“Cit cit cit cit “ suara cicitan Levi hari itu sangat nyaring dengan frekuensi yang lebih banyak dibandingkan hari-hari lainnya. Hal ini terjadi karena Lira berhasil menyuap hamster gembul itu dengan tanaman tanaman herbal yang ia bawa di keranjang sihirnya.Pada akhirnya hari itu Lira dan May menghabiskan waktu bersama hingga larut malam, jika bukan karena Lira mendapatkan panggilan dari keluarganya untuk pulang, dan jalanan di Ibu kota relatif aman, Lira mungkin akan menginap bersama May hari itu.Sekitar jam delapan malam sebelum Lira mendapatkan panggilan dari keluarganya, kartu yang diberikan saat ujian hari ini akhirnya membuat aktivitas setelah mereka memasukan identitas mereka, keduanya mendapatkan kabar bahwa mereka Lulus menjadi murid akademi di fakultas farmasi dan di wajibkan datang dua hari lagi untuk melakukan pendaftaran ulang serta mengurus asrama mereka agar mereka bisa cepat beradaptasi dengan lingkungan baru karena pelajaran akan dimulai
May dan Lira mendapatkan kamar di lantai paling atas dan paling ujung, kamarnya cukup luas dengan kamar mandi di dalam dan kapasitas empat orang, tapi saat itu baru mereka saja yang menempatinya.Kamar mandinya bahkan mempunyai bak besar untuk berendam, tempat tidurnya merupakan tempat tidur bertingkat dengan meja belajar di masing-masing ranjangnya.May mencoba tempat tidur tersebut, kasurnya cukup empuk meskipun akan sangat jauh dari kenyamanan kasur yang ia tiduri di rumah Lefron, tetapi tidak terlalu berbeda jauh dengan kasur saat ia tinggal d asrama militer.“aku mau di atas” seru Lira ia segera menaiki ranjang yang ada di atas ranjang yang sedang May duduki. May berpikir akan merepotkan jika ia harus naik atau turun tangga dahulu saat tengah malam jika ingin pergi ke kamar mandi jadi ia memutuskan untuk menempati ranjang itu saja, selain itu penempatan ranjang mereka lebih dekat dengan pintu balkon ruang dan tidak berada dekat dengan kamar mand
“kalian dari fakultas farmasi? Sepertinya kalian tidak buruk” Seli memperhatikan May dan Lira. “aku Seli aku teman sekelasnya Oliv” katanya lagi .“halo” May dan Lira menyapa secara bersamaan. Seli mengangguk. Oliv sudah berdiri di dekat ranjang Siroh.“kudengar angkatan kalian cukup lumayan, ada anak yang mendapatkan nilai hampir sempurna di ujian masuk kali ini, sayangnya kehormatan untuk menyampaikan pidato awal tahun kali ini harus diserahkan pada kedua putra raja ckckck” Seli berkata. May yang mendengarnya tambah kebingungan dengan nada sinis yang ia dengar dari Seli.Tapi wajar saja, jika ia siswi tersebut mungkin ia akan merasa kesal juga, tapi May agak sedikit bingung bukankah akademi ini menyuarakan persamaan dan tidak pandang bulu, kenapa hal ini bisa terjadi. Tapi pikiran itu kemudian hilang begitu ia mendengar pertanyaan dari Oliv.“apakah ranjang atas yang belum ada pemiliknya” May m
Keributan yang disebabkan oleh kedua orang tersebut baru berakhir saat Makanan yang ada di piring May habis.“wow” kata May akhirnya. “ingat jika kau melihat mereka segeralah berlari” bisik Lira pada May, dia menengok ke kanan dan ke kiri untuk memastikan orang-orang yang ada disekitar mereka tidak mendegar apa yang ia katakan.“lalu kenapa kau tadi tidak lari?” tanya May sambil berbisik juga, meski begitu matanya memancarkan tawa yang tidak sesuai dengan raut wajah seriusnya.“ck” Lira kemudian pergi meninggalkan May untuk mengembalikan piring, melihat wajah marah Lira May bangun dengan terburu-buru mengekor di belakang Lira.“kamu serius? Maafkan aku, memangnya kau pernah punya masalah apa dengan mereka?” bisik May. Mendengar permintaan maaf May Lira menghentikan langkahnya. Tetapi tidak lama ia meneruskan kembali langkahnya tanpa melihat kearah May yang berjalan di belakangnya, namun dengan ri
