Share

Bab 5

Author: ERIA YURIKA
last update Last Updated: 2022-11-27 21:21:01

“Apa maksud kamu bicara seperti itu, Nada?”

Kau tahu, saat itu ia bukan sedang berteriak melainkan bicara dengan begitu halus dan lembut. Namun, kenapa terasa menusuk.

“Istri yang seperti itu mau kamu bela Zayn, dia bahkan enggak menghormatimu lagi.”

“Satu hal yang enggak pernah bisa aku mengerti dari keluarga ini? Jika ibu sendiri enggak bisa berjauhan dengan Mas Zayn kenapa sejak dulu Ibu selalu melarangku mendidik Arnav? Dia anakku juga. Bukankah ini enggak adil?”

“Oh, jadi sekarang kalian kompak menyalahkan ibu.”

“Aku bukan sedang menyalahkan. Hanya bertanya, kalau memang pertanyaanku ini menyinggung perasaan Ibu, aku minta maaf.”

“Sekarang kamu berani ya, bentak Ibu seperti ini. Lihat istrimu, Zayn! Wanita yang selalu kamu banggakan ini bahkan enggak menghormati ibumu sama sekali.”

“Aku enggak membentak, apa nada bicaraku kasar? Aku hanya bertanya atas sesuatu yang tidak aku mengerti. Apa itu salah?”

“Nad, sudahlah! Salahkan saja aku, aku yang memang dari awal enggak tegas sama anak kita! Kamu kembali ke dalam ya, masalah ini biar jadi urusanku! Malam ini Mas akan bertemu dengan orang tua korban. Doakan saja semua berjalan lancar! Tolong bisakah kalian jangan menambah bebanku. Aku sudah cukup pusing dengan masalah Arnav, belum lagi pekerjaanku. Minggu depan aku harus pergi kunjungan ke luar kota. Masalah ini enggak bisa berlarut. Please, kali ini bisakah saling mengalah.”

“Memangnya sejak kapan aku enggak pernah ngalah, Mas?”

“Nad, ayolah!”

Aku masih berusaha merayunya, tetapi Nada benar-benar mengabaikanku. Tak seperti biasanya di mana ia akan menurut bahkan berinisiatif untuk meninggalkan perdebatan lebih dulu.

Aku sampai menarik paksa wanita itu menjauh hanya agar suasana tak semakin memanas.

“Kenapa narik aku?”

“Aku yang tanya, kamu kenapa begini? Kenapa enggak ngalah aja sih, ibu itu cuma orang tua!Suatu hari kalau kita tua nanti. Sikapnya akan kembali seperti anak-anak. Kita yang muda yang harusnya ngalah!”

“Maaf Mas, tapi untuk kali ini aku enggak bisa terus diam.”

“Lalu kamu mau apa? Marah-marah, apa bedanya kamu sama ibu kalau begitu?”

“Apa aku terlihat marah? Apa nada bicaraku tinggi? Aku hanya bertanya, tapi kenapa kamu semarah itu?”

“Nad, kamu tahu ‘kan, suatu hari kita juga akan merasakan menjadi orang tua. Marahnya mereka, semuanya bentuk kasih sayang dan perhatiannya ke anak-anaknya. Ayolah, bukankah dia ibumu juga?”

“Setakut itu kamu bikin ibu tersinggung, Mas? sungguh andai saja aku jadi ibumu. Maka, aku akan jadi ibu yang beruntung. Sayangnya aku hanya istrimu.”

Nada tersenyum lagi, senyum yang tak pernah ingin kunikmati. Perlahan Nada melepaskan genggamanku.

“Mau ke mana?”

“Kamu sudah tahu arah tujuanku.”

“Jangan gila, kamu baru aja pulang! Aku enggak akan membiarkanmu pergi.”

“Apa sekarang ibu dan anak ini bahkan kompak melarangku bertemu dengan darah dagingku sendiri? Lepaskan! Tenang saja, aku sudah cukup kuat sekarang. Seharusnya kau tidak sekonyol kemarin. Bagaimana mungkin aku bisa berpikir meninggalkan putraku sendirian di dunia yang seperti ini.”

