Hai reader's hari ini aku update lebih awal ya, sebagai ganti hari kemarin yang nggak update karena masalah jaringan. so, have a nice reading time with my story!
Xuanqing segera bangkit dari duduknya bahkan sebelum Ming Tian menjelaskan kondisi Zhao Yun Mei. Hal itu membuat pria dengan hanfu coklat muda itu terkejut.“Kita urus masalah formasi itu sekarang, lalu beri tahu Fen Rou agar dia pergi ke Departemen Kehakiman untuk membantu penyelidikan kasus di sana!” perintah sang Adipati.“Baik, Adipati.” Ming Tian mengangguk paham serta mengangkat tangan sejajar dengan dahi sebagai bentuk menerima perintah.Keduanya kemudian bersiap untuk pergi, akan tetapi baru saja sampai di tengah gerbang masuk kediaman panggilan dari Jung Jinsi menghentikan langkah mereka.“Ye Xuanqing!” seru Jung Jinsi sembari berlari menyusul sang Adipati.Ye Xuanqing menoleh, dia lalu menangkap Jung Jinsi ketika perempuan itu tiba dihadapannya. Dibelakang Jung Jinsi rupanya ada Zenni yang setia mengekori sang Nyonya Muda.“Ada apa, kenapa sampai berlarian begini?” tanya Ye Xuanqing yang jelas-jelas khawatir.Jung Jinsi mengatur nafasnya yang satu-dua, dia sempat menoleh ke
Jung Jinsi memilih untuk memasuki salah satu kedai yang berada di dekat alun-alun Kota Fanlan. Dia duduk bersama Zenni di lantai dua kedai tersebut sembari memperhatikan penduduk Ibu Kota yang berlalu-lalang pagi ini.“Nyonya Muda, apa anda mengikuti Tuan Adipati ke istana karena mendengar pembicaraan para pelayan di kediaman?” Zenni bertanya hati-hati.Jung Jinsi yang sebelumnya memperhatikan jalanan yang ada kini beralih menatap Zenni. “Tidak, tapi apa yang dibicarakan para pelayan?” perempuan itu malah balik bertanya.“Para pelayan di kediaman sibuk bergosip soal tugas Tuan Adipati di istana, terlebih lagi Tuan Adipati akan berurusan langsung dengan Putri Daiyan.” Zenni menjelaskan apa yang dia dengar dari para pelayan.“Memangnya kenapa dengan tugas itu, toh Xuanqing hanya datang untuk memeriksa apa yang dialami Putri Daiyan lalu memberikan jalan keluarnya. Itu saja, kenapa harus heboh?” Jung Jinsi malah bersikap santai.Zenni menangguk sekilas lalu kembali menatap sang Nyonya Muda
Ye Xuanqing membulatkan matanya sempurna saat mendengar ucapan Ran Yi. Selama ini dia memang tidak pernah menggunakan formasi Zewu Qingyan, terakhir kali dia menggunakan itu sekitar dua tahun lalu.“Tidak mungkin! Kau pasti sedang membohongi ku,” balas Ye Xuanqing.“Aku tidak berbohong, kau pasti tahu betul bagaimana kekuatan formasi ini.” Ran Yi justru menggendong tangan di belakang tubuhnya, sembari memperhatikan Ye Xuanqing dengan tatapan menilai.Formasi Zewu Qingyan masih berfungsi, gambar formasi itu masih tergambar jelas dengan cahaya keemasan memenuhi seluruh ruanngan. Serta terdapat pusaran angin di dalam formasi tersebut.“Kau malah menyatukan esensi siluman ke dalam formasi yang sederhana ini, seharusnya dengan formasi seperti ini kau bisa menangkap siluman tingkat rendah dengan mudah. Tapi karena kebodohan mu, kau justru memberi kekuatan bagi ku!” Ran Yi kembali berujar pelan.“Tidak ada yang pernah menyatukan esensi siluman dalam formasi, kau pasti sedang mengecoh ku.” Ye
