksa mengikuti langkah kaki ayahnya menuju kamar tidur.Ia mendorong tubuh Arnav ke dalam, lantas kembali menutup pintu. Saat itu Zayn masih saja terlihat canggung, tampak ketika ia tersenyum paksa padaku yang masih duduk di kursi tamu.“Astaghfirrullah, Ayah!”Dari arah dalam terdengar teriakan Arnav yang cukup nyaring. Sontak saja, kami langsung menghampirinya untuk memastikan apa yang terjadi.Begitu pintu terbuka, alangkah terkejutnya aku saat melihat keadaan kamar yang antah berantah. Pakaian yang tergeletak dilantai. Buku-buku yang ditumpuk asal, juga tumpahan kopi yang dibiarka

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 50

    “Caramu salah, Zayn. Kamu membiarkan kebencian tumbuh di hati anak kita, padahal kamu tidak melakukan kesalahan.”“Cuma itu yang bisa aku lakukan untuk terakhir kali. Aku enggak tahu lagi cara apa lagi, selain membuatnya percaya kalau aku sudah menikah.”“Oke, kalau itu memang maumu.”“Jadi ikut, Nad?”Awalnya aku sedikit ragu, melihat bagaimana kami akan menaiki sepeda motor hanya berdua. Namun, melihat dua pria yang sangat kerepotan mengurus acara pemakaman ibunya. Hatiku tak bisa menolak untuk iba.Aku mengangguk tanda setuju. Menaiki sepeda motor berdua, menit pertama kami hanya saling diam. Bahkan, sampai menit-menit selanjutnya. Zayn juga seperti tak tertarik membuka percakapan. Hingga, tiba di mesin ATM, Zayn memintaku turun. Sedangkan, dia akan menunggu di luar. Sambil membeli beberapa minuman dan snack.Aku memperhatikan bagaimana pria itu sedikit kebingungan. Sampai ia kembali dan han

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 49

    Aku tak mungkin salah mengenali keduanya. Itu Zayn dan Gavin.Aku masih mengikuti iring-iringan itu sampai ke pemakanan. Hingga tiba di mana Zayn mulai mengazani almarhumah, suasana haru kian menyeruak. Hingga prosesi pemakaman selesai, suasana duka turut menyelimuti.Satu persatu orang-orang mulai meninggalkan tempat peristirahatan terakhir almarhumah Bu Utami.Saat itu aku memilih untuk tinggal. Rasanya ada sedikit sesal, karena sejak terakhir kali kami bertemu, kondisinya masih baik-baik saja. Zayn bahkan, tidak pernah menceritakan keadaan Ibu sama sekali.“Dia sudah enggak ada, Nad.”“Maafkan aku Zayn, aku bahkan enggak pernah nengok ibu. Kenapa kamu enggak pernah kasih tahu tentang sakit ibu ke aku?”Saat itu Gavin masih ada di sana. Pria yang biasanya tak tahu diri dan selalu bersikap semena-mena itu hanya terisak sambil menatap pilu nisan ibu, ia bahkan tak menghiraukan keberadaanku.“Apa itu penti

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status