“Kamu tahu perkataanmu menyakitiku, Nada.”

“Aku tahu, sesakit itulah yang aku rasakan selama tinggal bersamamu.”

“Jadi, kamu ingin aku merasakan hal yang sama?”

“Enggak, aku enggak bukan orang yang suka membalas dendam. Jaga ibumu, aku pergi dulu.”

“Aku antar kamu pulang! Ingat istri itu enggak akan diridai, kalau pergi tanpa izin suaminya.”

“Lalu, ibumu? Apa kamu ingin menjadi anak durhaka yang tega meninggalkan ibumu? Dia mungkin akan menangis seperti biasanya, tenangkan dia dulu! Pergilah, aku tidak selemah itu!”

Sejenak pandanganku menoleh ke belakang, benar saja apa yang dikatakan Nada. Wanita itu tengah terisak di sofa.

“Maaf jika aku enggak bisa menjaga hati ibumu, pergilah! Setidaknya dia enggak akan terlalu membenciku jika kamu tetap tinggal.”

“Aku akan menyusulmu.”

Nada berbalik, setelah ia memunggungiku bahunya bahkan terlihat naik turun, karenanya. Mungkinkah dia menertawakanku.

‘Kamu benar Nada, aku telah gagal menjadi suamimu. Andai kamu juga tahu, bagaimana perlakuan Ayahku dulu padanya. Bukan aku tak menyayangi kalian, hanya saja sejak dulu, ibuku telah mengalami begitu banyak penderitaan. Aku hanya ingin membahagiakannya. Namun, kenapa harus kubayar dengan kehancuran keluargaku?’

Setelah menikah jujur saja terkadang aku iri pada pasangan lain yang bisa bersenang-senang dengan pasangannya di rumah. Pernah suatu hari aku menunjukkan kemesraanku pada Nada, hanya mengusap kepalanya saja. Namun, ibuku selalu saja melontarkan kata-kata yang tak enak untuk didengar.

“Memangnya enggak ada tempat lain buat bermesraan?”

Atau terkadang Nada akan tiba-tiba murung dan menjauh sendiri. Mungkin ibu menegurnya. Hanya saja Nada tak berani mengatakannya padaku. Wanita itu lebih suka menyimpan kesedihannya sendiri. Padahal dulu, ketika ia bekerja Nada wanita yang sangat ceria.

Namun, setelah kami membangun rumah ini. Di mana ia ikut andil besar, dengan menguras semua uang tabungannya. Sikapnya jauh berbeda, apa lagi saat ibu memilih menetap tak lama setelah rumah itu di bangun.

Dan sekarang aku seperti terjebak di sini. Aku tak mungkin mengusir ibu, tetapi tak sanggup jika terus menyaksikan istriku terus murung dan bersedih. 

Istigfar Bu, lagi pula Nada cuma bertanya.”

“Dia itu udah berani marah sama Ibu.”

“Nada enggak marah, bukankah dia masih bicara dengan nada yang biasa. Apa salahnya ibu menjawabnya juga. Aku rasa kalian juga harus saling terbuka.”

“Ibu cuma ingin memanjakan cucu sendiri, apa itu salah? Istrimu itu setiap kali Arnav melakukan sesuatu selalu di larang. Dia itu masih anak-anak. Ibu jauh lebih berpengalaman dibandingkan dia, tapi dia selalu saja beda pendapat. Sekarang anaknya jadi begini juga gara-gara siapa juga.

“Zayn ngerti, cuma masalahnya anak sekarang sama dulu itu beda. Lain kali biarkan saja Nada mendidik anaknya sendiri.”

“Alah, pasti Nada ngadu macam-macam ‘kan sama kamu? Dia pasti enggak suka ibu tinggal di sini. Lagi pula Ibu tinggal di sini juga enggak diam aja. Ibu sering bantu-bantu. Ibu yang nyapu dan ngepel. Kalau enggak ada ibu, rumah ini juga enggak akan sebersih ini. Orang kerjaan Nada, cuma main hp. Harusnya kamu tegur istrimu juga, jangan hanya ibu aja yang kamu tegur!”