Jung Jinsi memilih untuk berpindah temapt, dia bersembunyi dibalik sekat pembatas ruangan yang cukup sepi dan jarang dilewati pengunjung kedai yang lain. Perempuan siluman itu semakin cemas saja sebab tusuk konde pemberian Ye Xuanqing terus berkedip dengan cepat.Perempuan itu hendak memusatkan pikirannya untuk mengeluarkan sedikit kekuatan silumannya untuk melacak keberadaan Ye Xuanqing sembari melihat keadannya. Baru saja jung jinsi menutup mata dan hendak membaca mantra sederhana, pundaknya sudah ditepuk sekali oleh seseorang.Sontak jung jinsi menoleh, dan dia mengerutkan kening begitu tahu siapa yang sudah datang. “Cheng Huang?”“Diam, Jinsi!” Cheng Huang memberi isyarat agar perempuan itu diam, dia meletakkan jari telunjukkan diatas bibir.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Jung Jinsi lagi.Saat ini keduanya sudah sama-sama bersembunyi dibalik sekat pembatas. Cheng uang menyusul Jung Jinsi dan melakukan hal yang sama.“Aku sengaja mencarimu ke sini sebab ada sesuatu yang tidak
Zenni yang mendapat perintah dari Jung Jinsi untuk menyampaikan pesan pun segera pergi ke kuil terdekat. Dia hendak meminta kertas jimat dan menuliskan pesan lalu mengirimnya menggunakan jimat pengirim pesan.“Semoga Tuan Fen Rou segera bertindak setelah menerima pesan ini,” ucap Zenni begitu selesai menulis jimat.Perempuan dengan pakaian sederhana itu lalu membakar kertas jimat tersebut dan melemparkannya ke udara seriring dengan bibirnya yang melafalkan mantra. Sementara itu di kantor Departemen Kehakiman, Fen Rou baru saja menuliskan identitas korban kematian mesterius.Pria pemilik ‘Tombak Qiankun’ itu terkejut saat mendapatkan pesan menggunakan jimat pengirim pesan. Dia mengadahkan tangannya menerima jimat tersebut, lalu terdengarlah suara Zenni yang menyampaikan pesan dari Jung Jinsi.[“Tuan Fen Rou, Nyonya muda memerintahkan anda untuk segera menyusul Adipati dan Tuan Ming Tian di istana. Ada tanda bahaya yang diterima oleh Nyonya muda melalui tusuk konde pemberian Adipati. Mo
Ye Xuanqing mengayunkan pedang Huoguang sembari mengeraskan rahangnya, menahan seluruh amarah dan dendam pada siluman mimpi buruk.“Kau memang pantas mati, Ran Yi!”Saat itu lah Ran Yi berbalik badan, menghindari serangan itu ke kiri. Ming Tian yang semula bertarung berhadapan dengan Ran Yi pun ikut berpindah posisi, menjaga jarak dari tebasan pedang istimewa itu.“Bagaimana kau bisa bangun dari mimpi?” Ran Yi bertanya heran, ini sepenuhnya ditujukan pada Ye Xuanqing.Sang Adipati itu malah tersenyum sinis, lalu mengangkat bahu acuh. “Entah lah, ku rasa ilusi mu sangat lemah sehingga aku bisa terbangun dengan mudah.”“Bedebah sombong!” Ran Yi menggertakkan rahangnya, lalu berlari maju untuk meninju wajah Ye Xuanqing.Gerakan siluman itu sangat gesit, dia juga sangat tangkas. Kekuatannya jauh lebih kuat disbanding dengan siluman yang setingkat dengannya. Ye Xuanqing mulai kewalahan, begitu juga dengan Ming Tian yang menyerang siluman itu diwaktu yang sama.“Aneh! kenapa siluman tingkat
Lui Yang hendak membuka mulutnya lagi tapi ming tian sudah lebih dulu menarik tangannya dan menyeret pria itu keluar setelah sebelumnya mendapat kode lirikan mata oleh Ye Xuanqing. “Tunggu! Kalian tidak bisa melakukan ini padaku, Ye Xuanqing kau tidak bisa menghukum ku tanpa bukti!”Ye Xuanqing tetap tenang, dia tentu paham apa yang dia lakukan hari ini. Melepaskan musuh secara tiba-tiba dan menangkap teman lama tentu bukanlah hal yang sederhana. Dia melirik sekilas kepergian Lui Yang dan Ming Tian dari ruangan itu.“Aku tentu tidak bodoh dengan bertindak asal,” lirihnya.Kemudian Ye Xuanqing menatap tajam ke arah Ran Yi. “Sekarang bangunkan Fen Rou, aku tahu kau membuatnya terperangkap ilusi mimpi buruk.”“Tidak bisa, orang yang sudah masuk ke dalam ilusi ku tidak bisa bangun dengan sendirinya atau bahkan dengan kekuatanku.” Ran Yi menjawab jujur.Akan tetapi Ye Xuanqing begitu geram dan mengira siluman itu telah mempermainkan dirinya. Dengan cepat Ye Xuanqing sudah menodongkan peda