Cahaya matahari yang berwarna keemasan menyinari atap gedung farmasi yang putih menjadikannya sedikit berkilapan dari kejauhan, di belakang gedung farmasi terdapat fakultas kedokteran dan tak jauh dari sana terdapat rumah sakit kecil milik akademi, para dokter yang bekerja disini juga bekerja sebagai pengajar, terkadang siswa dari tingkat akhir memulai karirnya dari rumah sakit ini.Fasilitas rumah sakit juga merupakan salah satu fasilitas yang diberikan oleh akademi Picasso bagi para siswa dan staf yang bekerja dissana.Jika kemarin May diberikan tur untuk fakultas farmasi terkait kegiatan belajarnya di fakultas tersebut, kali ini mereka diberikan tur untuk seluruh akademi. karena akademi picasso cukup luas, tur mereka baru selesai di sore hari.Hal yang membuat May cukup terkejut adalah adanya sebuah area rekreasi yang didirikan untuk para siswa agar bisa menyalurkan kreasi dan energinya. Di area ini juga terdapat sebuah toko serba ada yang memuat barang-baran
Hawa dingin yang tertiup angin kencang mengenai wajah May yang belum sepenuhnya mendapatkan kesadaran dari tidurnya. Ia menatap ke arah depan dimana hutan yang gelap berada, suasana ini mengingatkannya sewaktu masih ada di markas militer.Tetapi hutan ini tidak serapat hutan terlarang dan dari kejauhan May masih dapat melihat kilapan cahaya yang berasal dari kapal-kapal dan mercusuar yang ada di laut lepas.Seperti hari sebelumnya, May terbangun di pagi hari tetapi Oliv bahkan sudah terlebih dahulu mengklaim kamar mandi yang menjadikan May berada di balkon untuk menyesap udara pagi.“uh” May mendengar Lira bersuara. “dingin sekali” katanya.Mendengarnya May tersenyum kemudian ia kembali ke kamar dan menutup pintu balkon kamar mereka “maaf” kata May pada Lira.“hmm.. jam berapa ini?” tanya Lira masih dengan mata yang tertutup. “jam lima” jawab May ia duduk di kasurnya untuk melipat selimutn
“Jadi..” May melirik Lira sesaat setelah pintu kamar mereka tertutup.“kau tidak mau menceritakan bagaimana kau mendapatkan batu bercahaya itu” lanjutnya sambil masih terus menatap Lira.“hmm... yah... itu... aku.. seseorang memberikannya sebagai souvenir” jawab Lira dengan sedikit gugup karena tatapan yang diberikan oleh May.“hoo... pasti seseorang itu sangat spesial ya” May memberikan senyum penuh arti pada Lira. Tanpa menjawab pertanyaan May, Lira kemudian berlari menuju kamar mandi dan membanting pintunya membuat suara keras.May terdiam, kemudian ia melanjutkan membaca bukunya lagi. Ngomong-ngomong soal kota Linos May memikirkan Lefron yang belum juga memberikan kabar. Karena memikirkan keadaan Lefron, pikiran May menjadi tidak fokus lalu ia menutup buku yang ia baca dan memilih untuk bermain bersama Levi.Levi hamster ini benar-benar tidak menyusahkan, hanya saja dia juga tidak terlalu
Dua jam berlalu begitu saja di dalam kelas Profesor Emet, banyak siswa yang mengeluh saat profesor Emet mengakhiri kuliahnya hari itu, tentu saja kebanyakan dari mereka adalah para siswi yang terkena mantra profesor Emet yang memang cukup tampan.“kantin?” kata May pada Lira, mereka masih duduk di bangku mereka karena tidak mau ikut-ikutan berdesakan dengan yang lain.Lira mengangguk. “mau melihat lantai dua?” tanya May lagi sambil membereskan alat tulisnya ke dalam keranjang sihirnya.“mn, aku ingin memakan sesutu yang manis” Lira bangkit setelah memastikan bahwa pintu keluar sudah tidak seramai sebelumnya.Kebanyakan dari mereka memilih untuk ke kantin, karena dekat dengan jam makan siang, beberapa ada yang memutuskan untuk pergi ke perpustakaan karena hari itu mereka telah menyelesaikan pelajarannya.May dan Lira akhirnya mengunjungi kantin lantai dua, disana berjejer berbagai jenis restoran dari yang memiliki kedai-kedai kecil yang menjual makanan ringan higga restoran mewah yang
Tidak ada yang mengobati luka - luka May setelah hari itu, beberapa kali sang raja menemuinya untuk menambah luka yang masih belum sembu. Hal itu terus berlangsung hingga waktu yang cukup lama. Suatu hari, ada orang yang kembali mengunjunginya. awalnya May mengira itu hanyalah kunjungan biasa yang dilakukan oleh sang raja, tetapi setelah mendengarkan dengan seksama, langkah kaki itu terdengar lebih cepat dan lebih banyak jumlahnya. "May!" Seakan bermimpi May mendengar suara Lefron yang sudah lama sekali tidak ia dengar, ia bahkan tidak tahu apakah Lefron bisa sembuh dari keracunannya yang membuat May berpikir dia sudah menjadi terlalu gila dan mulai mendapatkan delusi - delusi dalam kepalanya. May masih belum sadar sampai akhirnya Lefron memotong jeruji besi yang mengelilingi May dan akhirnya memegang pundaknya. "maafkan aku" kata Lefron, suaranya yang biasa selalu memiliki ketenangan, tapi kali ini May mendengar suaranya bergetar.