“Kamu pikir Zayn, kalau sekarang aja dia udah berani bentak ibu, bagaimana kalau enggak ada kamu? Bisa saja ibu didorong kalau kamu enggak ada.”

“Nada enggak akan sekasar itu.”

“Mana kamu tahu, pokoknya ibu enggak tenang tinggal sendirian. Ibu telepon Kakakmu ya, pokoknya dia harus tinggal di sini.”

Tanpa persetujuan dariku. Ibu sudah merogoh saku celananya, lantas mulai menekan layar. Ia bahkan meminta Bang Gavin ke sini.

“Bu kenapa melakukan itu? ini rumah Nada juga, setidaknya aku harus berdiskusi dengannya juga.”

“Kamu kenapa jadi takut istri? Kayak Gavin dong punya istri tuh yang nurut sama suami.”

“Terserah ibu saja,” ucapku

Akhir-akhir kurasa kepalaku sering sekali merasa sakit. Apa lagi kali ini, bahkan masalah Arnav saja masih belum selesai. 

Memikirkan ibu yang semakin tak masuk akal dan bertindak semaunya, aku lebih memilih meninggalkan rumah dan menyusul Nada ke kantor polisi. Namun, di sana Nada justru tengah bicara pada seorang laki-laki dengan pakaian hoodie hitam dan masker yang menutupi sebagian wajahnya. 

Yang lebih tidak masuk akal, dia bahkan menggunakan kaca mata hitam meski di ruangan tertutup. Aku berinisiatif untuk mendekat ke arah mereka yang tampak serius. Sampai-sampai, Nada bahkan tak menyadari keberadaanku..

“Kamu suaminya?” tanya pria itu.

“Anda ini siapa? Kenapa cara bicara Anda seperti itu?” ucapku.

“Dia orang tua korban,” lirih Nada.

Ya Tuhan, gara-gara menenangkan Ibu aku sampai lupa harus bertemu dengannya.

“Kenapa kamu enggak menghubungiku, Nad? Kamu enggak perlu bertemu dengannya sendirian,” bisikku.

“Sudahlah bukankah Mas sibuk sama urusan Ibu,” ucap Nada sangat halus, tetapi begitu menusuk.

“Maaf, karena saya sedikit terlambat,” ucapku.

Namun, pria misterius itu yang justru memandangku dengan pandangan yang merendahkan. Ia bahkan menepuk tangannya sambil membuka kaca mata yang sejak tadi tersemat di wajahnya. Bisa kulihat jika ia menertawakan kami di baik maskernya itu.

“Anak yang berbakti, tapi enggak tahu cara melindungi anak dan istri. Bagaimana kalau aku meminta sesuatu dengan istrimu sebagai ganti, karena perbuatan anak Anda?”

“Seharusnya Anda cukup bijak, untuk tidak melakukan hal seperti itu!”

“Ya, tentu saja. Setidaknya saya tidak pernah berlindung di punggung perempuan. Didik anak Anda dengan benar!”

Pria itu lantas pergi begitu saja, tanpa sepatah kata pun. Meninggalkan tanda tanya besar tentang apa yang telah ia minta pada Nada, sebelum aku datang ke tempat ini.

Namun, begitu aku berbalik. Nada sudah tak ada di sana. Aku mencarinya ke dalam dan rupanya ia tengah menggandeng putranya yang tampak pucat dan kelelahan.

“Biarkan saja aku di sini Bun, aku memang pantas mendapatkan pembinaan ini. Bunda enggak perlu menghabiskan tabungan demi Arnav.”

“Tempat kamu bukan di sini, Bunda mau ajak kamu ke tempat yang lebih indah.”

“Kenapa Bunda enggak marah, padahal aku udah jadi anak yang nakal?”

“Kamu mau ajak dia ke mana, Nad? Bukankah dia masih harus tinggal? Aku bahkan belum membayar denda. Atau jangan-jangan …, apa yang kamu janjikan sama laki-laki itu? Jawab,Nad! Apa kamu menyerahkan tubuhmu padanya? bisa-bisanya kamu bertingkah seperti itu!”

"Kenapa enggak kamu ceraikan saja istrimu Zayn, bukankah dia sangat murahan?" 