“Jadi semua itu benar-benar nyata?” Jung Jinsi kembali bertanya serius, kali ini dia sebenarnya berharap kalau apa yang dia lihat di alam ilusi hanyalah kebohongan. Entah di masa lalu atau masa depan, dia tidak ingin mengacungkan senjata ke arah Ye Xuanqing.“Aku hanya bisa mengatakan kalau itu benar-benar ketakutan yang nyata, itu saja.” Cheng Huang tidak ingin membuat temannya semakin larut dalam perasaan di mimpi buruk.Kemudian ujung telinga jung jinsi berkedut dua kali, dia bisa merasakan kalau akan ada orang lain yang datang, Jung Jinsi juga familiar akan aromanya jadi itu bukanlah oran asing.“Ada yang datang, kau cepatlah pergi!” perintah Jung Jinsi pada Cheng Huang, dia segera mendorong pelan pria siluam itu untuk pergi atau paling tidak bersembunyi,“Ya, aku akan pergi. Jika terjadi sesuatu kirimkan aku suar cahaya.” Cheng Huang segera memakai tudung jubahnya dan bersiap untuk pergi.Jung Jinsi mengangguk paham. “Hmm ya!”Setelah itu Cheng Huang melompat keluar dari kedai mel
Gerbang istana dibuka perlahan, Ye Xuanqing bersama dengan Ming Tian dan Fen Rou masuk ke dalam istana sembari menunggang kuda. Barulah saat berada di halam istana, mereka turun dari kuda masing-masing dan menyerahkannya pada penjaga yang ada.Tugas utama sang adipati muda hari ini adalah melihat dan mengintrogasi sendiri Ibu Suri, Zhao Weini. Wanita tua itu sudah terlalu lama diam, dan kekaisaran perlu jawabannya untuk memeberikan hukuman dan menyelesaikan masalah dengan tuntas.“Kita langsung pergi ke paviliun angin timur, Ibu Suri diasingkan di sana saat ini adipati.” Ming Tian berujar pelan, dia memang tahu kondisi terkini dari sang pelaku utama kerusuhan di kekaisaran itu.Ye Xuanqing melirik sekilas ke arah Ming Tian yang memang berjalan dibelakangnya lalu mengangguk. “Ya, kita langsung pergi ke sana sekarang.”Namun baru saja hendak berbelok di koridor, sosok Putri Daiyan sudah muncul. Perempuan itu masih ditemani oleh dua pelayan muda dibelakangnya.“Adipati Ye!” panggil Zhao
Cahaya mentari menyelinap lewat celah kisi-kisi jendela, memantul lembut di atas lantai batu giok yang mengilap. Di paviliun utama, aroma teh qianye baru saja dituangkan oleh pelayan.Di kursi kehormatan duduk Ye Qingyu, pemilik wajah tenang namun berwibawa. Pakaiannya sederhana, namun dari cara duduk dan tatapan matanya, jelas bahwa ia adalah seorang yang terbiasa memimpin medan tempur.Di hadapannya duduk Mu Wangyan, Komisaris Perfektur Shinjing. Lelaki itu tampak santun, mengenakan jubah hitam bersulam perak khas pejabat tinggi. Matanya sempit, senyumnya tipis dan tidak pernah benar-benar sampai ke mata.“Sejak kapan komisaris perfektur, Kota Shinjing memiliki hubungan dengan Tuan Besar Ye?” Jung Jinsi yang duduk di sudur paviliun bertanya pada dirinya sambil menyuap buah kering pelan-pelan, seolah tak ikut dalam pembicaraan. Namun dari matanya yang terfokus dan telinganya yang tajam, ia sudah waspada sejak pria itu masuk. Ada semacam tirai tipis yang menghalangi dirinya, sehingga