Sepuluh hari May habisskan waktu di dalam penjara bawah tanah yang suram tersebut, tapi bagi May, itu merupakan sepuluh hari paling lama yang oernah ia rasakan. Rasanya jika ia dibiarkan beberapa hari lagi saja, May merasa dirinya bisa menjadi gila, setiap saat sekujur tubuhnya selalu merasa dingin dan menggigil. Tanpa cahaya matahari ataupun lampu - lampu yang hanya akan menyala jika seseorang sedang mengantarkan makanan kepadanya, hidup May menjadi sangat gelap, kali ini May tidak bisa membaca buku atau melakukan sesuatu untuk menghabiskan waktunya. Di saat May hampir kehilangan semangat dan cahayanya, seseorang datang pada jam selain jam makannya. Orang itu adalah orang yang pernah May temui. Ia adalah kepala pengurus rumah tangga istana. Lelaki tua itu datang bersama dengan dua orang wanita yang berpakaian seperti pelayan istana. "kita bertemu lagi nona" katanya pada May yang mengacuhkannya. Orang itu
Sudah setengah jam sejak May sampai di kota Linos, saat ini dia disekap di dalam kantor Ilo dengan tangan dan kaki yang juga terikat.May tidak tahu kenapa mulutnya tidak turut di bungkam seperti yang ia lihat pada Ilo, mungkin karena sejak awal May tidak mengeluarkan suara apapun. "Levi..." May memanggil Levi yang bersembunyi di dalam pakainnya setelah memastikan bahwa tidak akan ada orang yang memasuki ruangan tersebut. May bersusah payah mengeluarkan inti biji daun biru dan transporter yang sidah dimodifikasi dengan tangan terikat. Keranjang sihir May berbentuk seperti sebuah tas selempang kecil dan karena ia menggunakan jubah, Tas tersebut tidak akan terlihat dari luar. Orang - orang yang menahannya tidak berupaya untuk memeriksa dan menyita keranjang sihirnya. "bisakah kau menolongku untuk mengantarkan kedua benda ini pada Lefron?" May berbisik pada Levi yang mengeluarkan kepala kecilnya dari dalam kantung bajunya. "cit" kata Levi yang juga pelan.
"omong - omong, apa kau benar - benar tidak khawatir dengan profesor Idris?" "anak itu akan baik - baik saja" Felix menjawab tanpa terlihat khawatir sedikitpun. "anak?" kata May ragu dengan pendengarannya. Ia menatap wajah Felix yang kekanak - kanakan tersebut. May sudah tahu bahwa Felix memiliki usia yang lebih tua dibandingkan dengan penampilannya. Tapi May tidak tahu seberapa jauh perbedaannya tersebut. Selain itu, Felix memiliki beberapa ciri - ciri khusus yang belum pernah May temui ataupun May baca dari beberapa ras orang yang ia tahu dari informasi yang di dapatnya. "oh benar, aku sudah menerima bukumu. Terimakasih itu sangat membantu" kata May. Wajah Felix yang santai berubah sedikit tegang ketika May membahas tentang hadiah yang ia berikan pada May itu. "kenapa kau memberikannya padaku? aku pikir kau sangat menyayangi buku tersebut?" May berkata lagi ketika dirinya tidak mendapatkan jawaban dari Felix. Kali ini wajah Felix berubah merah, ia kemudian memalingkan
Perlahan tapi pasti, May akhirnya dapat sampai ke perpustakaan tanpa dicurigai siapapun.Sevenarnya May tidak tahu apakah dirinya menjadi salah satu orang yang ada dalam daftar pencarian atau sama sekali tidak terkait dengan kasus yang mengikat keluarga Mandala.Dengan jantung yang masih berdetak kencang karena adrenalin, May melangkahkan kakinya menuju lorong sepi yang akan membawanya ke tempat Profesor Idris.Dalam perjalanannya itu, May tidak menemukan ada orang lain, dan membuat kewaspadannya menurun lebih dari setengahnya ketika ia sampai di hadapan tangga yang hanya bisa membawanya ke satu tempat tersebut."Haa ..." May menghela nafasnya lega, dengan langkah yang lebih ringan, satu persatu anak tangga May pijak hingga sampai di penghujungnya.Pintu kayu tua tersebut ada dalam kondisi tertutup, May mengetuknya pelan. Tuk tuk.Tapi tidak ada respon yang ia dapatkan, ketika tangannya hendak mengetuk kembali, tiba - tiba pintunya berkerit dan membuka sedikit. Saat itu May merasa s