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Nada butuh kesabaran ekstra untuk menghadapi mertua nya yang toxic
goodnovel comment avatar
Ali Irmansyah
gak paham.. cerita koq langsung loncat..
goodnovel comment avatar
Dhhe Ma
teu nyambung ujug2 ka carita akang dadan jg yasmin
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 6

    “Kang…, sabar!” ucapku pelan, sambil mengusap lengannya dengan lembut.Namun, pria itu malah mengabaikanku. Padahal, sejak ia mengungkapkan semua kekesalannya ibu masih diam saja. Tak seperti biasanya di mana ia akan dengan lantang meneriakkan bantahan.“Sekarang Dadan belum punya keturunan, ibu salah-salahin terus Yasmin. Ibu pikir itu enggak nyakitin Dadan. Masih mending Yasmin yang masih muda, anak orang kaya mau nikah sama anak ibu. Orang desa sini, mana ada sih yang mau sama aku! Udah miskin, ditambah kelilit hutang juga. Sekarang aja mereka mau nyapa, dulu-dulu lagi kita susah. Aku jalan aja, mereka ngeludahin.”Aku tidak tahu tentang apa yang suamiku lewati selama ini. Ia bahkan tak pernah menceritakan hal ini padaku. Melihat suasana yang makin memanas, aku berinisiatif menarik Kang Dadan ke kamar. Membiarkan pria itu duduk di ranjang sambil melepaskan emosinya.Perlahan aku bisa melihatnya meneteskan air mata. Untuk pertama kalinya aku melihat suamiku begitu emosional pada ibu

    Last Updated : 2023-01-03
  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 7

    Saat itu Teh Nadia langsung mematikan panggilannya.Sudah dua kali aku menyaksikan suamiku tak bisa menahan emosinya. Padahal, biasanya ia yang paling sabar dan lemah lembut pada keluarganya.“Minum dulu, Kang!”Saat itu aku berinisiatif mengambilkan air, berharap hal itu mampu meredakan emosinya. Menyetir dalam keadaan yang tidak stabil juga tidak baik.Saat itu sekali lagi, Kang Dadan berbicara pada ibu di balik pintu kamar yang tertutup rapat.“Kami mau pergi, kalau ibu mau ikut hayu!”Ibu masih belum mau menjawab.“Dadan minta maaf, karena tadi udah kasar sama ibu. Kalau emang ibu masih mau sendirian, kami mau pergi sebentar. Mungkin baliknya agak telat.”Sayangnya, masih tak ada respons dari dalam.“Sekali lagi, kita pamit ya, wassalamualaikum.”Rupanya di luar rumah. Orang-orang masih berkumpul di dekat rumah kami.“Loh memangnya Bu Irah enggak diajak jalan-jalan?” tanya salah se

    Last Updated : 2023-01-03
  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 8a

    “Ya, wajarlah istri ikut suami. Kamunya aja yang terlalu banget sama istrimu. Di mana-mana juga gitu. Orang-orang teteh mau juga pada ikut suaminya.”“Ya memang wajar, tapi dia juga masih punya orang tua. Mau sampai kapan coba Ibu nahan dia buat silaturahmi ke sana. Sama-sama punya ank perempuan, harusnya ibu juga bisa ngerti. Tiap lebaran aja ibu suka sedih kalau Teh Dewi enggak pulang ke sini. Kenapa sikap ibu malah sebaliknya sama Yasmin? Lagian kita juga cuma pergi buat sementara, enggak selamanya.”“Ya sudah sana kalau mau pergi! Manjakan terus saja istrimu itu.”“Memangnya salah kalau suami mengantar istrinya pulang ke rumah orang tuanya, Bu?” ucapku yang sudah tako tahan lagi. Entah kenapa, semakin dibiarkan wanita ini terus saja menginjak-injak harga diriku.“Ya, kalau istrinya bener sih enggak apa-apa?”“Emang selama ini aku kurang bener apa? Hanya aku enggak punya anak ibu selalu saja menyudutkanku.”“Lah, di mana-mana nikah ya harus punya anak. Emangnya kalian kalau udah t

    Last Updated : 2023-01-04
  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 8b