Langit di atas Ibukota tampak lebih gelap dari biasanya, meski tak ada badai. Angin yang bertiup terasa membawa aroma darah dan dupa. Di kediaman Ye, suasana terasa tegang. Para pengawal berjaga dua kali lipat, dan paviliun belakang tempat Xuanqing dan Jinsi tinggal dijaga ketat oleh barrier spiritual. Hari ini adalah hari ke-7 pasca serangan yang dilakukan oleh Ye Xuanqing dan Jung Jinsi ke istana. Setelah hari itu, tidak ada tanda-tanda pergerakan apapun. Selain itu Ibu Suri juga bungkam, meski sudah diinterogasi. Di ruang utama, Ye Xuanqing menatap peta yang terbentang di hadapannya. Di sampingnya berdiri Jinsi, masih pucat tapi tekad di matanya tak pernah surut. Di seberang meja berdiri Ming Tian, Fen Rou, dan Jing Qian, masing-masing dengan ekspresi murung. “Ada yang janggal,” gumam Jing Qian, melipat lengannya. “Formasi pemecah jiwa itu terlalu rumit untuk dibuat hanya oleh Ibu Suri dan dua siluman." “Benar,” sahut Ye Xuanqing. “Menurut dokumen yang ditemukan di balik d
Kabut kelabu menyelimuti tembok tinggi istana barat. Di bawah cahaya bulan yang tertutup awan, dua sosok melintas cepat di antara bayangan tembok. Ye Xuanqing mengenakan jubah pemburu berlapis perak, pedang Huoguang miliknya tergantung di pinggangnya. Sementara di sisinya, Jung Jinsi menyatu sempurna dalam gelap, rambut hitam panjangnya disembunyikan di balik penutup kepala hitam. Suara gemerisik langkah mereka nyaris tak terdengar. Mereka menyusup dari gerbang air bawah, melewati lorong rahasia yang hanya diketahui oleh mereka yang pernah hidup di dalam istana. “Sudah lama sejak aku masuk dari jalur ini,” bisik Jung Jinsi pelan, matanya menyipit menatap lengkung lorong batu. "Terakhir kali aku masuk, untuk mencari informasi tentang Ibu Suri. Ye Xuanqing menoleh sekilas. “Dan sekarang kita masuk lagi lewat sini untuk menggagalkan semua rencana wanita tua itu!" "Karena itu, kita harus melakukan yang terbaik. Jangan sampai usaha kita gagal," balas Jung Jinsi dengan wajah y
Ye Xuanqing duduk dengan tenang, mengenakan jubah panjang warna arang dengan bordiran awan perak di tepinya. Wajahnya teduh, namun ada gurat berat yang tak tersembunyi di matanya. Di hadapannya, Jung Jinsi duduk dengan tubuh sedikit condong ke depan, menyandarkan dagu di tangannya.“Kau diam sejak bertemu dengan Putri Daiyan," ucap Jinsi pelan, matanya menatap pria itu dengan lembut. “Apa sang Putri Daiyan berkata sesuatu yang tak kau suka?” tanyanya pelan. Ye Xuanqing tak langsung menjawab. Ia menatap cangkir teh yang belum disentuh, lalu menghela napas. “Bukan dia yang jadi masalah. Tapi kabar yang dia bawa.”Jinsi mengangkat satu alis. “Pasti ini sesuatu dari Ibu Suri?” tebaknya dengan wajah yang serius. Ye Xuanqing menoleh padanya, lalu mengangguk samar. "Ibu Suri sudah bertindak terlalu jauh, bahkan sebelum kita bisa menerka apa saja yang dia perbuat.""Apa yang dia lakukan sebenarnya?" Jung Jinsi mendekat, semakin dekat dengan Ye Xuanqing dan menggenggam tangannya erat. "Form
"Apa?" Ye Xuanqing masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan. Namun sorot mata Zhao Yun Mei tidak menunjukkan kebohongan, hanya ada keteguhan yang coba dia tunjukkan saat ini. "Seharusnya Zhao Weini, ibu ku hanya selir agung. Tapi karena kematian permaisuri sebelumnya dia menduduki posisi permaisuri itu dengan berat. Kaisar ke-7 mendesak ibu untuk memberi penerus tahta, tapi dia tak kunjung dikaruniai keturunan." Ada jeda yang cukup lama saat Zhao Yun Mei menjelaskan masa lalu keluarga Kekaisaran Sheng. Fakta masa lalu yang dilupakan oleh rakyat, atau justru kabarnya tidak dibiarkan keluar dari dinding istana. "Ibu ku frustasi, dia tertekan dari berbagai sisi. Bahkan pria yang seharusnya menjadi tempatnya bersandar malah memberikan luka dan tekanan yang luar biasa hebat. Karena dibutakan oleh luka dan keserakahan, Ibu akhirnya pergi ke pegunungan barat bertahun-tahun lalu sebelum kakak ku lahir." Mata Ye Xuanqing membulat sempurna mendengar itu semua, Zha