"aku akan pergi" kata May dengan tegas. "tidak, kau tunggulah disini, katakan dimana tempat itu. May menggeleng, "kalian tidak akan dengan mudah menemukannya tanpa aku" ia bersikeras. Sudah dua hari sejak kedatangan May ke tempat itu, May dan Andrea Mandala terus bersikeras dengan pendapat mereka masing - masing. "dengar, semakin lama kita berdebat, semakin kecil harapan hidup Lefron. Anda harus tetap disini dan mengurus yang lainnya, aku tidak akan lama" kata May. "kau tidak mengerti, keadaan di ibu kota saat ini tidak aman, terutama bagi dirimu" "kalau itu yang menjadi kekhawatiranmu aku punya solusinya" May dan Andrea Mandala melihat kearah Sally yang baru saja memasuki ruangan. "gunakan ini" katanya pada May melemparkan sebuah wig berwarna pirang. May menatap Sally lalu ia mencobanya, wig itu ringan dan ketika dia memakainya di kepalanya, ia tidak merasakan ketidaknyamanan. "hmm... tidak buruk" kata Sally yang memperhatikan May, ia juga memberikan sebuah cermin
"sebenarnya aku masih tidak mengerti apa yang sedang kalian rencanakan. Lalu siapa orang - orang yang ada bersama kita?" Lefron menghela nafas, ia tidak langsung mengajak May kembali ke rumah mereka di Ilinos, ia mengajak May berjalan - jalan. "setelah ayahku mendengar apa yang terjadi padamu, dia memutuskan untuk ikut pergi kesana dan menemui ibu. Kurasa dia ingin meninggalkan semuanya disini, jadi dia membawa seluruh yang berharga baginya" "tunggu, maksudmu ayahmu ingin merelokasi seluruh keluarga Mandala ke dalam hutan terlarang?" May menatap Lefron dengan tatapan tidak percaya. "mungkin" "dengan semua kesatria yang kemarin ada? apakah mereka semua menyetujuinya?" Lefron terkekeh. "tenang lah, ayahku sudah memberikan mereka semua pilihan. Mereka - mereka yang kau lihat kemarin adalah orang - orang yang bersedia mengikutinya tanpa paksaan. Kebanyakan dati kesatria keluarga Mandala adalah orang - orang yang sudah tidak memiliki keluarga lagi, mereka menganggap diri mereka
Lefron menyuruh May untuk duduk, dia kemudian dengan santai menceritakan bagaimana ia bertemu dengan Leo, dia memberikan informasi mengenai pergerakan istana yang mencurigakan, jadi untuk berjaga – jaga Lefron meminta tolong ayahnya untuk menjemput May.“er... kau tidak akan menjelaskan bagaimana disini bisa ada banyak orang?”“oh... mereka adalah tentara keluarga Mandala”“oh”Lalu terdiam.“lalu kenapa kita bersama mereka? Kalian tidak mencoba melakukan sesuatu yang berbahaya kan?”“sebenarnya ayahku sudah muak dengan keluarga kerajaan. Dia bertahan hanya karena menunggu ibu.” Lefron berkata.“apa maksudmu dengan muak? Apa kau akan elakukan semacam kudeta?”Lefron tidak memberikan jawaban positif ataupun negatif. Tapi dari apa yang terlihat oleh May, kemungkinan Andrea Mandala melakukan hal itu sangat besar. Apakah Andrea Mandala ingin menggan
“Hallo May” Profesor Idris menyapanya.“Hallo Professor”“Sayang sekali, akademi ini jarang sekali kedatangan murid berbakat sepertimu” katanya membuat May merasa malu dan canggung.“terima kasih profesor” May akhirnya menjawab.“Idris” kata Andrea Mandala.“baiklah – baiklah, kau masih saja tidak sabaran seperti dulu” kata Profesor Idris sambil mengaktifkan gerbang sihir tersebut.Siapa yang sangaka di tempat sepi seperti terdapat sebuah gerbang sihir, May curiga gerbang sihir tersebut ilegal.Profesor Idris seperti mendengarkan apa yang dikatakan oleh May dalam pikirannya berbalik dan berkata sambil tersenyum.“gerbang ini dulunya digunakan untuk keadaan darurat, hanya saja sudah lama sekali diabaikan”.May hanya bisa tersenyum malu. “Baiklah, semuanya sudah siap, semoga kita bisa bertemu kembali” Ujar Profesor I