    Dan ajaibnya benar saja. Saat kami telah sampai di masjid untuk menunaikan salat magrib. Ponsel Kang Dadan berdering. Begitu dilihat ternyata panggilan dari ibu.“Angkat aja!” ucapku yang kala itu tak sengajamelihat ke layer ponsel miliknya.“Waktu salatnya bentar lagi mau habis. Nanti ajalah abis maghriban. Biar tenang.”Saat itu memnag waktu sudah menunjukkan pukul 7 kurang 10 menit lagi. Bayangkan saja, ketika orang lain sedang menunaikan salat maghrib kami malah sedang ribut-ribut di luar rumah.Sebenarnya malu, tetapi mau bagaimana lagi? Kurasa tetangga pun sudah hafal dengan kebiasaan ibu yang suka mencari masalah, bahkan kudengar dari Lisa. Sebelum Kang Dadan menikah, mertuaku ini kerap kali mencari masalah dengan tetangga sekitar. Ada saja yang diributkan, padahal hanya masalah sepele.Sekarang setelah ada aku, ia sudah jarang membuat onar di luar. Dan, ya sekarnag akulah yang jadi sasarannya.Entah kena

    Last Updated : 2023-01-04
  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 9a

    “Istighfar, Kang!” sambil memegang tangannya yang gemetar.Aku bahkan masih mengusap lembut punggung suamiku, berharap itu mampu meredakan amarahnya yang tengah meluap-meluap. Entah sudah berapa kali ia marah hari ini.“Maaf, harusnya Akang lakuin ini dari dulu. Jadi mereka enggak seenaknya nginjek-nginjek kita.”Aku tak pernah tahu apa saja yang dilewati suamiku di masa lalu, tetapi hanya mendengar percakapan mereka hari ini. Bisa kupastikan ia hidup dengan penuh tekanan, baik dari ibu yang suka memaksakan kehendak juga dari saudaranya yang egois dan selalu merasa benar sendiri.“Kalau, Akang mau egois. Mendingan tinggal sama Bapak dari dulu. Tapi, Akang enggak gitu. Kasihan juga Ibu, siapa yang mau nafkahin? Sudah penghasilan Bapak enggak seberapa dituntut sana sini.”“Yang Akang lakuin selama ini udah bener kok. Cuma kadang, respons orang itu berbeda-beda. Ada yang ¹ balas baik juga, tapi e

    Last Updated : 2023-01-04
  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 9b

    “Ibu tuh cuma lagi panas, karena kamu beliin istrimu mobil. Sudahlah tebelin aja kupingmu!” “Enggak bisalah, kasihan Yasmin. Kalau, aku diem terus masa iya aku biarin anak orang jadi bulan-bulanan ibu setiap hari.” “Susah, udah watak mau bagaimana lagi?” “Nanti aku minta Ismail anterin ibu ke rumah Teteh.” “Emangnya ibu mau dianter Mail?” “Ya, harus mau. Kalau, enggak mau sama siapa di rumah, tahu sendiri ibu penakut.” “Terserah saja, tapi tolong kabari Teteh, kalau udah ibu udah jalan mau ke sini.” “Oke, makasih banyak ya.” “Hm.” Panggilan pun dimatikan. Kau tahu meski nada bicaranya paling ketus. Bahkan raut wajahnya yang jutek, kurasa di antara yang lainnya hanya ia iparku yang tak banyak omong. “Kang….” “Kenapa kok wajahmu sedih begitu?” “Kalau demi membelaku, Akang harus memusuhi semua keluarga. Apa lebih baik aku yang ngalah aja?” “Apa maksud kamu ngomong begit

    Last Updated : 2023-01-05
  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 10a