Pagi hari menyapa dengan sinar matahari hangat yang menembus celah pepohonan. Di sebuah tempat perlindungan sederhana dekat mata air yang ada di gunung belakang kediaman keluarga Ye. Ye Xuanqing duduk bersandar di pohon, sementara Jung Jinsi menyeduh teh. Jing Qian tengah memeriksa formasi pelindung di sekitar tempat itu, dan Fen Rou membersihkan bilah belatinya. Ming Tian duduk di atas batu besar, menatap langit dengan ekspresi tenang. "Apa yang kita berlima hadapi semalam pasti sebuah konspirasi besar," ucap Ye Xuanqing membuka percakapan dengan topik yang berat. Namun semuanya langsung mengangguk, tanggap atas apa yang dibicarakan sang Adipati Muda. Ming Tian yang semula menatap langit, perlahan beralih pada rekan kultivasinya. "Dia adalah tangan kanan Hei Lian Hua, dan mereka berada di pihak Ibu Suri. itu semua sudah jelas!" "Tapi aku tidak bisa percaya kalau Lu Sangyun dan Hei Lian Hua sepenuhnya berpihak pada wanita tua itu. Siluman seperti mereka sangat sulit untuk diajak
Ye Xuanqing dan Ming Tian semakin berjalan cepat setelah pertarungan melawan siluman mimpi buruk, Lu Sangyun. Mereka kembali ke kediaman Keluarga Ye melalui gerbang belakang. Tepat dihalaman belakang itu pula Jung Jinsi, Jing Qian dan Fen Rou berada. Mereka bertiga juga baru saja tiba di kediaman. Terbukti dengan nafas mereka yang masih satu-satu. "Kalian sudah kembali," ucap Ye Xuanqing merasa lega begitu dia melangkahkan kaki masuk ke kediaman. semua orang menoleh ke arahnya, termasuk Jung Jinsi. Dia langsung tersenyum manis dan berlari kecil menuju sang Adipati. "Xuanqing, kau kembali dengan selamat juga." Jung Jinsi begitu lega. Meskipun dia sendiri hampir menjadi mayat jika kalah dengan Hei Lian Hua tadi. "Tentu saja, apapun yang terjadi aku pasti akan kembali." Ye Xuanqing menjawabnya dengan senyum tipis. Kemudian Fen Rou maju terlebih dahulu, dia hendak melaporkan apa yang mereka lihat saat menyusup ke istana Kekaisaran Sheng. "Adipati, kami melihat—" "Fen Rou cu
Di tengah hutan yang diterangi cahaya bulan pucat, Ye Xuanqing dan Ming Tian bergegas melintasi pepohonan. Langkah mereka cepat, menembus dedaunan dan bayangan yang bergoyang. Mereka harus segera menyusul Jung Jinsi, Jing Qian, dan Fen Rou sebelum semuanya terlambat. Namun, sesampainya di tepi jurang berbatu, mereka terhenti. Kabut hitam pekat bergulung-gulung di depan mereka. Di tengah kabut yang berputar, sosok perempuan melangkah maju. Mata keemasan yang menyala penuh kebencian menatap mereka. Rambut panjangnya tergerai seperti bayangan kelam, berkilauan di bawah sinar bulan. Gaun ungu tuanya berayun lembut, sementara aura mengerikan menguar dari tubuhnya. "Lu Sangyun," bisik Ming Tian dengan suara rendah. "Tangan kanan Hei Lian Hua," sambung Ye Xuanqing dengan ekspresi dingin. Lu Sangyun menyeringai, bibirnya melengkung dengan keangkuhan. "Kalian benar-benar mengira bisa melawan Ibu Suri? Kalian tak lebih dari bidak kecil dalam permainan ini." "Meski begitu, kami tida