"Ayah bukan seperti itu!" Jung Jinsi masih berusaha memberitahu Ye Qingyu tentang semuanya. Akan tetapi pria tua itu justru pergi dari kamarnya tanpa mendengar apa yang dia katakan. Ye Qingyu tiba-tiba memanggil seluruh penjaga dan juga pelayan yang ada yang memarahi mereka semua atas kejadian malam itu. Disaat itu pula Ye Xuanqing kembali setelah berusaha mengejar si penyusup. "Apa yang terjadi pada Jung Jinsi, ayah?" tanya Ye Xuanqing ketika dia sampai dikediaman. Ye Qingyu menoleh, dia tidak menjawab hanya diam dan menunjuk Jung Jinsi dengan dagunya. Ye Xuanqing berlari ke arah Jung Jinsi dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Kau terluka karena penyusup tadi?" tanyanya. "Ti-tidak, aku tidak terluka. Ayah salah paham," jawab Jung Jinsi dengan lirih. Bahkan dia tampak tidak enak hati, terutama saat mata Ye Qingyu melihat ke arahnya. Ye Xuanqing mengangguk tanda mengerti, kemudian dia merangkul pundak Jung Jinsi dan membawanya ke kamar lain. Setibanya di kamar, dia
Jung Jinsi maju sembari terus merapalkan doa, dia berharap ada keajaiban yang muncul dan membantunya terhindar dari pemeriksaan formasi penggambar tulang. Akan tetapi perempuan itu tetap berjalan maju, lurus menuju pusat formasi. Meskipun kakinya cukup bergetar karena takut. "Cepat nona, kami tidak memiliki banyak waktu." Salah satu penjaga berkata garang pada Jung Jinsi. Mau tidak mau perempuan itu berjalan lebih cepat, dia sudah sangat putus asa saat ini. Satu menit berada di pusat formasi, cahaya terang muncul dan menunjukkan wujud aslinya. Jung Jinsi hati-hati menolehkan kepalanya untuk melihat proyeksi wujudnya. Betapa terkejutnya dirinya ketika melihat proyeksi yang tergambar adalah wujud manusia biasa. "Bagaimana bisa?" tanya Jung Jinsi pada dirinya sendiri dengan lirih. "Ayo istriku, cepatlah keluar dari pusat formasi!" Ye Xuanqing melambaikan tangannya.Jung Jinsi mengangguk kaku, dia lalu buru-buru meninggalkan formasi penggambar tulang dan berjalan cepat menyusul Ye X
"Jenis siluman seperti apa itu?" tanya Lui Yang, dia hendak menyiapkan formasi untuk menangkap siluman tersebut. "Siluman mimpi buruk adalah siluman yang menggunakan iblis hati manusia sebagai sumber kekuatan. Wujud aslinya merupakan ikan yang biasa hidup di perairan air tawar." Ye Xuanqing menjelaskan. Lui Yang merasa tertarik dengan penjelasan Ye Xuanqing. "Jadi iblis hati muncul untuk mendapatkan kekuatan?" "Benar, karena semakin dalam obsesi seseorang maka iblis hatinya akan semakin kuat. Karena itulah siluman mimpi buruk muncul, hanya saja cara kedatangannya yang belum aku ketahui." Ye Xuanqing berkata jujur. Lui Yang mengangguk paham, dia tahu apa apa yang seharusnya dia lakukan. "Kalau begitu, kita perlu membuat formasi pelindung agar Tuan Putri Daiyan tidak lagi diganggu oleh siluman itu." "Ya, aku akan membuat formasi Zewu Qingyan. Ini akan membuat siluman itu juga terkurung dalam formasi, seandainya dia muncul." "Baik," balas Lui Yang. Keduanya lalu saling berhadapan