    Sebelum ia semakin panik, aku memilih keluar. Melihat pria itu dari kejauhan yang tampak kacau, hatiku tetap saja merasa iba.Beberapa orang mengerumuni Kang Dadan, ada yang menepuk pundak, mengusap punggung juga menasihatinya untuk tenang.“Kang.”“Alhamdulillah.”Tanpa banyak kata pria itu langsung menghambur memelukku. Mengabaikan pandangan orang-orang di sana.“Kamu ke mana aja? Akang pikir kamu pergi gitu aja,” katanya, masih saja tam mau melepaskan rengkuhannya.“Aku cuma ke toilet. Maaf ya, bikin Akang panik.”Saat itu, Kang Dadan baru mau melepaskan pelukannya.“Ngapain aja di toilet lama banget?”Belum juga menjawabnya Kang Dadan sudah memperhatikan tubuhku dengan sangat detail.“Kamu baik-baik aja, ‘kan?”“Sudah lebih baik dari pada tadi.”“Ayo masuk mobil aja. Di luat dingin banget gini, jaketny

    Last Updated : 2023-01-05
  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 10b

    Entah perasaanku saja atau tidak. Sepertinya Kang Dadan juga sudah tahu rencanaku. Sejak aku mengatakan ingin pergi sikapnya menjadi semakin protektif dan berani. Sejujurnya aku mendambakan ketegasan suamiku sejak dulu, tetapi jika bayarannya adalah ia yang harus dibenci keluarganya. Nyatanya aku tetap merasa sedikit bersalah.Hanya demi membelaku, kamu harus menerima kebencian mereka. Terima kasih ya, tetapi sekarang aku sendiri bahkan mulai ragu pada hubungan ini.~Kami hanya berisitirahat sebentar dan kembali melanjutkan perjalanan. Sampai tiba azan subuh berkumandang. Kang Dadan memutuskan untuk check in di sebuah hotel di kota Tegal.Katanya di sini ada tempat wisata yang bagus, jadi rencananya siangnya kami akan mampir ke sini. Kala itu aku menurut saja, lagi pula sudah lama sekali aku tidak berwisata ke tempat-tempat yang jauh.Setelah salat subuh, Kang Dadan memilih hotel yang cukup jauh dari pintu exit tol.“Kang ini enggak k

    Last Updated : 2023-01-05

Latest chapter

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 57

    Tak pernah terbayangkan aku akan sesakit ini mendengar kabar pernikahan Nada dengan Ali yang disampaikan langsung oleh Arnav. Putraku tak lagi menentang hubungan mereka. Aku tidak tahu, kapan tepatnya anak it berubah pikiran. Padahal, jelas saat ia datang untuk membantu acara tahlilan ibu, aku melihatnya begitu antusias menjodohkanku kembali dengan Bundanya.Bagaimana bisa ia berubah secepat itu?Ia bahkan mengatakan padaku, jika akan jadi pengantar pengantin, kala Bundanya menikah. Bahkan, yang lebih menyakitkan adalah ia mengatakan itu semua dengan bangga.Aku yang menghidupinya selama ini. Kenapa ia malah lebih percaya pada orang lain yang justru baru ia kenal.Sejujurnya aku masih tak percaya jika Nada benar-benar menikah. Jadi, hari di mana akadnya dilangsungkan aku mendatangi hotel tersebut. Sayangnya tak sembarangan orang bisa masuk ke acara pernikahannya. Penjagaannya cukup ketat. Aku bahkan harus check in hanya untuk mendapatkan in

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 56

    “Aku mengizinkannya Al, lakukan saja!”“Terima kasih Nad. Kalau, kamu masih bingung mau pilih yang mana. Besok staff yang menjual perhiasannya akan datang ke rumahmu. Pilih saja yang kamu suka.”“Bagaimana kalau seleraku enggak sesuai sama kamu?”“Aku yakin pilihanmu pasti yang terbaik.”“Baiklah. Aku akan pilih yang termurah kalau begitu.”“Nad, yang benar saja. Aku akan meminta staff untuk enggak mencantumkan harganya.”Aku sampai dibuat terkekeh dengan kepanikan Ali. Ada apa dengannya, padahal aku hanya bercanda.“Kenapa malah ketawa? Aku serius juga.”“Uangmu pasti banyak sekali Al, sampai-sampai membuangnya dengan begitu mudah.”“Siapa juga yang sedang membuang uang, jelas-jelas aku sedang membelikanmu mahar. Apa kamu akan membuang mahar setelah akad berlangsung? Enggak mungkin ‘kan.”