Setelah Jung Jinsi mengangguk paham, Cheng Huang segera pergi dari sana dan sengaja melewati tempat Ye Xuanqing bersembunyi. Pria siluman itu memang menyusup di Biro Astronomi Kekaisaran demi mengungkap kejahatan Zhao Weini.“Tuan Adipati, mengapa berdiri di sini? Nyonya Muda sudah menunggu anda,” ucap Cheng Huang dengan nada yang ramah. Dia sengaja berpura-pura tidak tahu kalau sang Adipati sudah menguping pembicaraanya dengan Jung Jinsi.Ye Xuanqing tergagap, dia lalu mengusap tengkuknya yang tidak gatal untuk sekedar menetralkan rasa terkejutnya. “Ah ya! Aku akan segera menemuinya,” jawabnya.“Baik, saya permisi dulu.” Cheng Huang pergi setelah memberi salam.Jung Jinsi memilih untuk menghampiri Ye Xuanqing lebih dulu, ketika pria itu berbalik badan dia terkejut sebab Jung Jinsi sudah ada didepan matanya. Gelagatnya ketika gugup sangat kentara, dan Jung Jinsi bisa dengan jelas melihatnya.“Ada apa suami ku? Kau terlihat terkejut,” ucap Jung Jinsi tenang.“Bukan apa-apa,” balas Ye X
Ye Xuanqing dan juga Tuan Guo Jingming menoleh ke arah pintu masuk kamar sang Tuan Besar. Rupanya Jung Jinsi lah yang menjawab pertanyaan itu, dia datang bersama dengan Fen Rou dan juga Ming Tian. Meski datang dengan Fen Rou dan Ming Tian, mereka juga cukup terkejut dengan penegtahuan Jung Jinsi mengenai siluman. Mengingat perempuan itu tengah hilang ingatan. “Jinsi, dari mana kau tahu soal itu?” tanya Ye Xuanqing yang cukup heran sama seperti yang lain.Jung Jinsi menoleh ke sekeliling, membagi atensinya pada semua orang yang ada disana dan cukup memberinya tatapan penuh tanda tanya. Akan tetapi perempuan itu tenang, dia menarik nafas perlahan lebih dulu sebelum menjawab pertanyaan Ye Xuanqing yang justru terdengar seperti mengintimidasi.“Aku mengetahui itu dari beberapa literatur yang aku baca saat berada di Kota Shinjing. saat Kui muncul, aku sempat meminta Zenni untuk mencarikan buku daftar siluman,” jawabnya dengan tenang.“Benar, apa yang kau katakana memang benar. Untuk meny
Ye xuanqing masih saja bersikap tenang, dia tidak mungkin mengungkapkan identitasnya sebagai pemburu siluman, dan jung jinsi tidak boleh mengetahui itu hingga akhir. Dia memasang formasi pelindung di kamar sang ayah, juga formasi penangkap siluman yang sudah dia pasang lebih dulu.“Jangan sampai jung jinsi tahu,” batin ye xuanqing yang khawatir jung jinsi tahu apa yang tengah dia kerjakan.Akan tetapi di depan pintu masuk kamar, jung jinsi tidak dapat melangkah lebih jauh seperti sebelumnya. Setelah formasi pelindung dipasang, tubuh jung jinsi tidak akan bisa masuk ke dalam sana. Karena formasi itu sangat peka terhadap aura siluman dan akan segera melukai siluman yang mencoba masuk meskipun memiliki niat yang baik.“Sial! Keluarga ye memang tidak memiliki toleran apapun terhadap siluman.” Jung jinsi berbalik badan, untuk meninggalkan termpat tersebut karena dia tidak bisa menghancurkan formasi yang sedang dipasanag itu.Jung jinsi memilih untuk pergi ke halaman utama, dia duduk dibawa
“Kenapa, padahal aku hanya ingin mengobrol denganmu. Tapi kau sudah ketakutan begitu,” tandas Jung Jinsi sembari memajukan bibirnya beberapa senti. Dia sengaja cemberut secara berlebihan.Ye Xuanqing mengerjapkan matanya beberapa kali, dia berbalik badan dan menatap ke arah Jung Jinsi. Perempuan itu berpura-pura merajuk, dia bahkan menyembunyikan wajahnya didalam selimut.“Kau tersinggung?” tanyanya.Jung Jinsi menggeleng pelan, tapi masih tetap menyembunyikan wajahnya. “Tidak,” jawabnya lirih yang terdengar tidak jelas.Ye Xuanqing lalu menghela nafas berat, memahami perempuan memang lebih sulit dibandingkan menangkap siluman!Dia kemudian duduk kembali di tepi ranjang, meski dengan posisi memungungi perempuan itu. “Sekarang katakan, apa yang ingin kau katakan dengan ku.”Jung Jinsi segera segera menurunkan selimut yang menutupi wajahnya tadi, kemudian dia tersenyum gembira.“Aku hanya akan bertanya beberapa hal, dan kau harus menjawabnya dengan jujur.”“Apa itu?” Ye Xuanqing menatap
Xuanqing segera bangkit dari duduknya bahkan sebelum Ming Tian menjelaskan kondisi Zhao Yun Mei. Hal itu membuat pria dengan hanfu coklat muda itu terkejut.“Kita urus masalah formasi itu sekarang, lalu beri tahu Fen Rou agar dia pergi ke Departemen Kehakiman untuk membantu penyelidikan kasus di sana!” perintah sang Adipati.“Baik, Adipati.” Ming Tian mengangguk paham serta mengangkat tangan sejajar dengan dahi sebagai bentuk menerima perintah.Keduanya kemudian bersiap untuk pergi, akan tetapi baru saja sampai di tengah gerbang masuk kediaman panggilan dari Jung Jinsi menghentikan langkah mereka.“Ye Xuanqing!” seru Jung Jinsi sembari berlari menyusul sang Adipati.Ye Xuanqing menoleh, dia lalu menangkap Jung Jinsi ketika perempuan itu tiba dihadapannya. Dibelakang Jung Jinsi rupanya ada Zenni yang setia mengekori sang Nyonya Muda.“Ada apa, kenapa sampai berlarian begini?” tanya Ye Xuanqing yang jelas-jelas khawatir.Jung Jinsi mengatur nafasnya yang satu-dua, dia sempat menoleh ke
Gerbang istana dibuka perlahan, Ye Xuanqing bersama dengan Ming Tian dan Fen Rou masuk ke dalam istana sembari menunggang kuda. Barulah saat berada di halam istana, mereka turun dari kuda masing-masing dan menyerahkannya pada penjaga yang ada.Tugas utama sang adipati muda hari ini adalah melihat dan mengintrogasi sendiri Ibu Suri, Zhao Weini. Wanita tua itu sudah terlalu lama diam, dan kekaisaran perlu jawabannya untuk memeberikan hukuman dan menyelesaikan masalah dengan tuntas.“Kita langsung pergi ke paviliun angin timur, Ibu Suri diasingkan di sana saat ini adipati.” Ming Tian berujar pelan, dia memang tahu kondisi terkini dari sang pelaku utama kerusuhan di kekaisaran itu.Ye Xuanqing melirik sekilas ke arah Ming Tian yang memang berjalan dibelakangnya lalu mengangguk. “Ya, kita langsung pergi ke sana sekarang.”Namun baru saja hendak berbelok di koridor, sosok Putri Daiyan sudah muncul. Perempuan itu masih ditemani oleh dua pelayan muda dibelakangnya.“Adipati Ye!” panggil Zhao
Cahaya mentari menyelinap lewat celah kisi-kisi jendela, memantul lembut di atas lantai batu giok yang mengilap. Di paviliun utama, aroma teh qianye baru saja dituangkan oleh pelayan.Di kursi kehormatan duduk Ye Qingyu, pemilik wajah tenang namun berwibawa. Pakaiannya sederhana, namun dari cara duduk dan tatapan matanya, jelas bahwa ia adalah seorang yang terbiasa memimpin medan tempur.Di hadapannya duduk Mu Wangyan, Komisaris Perfektur Shinjing. Lelaki itu tampak santun, mengenakan jubah hitam bersulam perak khas pejabat tinggi. Matanya sempit, senyumnya tipis dan tidak pernah benar-benar sampai ke mata.“Sejak kapan komisaris perfektur, Kota Shinjing memiliki hubungan dengan Tuan Besar Ye?” Jung Jinsi yang duduk di sudur paviliun bertanya pada dirinya sambil menyuap buah kering pelan-pelan, seolah tak ikut dalam pembicaraan. Namun dari matanya yang terfokus dan telinganya yang tajam, ia sudah waspada sejak pria itu masuk. Ada semacam tirai tipis yang menghalangi dirinya, sehingga