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 55

    Ali hanya tersenyum saja. Namun, aku bisa melihat ekspresi kelegaan di wajah Abah dan Ilyas.Ya Allah, jika Engkau berkenan menyatukan kami dalam ikatan suci pernikahan. Maka, jadikanlah pernikahan itu sebagai jalan untuk mencapai ridho-Mu.Setelah mendapatkan jawabannya Ali memilih untuk berpamitan.“Besok Ali ke sininya habis dzuhur, ya Bah.”“Oh, baik kami tunggu kedatangan Nak Ali dan keluarga.”Ali mengangguk lagi, sesekali ia tampak melirik padaku.“Kayaknya ada yang mau ngeduluin nih!” sindir Ilyas, begitu Ali sudah meninggalkan rumah dengan kendaraan roda empatnya.“Aku sekali aja belum, Mbak udah mau dua kali aja!” ucap Ali.“Apaan sih kamu, Dek!”“Enggak boleh ngomong gitu, Yas! Memangnya ada yang mau pernikahannya gagal!” ucap Abah.Memang Ilyas ini keterlaluan. Merusak mood saja. Dia pikir enak berpisah, setelah bertahun-tahun menj

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 54

    “Kamu tahu enggak sih yang kamu bicarain ini apa? Sudahlah Nav,Bunda enggak akan nikah kok. Asalkan kamu di samping Bunda, semua itu udah lebih dari cukup kok. Lagi pula sekarang Bunda sudah punya pekerjaan yang bisa diandalkan. Jadi, seenggaknya kalau suatu hari ayahmu berhenti memberikan uang untuk biaya Pendidikan kamu, kita sudah ada penghasilan lain.”“Nav serius, enggak apa kalau sekarang juga Bunda mau nikah sama Om Ali. Nav enggak akan menghalanginya lagi. Kalian tuh saling mencintai, tetapi Nav malah terus aja mencegah kalian Bersatu. Lagi pula Nav juga kayaknya butuh teman main, kayak Yusuf.”“Nav….”“Bun, sudah cukup Bunda nahan kesedihan sendirian. Nav pengen banget lihat Bunda ketawa terus kayak tadi, mungkin aja Om Alilah jawaban doa-doa Nav selama ini. Nav ‘kan juga minta supaya Bunda bahagia, tetapi Nav malah keliru dengan mendoakan supaya rujuk sama Ayah. Padahal, yang membuat Bunda ba

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 53

    “Enggak begitu kok, Sayang.”“Sekarang Nav, ngerti bedanya Om Ali sama Ayah.”“Sayang, kalau kamu enggak suka Bunda dekat samam Om Ali, lain kali Bunda akan jaga jarak. Oke? Cuma tadi itu kebetulan mobil pick up Bunda rusak. Om Ali cuma nawarin bantuan, ya udah makanya kami tadi di jalanan. Jangan salah paham dulu!”“Nav enggak tahu, kenapa hubungan orang dewasa seribet ini?”“Enggak ribet kok, nanti kalau Nav dewasa, juga pasti ngerti.”“Nav enggak mau nikah Bun, kalau ujungnya cerai.”“Enggak ada pasangan yang mau pernikahannya gagal di tengah jalan Nak, andai saja mengembalikan kepercayaan itu mudah. Bunda pasti sudah melakukannya buat kamu?”“Memangnya apa yang bikin Bunda sampai enggak mau balikkan sama Ayah? Bukannya aku sudah jelasin semuanya.”“Bunda takut kalau suatu hari sakit dan enggak bisa ngapa-ngapain kayak kemar

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 52

    “Jagung bakarnya datang!” ucap Zayn dengan sekantong besar di tangannya.“Zayn, aku ngantuk.”Saat itu Zayn dan Arnav yang tengah larut dalam tawa mendadak menatapku dengan aneh.“Kok ngantuk sih Bun, kita baru aja kumpul.”“Hari ini Bunda lagi kurang sehat, apa lagi besok harus kembali ke kota jadi enggak apa-apa ya, Bunda tidur duluan?”“Yah, enggak seru banget sih Bun?”Sata tu aku bisa melihat keduanya tampak kecewa. Namun, aku juga tak bisa membohongi perasaanku. Aku membenci Zayn. Meski, kini seseorang menjelaskan jika semua murni karena rasa terima kasih.Aku yang menyaksikan sendiri bagaimana ketika Zayn menatap Ochi dengan pandangan yang sama saat menatapku. Bagaimana ia bahkan tak membiarkan pria wanita itu pulang sendirian.Aku hanya tak sanggup membayangkan hari-hari selama aku tak ada di sampingya. Mungkin saja keduanya sering kali menghabiskan waktu denga