Langit di atas Ibukota tampak lebih gelap dari biasanya, meski tak ada badai. Angin yang bertiup terasa membawa aroma darah dan dupa. Di kediaman Ye, suasana terasa tegang. Para pengawal berjaga dua kali lipat, dan paviliun belakang tempat Xuanqing dan Jinsi tinggal dijaga ketat oleh barrier spiritual. Hari ini adalah hari ke-7 pasca serangan yang dilakukan oleh Ye Xuanqing dan Jung Jinsi ke istana. Setelah hari itu, tidak ada tanda-tanda pergerakan apapun. Selain itu Ibu Suri juga bungkam, meski sudah diinterogasi. Di ruang utama, Ye Xuanqing menatap peta yang terbentang di hadapannya. Di sampingnya berdiri Jinsi, masih pucat tapi tekad di matanya tak pernah surut. Di seberang meja berdiri Ming Tian, Fen Rou, dan Jing Qian, masing-masing dengan ekspresi murung. “Ada yang janggal,” gumam Jing Qian, melipat lengannya. “Formasi pemecah jiwa itu terlalu rumit untuk dibuat hanya oleh Ibu Suri dan dua siluman." “Benar,” sahut Ye Xuanqing. “Menurut dokumen yang ditemukan di balik d
Kabut kelabu menyelimuti tembok tinggi istana barat. Di bawah cahaya bulan yang tertutup awan, dua sosok melintas cepat di antara bayangan tembok. Ye Xuanqing mengenakan jubah pemburu berlapis perak, pedang Huoguang miliknya tergantung di pinggangnya. Sementara di sisinya, Jung Jinsi menyatu sempurna dalam gelap, rambut hitam panjangnya disembunyikan di balik penutup kepala hitam. Suara gemerisik langkah mereka nyaris tak terdengar. Mereka menyusup dari gerbang air bawah, melewati lorong rahasia yang hanya diketahui oleh mereka yang pernah hidup di dalam istana. “Sudah lama sejak aku masuk dari jalur ini,” bisik Jung Jinsi pelan, matanya menyipit menatap lengkung lorong batu. "Terakhir kali aku masuk, untuk mencari informasi tentang Ibu Suri. Ye Xuanqing menoleh sekilas. “Dan sekarang kita masuk lagi lewat sini untuk menggagalkan semua rencana wanita tua itu!" "Karena itu, kita harus melakukan yang terbaik. Jangan sampai usaha kita gagal," balas Jung Jinsi dengan wajah y
Ye Xuanqing duduk dengan tenang, mengenakan jubah panjang warna arang dengan bordiran awan perak di tepinya. Wajahnya teduh, namun ada gurat berat yang tak tersembunyi di matanya. Di hadapannya, Jung Jinsi duduk dengan tubuh sedikit condong ke depan, menyandarkan dagu di tangannya.“Kau diam sejak bertemu dengan Putri Daiyan," ucap Jinsi pelan, matanya menatap pria itu dengan lembut. “Apa sang Putri Daiyan berkata sesuatu yang tak kau suka?” tanyanya pelan. Ye Xuanqing tak langsung menjawab. Ia menatap cangkir teh yang belum disentuh, lalu menghela napas. “Bukan dia yang jadi masalah. Tapi kabar yang dia bawa.”Jinsi mengangkat satu alis. “Pasti ini sesuatu dari Ibu Suri?” tebaknya dengan wajah yang serius. Ye Xuanqing menoleh padanya, lalu mengangguk samar. "Ibu Suri sudah bertindak terlalu jauh, bahkan sebelum kita bisa menerka apa saja yang dia perbuat.""Apa yang dia lakukan sebenarnya?" Jung Jinsi mendekat, semakin dekat dengan Ye Xuanqing dan menggenggam tangannya erat. "Form
"Apa?" Ye Xuanqing masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan. Namun sorot mata Zhao Yun Mei tidak menunjukkan kebohongan, hanya ada keteguhan yang coba dia tunjukkan saat ini. "Seharusnya Zhao Weini, ibu ku hanya selir agung. Tapi karena kematian permaisuri sebelumnya dia menduduki posisi permaisuri itu dengan berat. Kaisar ke-7 mendesak ibu untuk memberi penerus tahta, tapi dia tak kunjung dikaruniai keturunan." Ada jeda yang cukup lama saat Zhao Yun Mei menjelaskan masa lalu keluarga Kekaisaran Sheng. Fakta masa lalu yang dilupakan oleh rakyat, atau justru kabarnya tidak dibiarkan keluar dari dinding istana. "Ibu ku frustasi, dia tertekan dari berbagai sisi. Bahkan pria yang seharusnya menjadi tempatnya bersandar malah memberikan luka dan tekanan yang luar biasa hebat. Karena dibutakan oleh luka dan keserakahan, Ibu akhirnya pergi ke pegunungan barat bertahun-tahun lalu sebelum kakak ku lahir." Mata Ye Xuanqing membulat sempurna mendengar itu semua, Zha
Pagi hari menyapa dengan sinar matahari hangat yang menembus celah pepohonan. Di sebuah tempat perlindungan sederhana dekat mata air yang ada di gunung belakang kediaman keluarga Ye. Ye Xuanqing duduk bersandar di pohon, sementara Jung Jinsi menyeduh teh. Jing Qian tengah memeriksa formasi pelindung di sekitar tempat itu, dan Fen Rou membersihkan bilah belatinya. Ming Tian duduk di atas batu besar, menatap langit dengan ekspresi tenang. "Apa yang kita berlima hadapi semalam pasti sebuah konspirasi besar," ucap Ye Xuanqing membuka percakapan dengan topik yang berat. Namun semuanya langsung mengangguk, tanggap atas apa yang dibicarakan sang Adipati Muda. Ming Tian yang semula menatap langit, perlahan beralih pada rekan kultivasinya. "Dia adalah tangan kanan Hei Lian Hua, dan mereka berada di pihak Ibu Suri. itu semua sudah jelas!" "Tapi aku tidak bisa percaya kalau Lu Sangyun dan Hei Lian Hua sepenuhnya berpihak pada wanita tua itu. Siluman seperti mereka sangat sulit untuk diajak
Ye Xuanqing dan Ming Tian semakin berjalan cepat setelah pertarungan melawan siluman mimpi buruk, Lu Sangyun. Mereka kembali ke kediaman Keluarga Ye melalui gerbang belakang. Tepat dihalaman belakang itu pula Jung Jinsi, Jing Qian dan Fen Rou berada. Mereka bertiga juga baru saja tiba di kediaman. Terbukti dengan nafas mereka yang masih satu-satu. "Kalian sudah kembali," ucap Ye Xuanqing merasa lega begitu dia melangkahkan kaki masuk ke kediaman. semua orang menoleh ke arahnya, termasuk Jung Jinsi. Dia langsung tersenyum manis dan berlari kecil menuju sang Adipati. "Xuanqing, kau kembali dengan selamat juga." Jung Jinsi begitu lega. Meskipun dia sendiri hampir menjadi mayat jika kalah dengan Hei Lian Hua tadi. "Tentu saja, apapun yang terjadi aku pasti akan kembali." Ye Xuanqing menjawabnya dengan senyum tipis. Kemudian Fen Rou maju terlebih dahulu, dia hendak melaporkan apa yang mereka lihat saat menyusup ke istana Kekaisaran Sheng. "Adipati, kami melihat—" "Fen Rou cu
Di tengah hutan yang diterangi cahaya bulan pucat, Ye Xuanqing dan Ming Tian bergegas melintasi pepohonan. Langkah mereka cepat, menembus dedaunan dan bayangan yang bergoyang. Mereka harus segera menyusul Jung Jinsi, Jing Qian, dan Fen Rou sebelum semuanya terlambat. Namun, sesampainya di tepi jurang berbatu, mereka terhenti. Kabut hitam pekat bergulung-gulung di depan mereka. Di tengah kabut yang berputar, sosok perempuan melangkah maju. Mata keemasan yang menyala penuh kebencian menatap mereka. Rambut panjangnya tergerai seperti bayangan kelam, berkilauan di bawah sinar bulan. Gaun ungu tuanya berayun lembut, sementara aura mengerikan menguar dari tubuhnya. "Lu Sangyun," bisik Ming Tian dengan suara rendah. "Tangan kanan Hei Lian Hua," sambung Ye Xuanqing dengan ekspresi dingin. Lu Sangyun menyeringai, bibirnya melengkung dengan keangkuhan. "Kalian benar-benar mengira bisa melawan Ibu Suri? Kalian tak lebih dari bidak kecil dalam permainan ini." "Meski begitu, kami tida