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 51

    “Kita bisa bicarakan ini lain kali ‘kan? Bukannya tujuan Nav ke sini mau bantuin Ayah, Nav bahkan belum ke makan nenek,” ucapku.Memecah hening yang terlanjur tercipta.“Nah iya, tapi kayaknya Nav juga capek. Mending istirahat dulu.”Saat itu Zayn langsung menarik ransel Zayn, sehingga tubuh anak itu terpaksa mengikuti langkah kaki ayahnya menuju kamar tidur.Ia mendorong tubuh Arnav ke dalam, lantas kembali menutup pintu. Saat itu Zayn masih saja terlihat canggung, tampak ketika ia tersenyum paksa padaku yang masih duduk di kursi tamu.“Astaghfirrullah, Ayah!”Dari arah dalam terdengar teriakan Arnav yang cukup nyaring. Sontak saja, kami langsung menghampirinya untuk memastikan apa yang terjadi.Begitu pintu terbuka, alangkah terkejutnya aku saat melihat keadaan kamar yang antah berantah. Pakaian yang tergeletak dilantai. Buku-buku yang ditumpuk asal, juga tumpahan kopi yang dibiarka

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 50

    “Caramu salah, Zayn. Kamu membiarkan kebencian tumbuh di hati anak kita, padahal kamu tidak melakukan kesalahan.”“Cuma itu yang bisa aku lakukan untuk terakhir kali. Aku enggak tahu lagi cara apa lagi, selain membuatnya percaya kalau aku sudah menikah.”“Oke, kalau itu memang maumu.”“Jadi ikut, Nad?”Awalnya aku sedikit ragu, melihat bagaimana kami akan menaiki sepeda motor hanya berdua. Namun, melihat dua pria yang sangat kerepotan mengurus acara pemakaman ibunya. Hatiku tak bisa menolak untuk iba.Aku mengangguk tanda setuju. Menaiki sepeda motor berdua, menit pertama kami hanya saling diam. Bahkan, sampai menit-menit selanjutnya. Zayn juga seperti tak tertarik membuka percakapan. Hingga, tiba di mesin ATM, Zayn memintaku turun. Sedangkan, dia akan menunggu di luar. Sambil membeli beberapa minuman dan snack.Aku memperhatikan bagaimana pria itu sedikit kebingungan. Sampai ia kembali dan han

  • Redupnya Kecantikan Istriku Akibat Ulah Ibuku   Bab 49

    Aku tak mungkin salah mengenali keduanya. Itu Zayn dan Gavin.Aku masih mengikuti iring-iringan itu sampai ke pemakanan. Hingga tiba di mana Zayn mulai mengazani almarhumah, suasana haru kian menyeruak. Hingga prosesi pemakaman selesai, suasana duka turut menyelimuti.Satu persatu orang-orang mulai meninggalkan tempat peristirahatan terakhir almarhumah Bu Utami.Saat itu aku memilih untuk tinggal. Rasanya ada sedikit sesal, karena sejak terakhir kali kami bertemu, kondisinya masih baik-baik saja. Zayn bahkan, tidak pernah menceritakan keadaan Ibu sama sekali.“Dia sudah enggak ada, Nad.”“Maafkan aku Zayn, aku bahkan enggak pernah nengok ibu. Kenapa kamu enggak pernah kasih tahu tentang sakit ibu ke aku?”Saat itu Gavin masih ada di sana. Pria yang biasanya tak tahu diri dan selalu bersikap semena-mena itu hanya terisak sambil menatap pilu nisan ibu, ia bahkan tak menghiraukan keberadaanku.“Apa itu penti

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status